Mohon tunggu...
Pascalis PeWe
Pascalis PeWe Mohon Tunggu... Full Time Blogger - wirausaha sejak usia 37 th

Jangan takut memulai usaha, yang kamu takutkan justru ketika kamu terlambat memulainya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kresek Berbayar Menampar Sang Raja

27 Februari 2016   13:54 Diperbarui: 27 Februari 2016   14:14 27816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="tuh pada bawa tas belanja foto:doc pribadi"][/caption]Respon atas uji coba kebijakan  kantong plastik berbayar di Endonesiah emang bikin ngakak total. Orang orang Endonesiah memang lucu. Kebijakan keren ini ternyata menampar banyak orang lucu hingga status FB orang orang puna jadi ikutan lucu. 

Abis, mereka yang tertampar trus bereaksi lucu tuh mereka yang merasa dirinya sebagai raja. Kenapa? Karena mereka apriori dengan kebijakan ini trus meninggikan diri dengan status "pembeli adalah raja". Sang raja pun merasa keberatan dengan plastik berbayar. 

Lha....Sang raja sudah belanja banyak, masak disuruh beli kantong plastik belajaan juga. Sang raja pun geram. Beliau nekat curhat bahwa kebijakan ini merupakan bentuk kedzaliman pemerintah terhadap rakyat kecil. Tolak plastik berbayar, turunkan menteri KLHK! Bahkan ada yang ngomong klo Kebijakan ini mubazir, tak akan bisa mengurangi sampah plastik. Ada yang merasa dipalak. Tanpa tanya, pakai plastik toko ato ndak langsung main sambar kresek toko trus di cash. 

Hadewww....lucunya gak tahan. Lha gimana kagak lucu. Ngakunya raja tapi kagak mau bayar plastik kresek. Oke lah sang paduka kuat beli cuma tersinggung karena harus "dipaksa" bayar. 

Ngakunya raja tapi bawa nama rakyat kecil hanya karena ndak pas dengan pemahamannya. 

[caption caption="Satu barang satu kresek"]

[/caption]Ngakunya raja cuma krasa dipalak pas shop keeper main sambar plasti lalu di cash. Ngakunya nggak kasih pilihan. Lha kan tinggal ditolak saja kreseknha...beres!. Selalu ada pilihan, pakai kardus contohnya ato ditenteng. gampang kan? Bukan raja klo sesuatu itu tak dibikin sulit. 

Ngakunya raja sengaja pakai kresek toko karena ada tulisan "plastik go green, bisa diurai, ramah lingkungan". Pun mendadak menjadi pejuang lingkungan. Protes kenapa raja yang disuruh bayar....marah marah lah raja peduli lingkungan tersebut. "Tuh bungkus mie instan, minyak semua pakai plastik. Kenapa ndak mereka saja yang disuruh kurangi plastik?" 

Ayolah paduka raja, Anda itu jadi raja cuma pas di toko dan supermarket doang. Alias pas jadi pembeli....keangkuhannya jangan dibawa kemana mana tho. Klo dah digratisin kresek nya trus sampe rumah mo diapain? Mo di reuse? Yakin? Oke dikumpul. Paling nanti pas mampir ke toko kelupaan lagu kresek nya trus minta plastik kresek lagi. Ditumpuk lagi. Tuh...kreseknya menggunung di istana...mo diapain? Paling dibuang juga.

Paduka sih ndak pernah blusukan ke bandar gerbang, ato TPA sekitar istana. Banyak lho yang stres mikirin banyaknya kresek itu mo diapain.

So paduka raja sekali kali piknik lah. Jangan cuma angkrem di kerajaan saja, mainlah keluar keliling endonesiah. Banyak tuh yang sibuk kumpulin sampah buah hasil buangan paduka sehabis jajan di warung. Klo sudah keliling endonesiah, pergilah ke luar. Biar tahu klo ndak hanya endonesiah yang stres mikirin kresek sisa. Lom lagi klo kresek sisa ikan asin istana paduka eh ternyata ndak kebawa truk sampah, kena angin masuk ke sungai. Mendaratlah di laut lalu berlayarlah ke samudra luas. Mampir juga ke negeri kangguru. Tuh negeri kangguru...sudah jualan kresek jadi jaman paduka masih belanja di pasar kagak kayak sekarang mainnya mall, supeemarket. 

Di negeri kangguru ostrali, tiap orang bawa tas belanja sendiri paduka. Bahkan ada yang bawa kereta belanja. Tua muda ndak kenal jaim. Ndak malu juga...itu baru urusan kresek. Klo paduka belanja di ostrali tak hanya kresek yang disuruh bayar tapi juga suruh masukin sendiri di tempat belanjaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun