Saya menyesal baru memulai bisnis di usia 37 tahun, tapi saya bangga sudah memulai bisnis saat itu juga. Sebelumnya, seluruh waktu saya habiskan sebagai wartawan tv lokal. Kami diikat dengan kerja  24 jam  ala profesi wartawan tetapi bergaji 8 jam karyawan lokal. Saat itulah kebekuan, keterlenaan membatasi segala inovasi dan itulah yang perlu dikikis habis.Â
Saya pun memilih keluar tepat di usia 35 tahun, pemicunya hanya satu. Menemani istri sekolah di Australia. Apakah saya punya bayangan bagaimana hidup di Australia? TIDAK. Apakah saya punya info apa pekerjaan  di Australia? TIDAK.  Apakah saya akan bisa hidup disana? BISA, karena beasiswa istri saya dapat memenuhi kebutuhan kami sekeluarga (+2 anak) meski mepet. Keyakinan ini bisa diredam dengan membaca cerita cerita sedih dan sukses di internet. Buanyaaakkk.....banget.Â
Tepat di usia 10 tahun, bulan Juli 2014, saya memberanikan diri keluar dari pekerjaan saya. Hal yang menguatkan saya untuk resign waktu itu hanya satu, saya merasa kemajuan saya mentok di pekerjaan lama. Dua, ada harapan untuk berubah dengan mengikuti istri saya. Hasilnya, menjalani 2 tahun hidup di Australia dengan keras, tangis dan keringan yang berakhir bahagia (saya akan ceritakan pengalaman ini di tulisan selanjutnya)
September 2016, kami pun pulang ke Indonesia. Anak, Istri kembali pada profesi dan hidupnya semula, lalu bagaimana dengan saya??? Offcourse jadi pengangguran, ndak punya kerja. Prinsip saya cuma satu, jalani hidup dan segeralah move on. Berhenti beromantisme dengan masa lalu, dengan kenyamanan hidup lama di Australia. Segeralah menentukan langkah-langkah untuk bekerja.
Pilihan saya saat itu adalah membangun kerajaan bisnis sendiri alias wiraswasta. Oh ya...tanpa lupa berdoa dan terbuka dengan pasanganmu, tak perlu gengsi mengatakan, "Sayang...aku memohon kepadamu untuk menanggung hidupku 6 bulan kedepan selama aku memulai usahaku".
Di sinilah cerita baru dimulai. Bagaimana saya menjalani hari hari dengan jadwal dan tujuan yang saya bangun sendiri? Berikut hal yang saya bisa bagi.Â
0. Rumuskan Rencana
Selama di negeri kangguru hidup prihatin itu hanya terjadi pada 2 bulan pertama setelahnya luar biasa. Selama disana saya menyiapkan diri dengan mengira-ira, jenis langkah dan pekerjaan apa yang akan saya lakukan. Namun dari sekian banyak daftar, hampir 90% kagak terpakai dan cuma berhenti di ide saja. Namun yang terpenting adalah rumuskan, rincikan semua keinginanmu saat kembali nanti.
1. Temui Relasi dan Teman Lamamu
Temui temen-temen dan tanyakan pekerjaan sekaligus kemungkinan membuka usaha. Silaturahmi itu penting untuk menjalin hubungan dan meng Update informasi. Kecuali soal efek kekeluargaan, target langkah ini juga berharap akan mendapatkan feetback jenis usaha dan kerjasama bisnis. Kali aja kamu kamu terinspirasi dari cerita cerita mereka.
Oh ya jangan lupa klo update status terbaru mu di medsos, hal ini penting untuk membangun info terkini dan respon temen teman yang tak bisa terjangkau langsung. Saat itu saya memulainya dengan menemui rekan kerja di kantor lama, banyak dari mereka yang ternyata sudah resign juga. Mereka memulai dengan bekerja di tempat laian dan ada juga yang mengembangkan bisnis sendiri. Dari cerita teman inilah rumusan rencana kita akan kawin dengan kondisi nyata kehidupan di kampung halaman.
2. Menentukan Pilihan Usaha
Akhirnya sayapun menemukan pilihan. Saya memutuskan untuk menekuni dunia tulis menulis, melanjutkan usaha saat kerja yaitu produksi company profile dan dokumentasi video. Satu lagi ada wilayah baru yang mau saya coba untuk tekuni yaitu bikin usaha roti dan souvenir promosi perusahaan. Semua hal itu saya jalani semua sedikit demi sedikit. Ambil semua peluang yang diberikan dan biarkan jalan takdirmu yang mengarahkan diri ke tujuan sukses.
Kenapa saya memilih produksi dokumentasi video? Usaha ini secara tidak langsung menghubungkan saya dengan klien lama. Mereka adalah relasi yang menduduki posisi strategis diperusahaanya. dunia saya sebagai wartawan memudahkan untk mencari tenaga produksi. Tinggal comot kawan di kantor lama saja beres.
Hasilnya, relasi video ini bertanya kepada saya bahwa apakah bisa membuat souvenir promsi perusahaan? Karena saya memang mau serius di bidang ini saya mengatakan,"Ya Bisa!". Saya pun mendapat job pertama untuk mengadakan totebag sejumlah 100pcs untuk keperluan mengemas produk mereka.
Sembari mencari suplyer souvenir seperti totebag, kerajinan yang bisa di temui di kota asal saya Jogja, saya juga mengembara ke Jakarta untuk mencari pemasok barang berbau teknologi. Souvenir promosi perusahaan, dan seminar kit kadang memerlukan flashdisk, power bank, pulpen, dll yang hanya bisa di dapat di kota besar. Kegiatan itupun megalir....
Sembari mengalir dengan seminar kit, saya bersama istri mencoba membuat makanan ringan. Pilihan pertama saya adalah kue bolu, resep ibu saya sendiri. Bolu jaman dulu itu lho....yang bulet dan tengahnya lobang. Saya ingat sekali, bolu buatan ibu menjadi favorit makanan saat perayaan 17 agustus di kampung, dan acara kondangan. Biasa, klo orang kampung sudah pakai kue untuk suguhan dapat dipastikan gengsinya meningkat.
Bolu jadoel itu saya rubah komposisinya dengan bahan tengah/premium hasilnya luar biasa. Awal awal terasa rame, bahkan dari satu loyang, saya perlu menyiapkan 5 loyang tambahan. Dari orderan sepi yang memaksa saya untuk menjual potongan dan di titipin di warung jajan pasar, hingga orderan 75 loyang yang hanya kami kerjakan berdua sehari semalam tanpa tidur. Sementara paginya istri saya langsung berangkat kerja.
Ah...itu perjuangannya hingga akhirnya orderan seminar kit dan souvenir melimpah sehingga kami ndak sempat memproduksi roti kecuali pesanan saja. Intinya saat kita menjalani berbagai usaha, kita melihat ada beberapa usaha yang maju terus tanpa putus dan akhirnya harus dipilih dan ada yang harus ditendang.
3. Fokus pada usaha yang berkembang
Fokus saya saat ini adalah usaha yang dalam seminggu yang mendatangkan order terus menerus. Keuntungan awal ndak perlu banyak yang penting tidak rugi. Namun klo sudah reorder pastikan mengambil untung diatas 20%. Saya yakin usahamu akan bertahan. Soal pegawai, toko, kantor, saran saya jangan buru buru. Tunggu, saatnya akan datang. Dunia kerja masa kini berbeda dengan masa lalu. Dunia era digital.
Kita bisa punya toko di dunia maya, pegawai di dunia maya. kantor di manapun kamu mau. Di rumah terlalu jenuh, kamu bisa pergi ke cafe. Enak kan.....Manfaatkan saja teman-temanmu. Mereka yang masih jadi pegawai pasti punya keahlian tertentu. Saya sering sekali jawil temen2 desainer grafis di kantor lama. Mereka pasti suka dapet kerja sambilan. Keuntungannya langkah ini adalah fee terjangkau dan kontrak per projek saja.
Oh ya....keep in touch dengan istri, anak dan keluargamu besarmu. Karena saat-saat membangun kerajaan bisnis selama  enam bulan kedepan kamu akan menjadi orang aneh. Wajah kusut, bingung, kadang terlihat sibuk, sesekali terlihat nganggur.
Pikiran Galau, ditanyain teman dan keluarga jauh," haloo....bagaimana kabarnya? kerja dimana sekarang? wah duitnya banyak ya habis pulang dari australia!" Asyemmmmm......yang kayak gini penginnya gampar mukanya, diinjak injak, lalu dibuang di tempat sampah. Sabar...ini ujian. Jalan terus.
4. Kesuksesan Sudah di Tangan
Selepas enam bulan, kamu akan BEP....setelahnya tinggal mengumpulkan laba yang akan menjadi modal yang lebih besar lagi dengan pekerjaan lebih banyak lagi. Pada tahun tahun pertama kamu perlu memapankan usahamu. Usaha pribadi menjadi usaha formal. Bikin UD atau CV, belajarlah mengurus pajak. Klo jenis usahamu pas maka formalitas ini akan meluaskan klien kita yaitu dinas, dan lembaga pemerintahan.
Oh ya ngomong ngomong soal meluaskan klien, keadaan ini terpicu karena reorder hanya dilakukan oleh klien lama. Menjalani tahun kedua, saya sarankan untuk memikirkan langkah untuk mendapatkan jangkauan klien baru. Apapun caranya termasuk dengan promosi dan penggunaan media digital dan sosmed lebih serius.
Nah......begitu singkatnya memulai bisnis di usia yang tak lagi muda. Siapapun Anda pasti bisa menjalani klo dijalani saat ini juga. Kadang keberanian itu tertutup oleh ketakutan kita. Apalagi klo Anda sudah berkeluarga, bisa bisa digampar sama pasanganmu.
Saatnya siapin duit buat kelulusan sekolah anak eh.....malah keluar kerja lalu bikin baru. Ya....segalanya perlu perencanaan. Komunikasi dengan pasangan juga kunci, karena bisnis mu akan jauh lebih kuat pondasinya klo didukung oleh pasangan dan doa anak anak.
Salam Usaha 37 Tahun!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H