Mohon tunggu...
Pascasarjana IAT UIN SATU
Pascasarjana IAT UIN SATU Mohon Tunggu... Lainnya - Admin

Memuat berbagai tulisan, sarana memperkenalkan dan melestarikan karya ulama dan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Book

Metodologi Tafsir Al-Furqan Tafsir Quran

24 Mei 2024   19:09 Diperbarui: 24 Mei 2024   19:44 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tafsir al-Qur'an sebagai karya manusia tentu akan senantiasa mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dan peradabannya. Jika dilihat secara seksama, paradigma tafsir tidak akan jauh dari dua hakikatnya yaitu tafsir sebagai proses dan tafsir sebagai produk. Baik yang pertama maupun yang kedua, pada realitasnya tafsir tidak pernah tunggal, karena ia lahir dari pemikiran seseorang yang terikat dengan kondisi sosial, politik, dan bahkan intelektualitasnya sendiri. Disamping itu, lahirnya sebuah tafsir adalah merupakan respons dari sang mufasir terhadap kehadiran Al-Qur'an dimasa dimana ia hidup. Kajian al-Qur'an di tanah air telah melewati beberapa fase: Klasik, modern dan kontemporer. Fase klasik berselang antara abad 16 hingga penghujung abad ke-19, fase ini ditandai oleh lahirnya karya-karya yang tidak cukup banyak, hanya rata-rata adalah saduran darisatu atau beberapa literatur berbahasa Arab dan berkutat pada terjemah, tafsir atau tajwid al-Qur'an.

Fase modern membentang dari paruh pertama abad ke-20 hingga awal 1980-an. Tafsir yang muncul pada masa ini merupakan bentuk semangat membangun umat dari tidur panjangnya yaitu yang buta akan pemahaman al-Qur'an yang disebabkan oleh siasat Belanda yang membiarkan umat Islam hanya dapat membaca al Qur'an tanpa mengetahui artinya. Sedangkan periode kontemporer dimulai pada akhir tahun 1980-an sampai sekarang, masa ini ditandai dengan mulai concern-nya kajian tafsir pada persoalan metode dan pendekatan dalam mengkaji al-Qur'an. Sementara, al-Furqan sebagai produk generasi kedua mempunyai karakteristik tersendiri yang perlu diungkapkan, di sini penulis akan menelaah Tafsir al-Furqan, mulai dari pengarang kitab tafsir al-Furqan, sejarah, metode, hingga karakteristik tafsir tersebut.

Biografi A. Hassan

Nama lengkapnya adalah Hassan bin Ahmad yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Hassan Bandung saat tinggal di kota Bandung. Setelah pindah menetap di Bangil, biasa dipanggil dengan Ahmad Hassan Bangil. Beliau lahir di Singapura pada tahun 1887. Beliau adalah ulama yang dikenal sangat berpendirian teguh dan ahli dalam berbagai ilmu keagamaan. Tokoh Islam terkemuka dari kalangan Persatuan Islam (Persis) ini, juga terkenal sebagai politikus ulung. Ayahnya bernama Ahmad Sinna Vappu Maricar yang digelari 'Pandit' berasal dari India, dan ibunya bernama Hajah Muznah kelahiran kota Surabaya tapi berasal dari Palekat Madras (India). Mereka menikah di Surabaya ketika Ahmad sedang melakukan perjalanan dagangnya di kota tersebut. Usai menikah, Ahmad memboyong istrinya ke Singapura. Selain berdagang, Ahmad (ayah Hassan) adalah seorang wartawan, penerbit surat kabar dan buku-buku dalam bahasa Tamil. Pada usia 12 tahun, Hasan sudah ikut berdagang, menjaga toko milik iparnya, Sulaiman. Sambil berdagang, Hassan memperdalam ilmu agamanya pada Haji Ahmad di Kampung Tiung dan Haji Muhammad Thaib di Kampung Rokoh untuk belajar ilmu Nahwu dan Saraf. Kemudian A. Hassan beralih belajar bahasa Arab kepada Said 'Abdullah Munawi Mausili sekitar kurang lebih tiga tahun. Setelah itu, A. Hassan belajar kepada Syeikh Haji Hassan al-Malabary dan Syeikh Ibrahim al-Hindi. Semuanya ditempuh hingga kira-kira tahun 1910 M.

ketika ia berumur 23 tahun. Walaupun pada masa ini A. Hassan belum memiliki pengetahuan yang luas tentang tafsr, fiqh, far'id, mantiq, dan ilmu-ilmu lainnya, namun dengan ilmu alat yang dia miliki itulah yang kemudian mengantarkannya memperdalam pengetahuan dan pemahaman terhadap agama secara otodidak.6 Setelah ilmunya dirasa cukup, pada tahun 1910, Hassan mengajar di madrasah, dari tingkat Ibtidaiyah sampai S}anawiyah. Yaitu Madrasah Assaqaf Malaya dan guru bahasa Melayu serta bahasa Inggris di Pontian Kecil Sanglang Johor Bahru. Sepanjang hidupnya, A. Hassan hanya mempunyai seorang istri, yaitu bernama Maryam, menikah di Singapura pada tahun 1911. Pada tahun 1940 (atau 1941), Hassan pindah ke Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren Persis. A. Hassan menunaikan ibadah haji pada tahun 1956. Saat berada di Tanah Suci, A. Hassan jatuh sakit hingga terpaksa dibawa pulang kembali. Kemudian tertimpa lagi penyakit baru, yakni infeksi yang menyebabkan kakinya harus dipotong. Tokoh kharismatik ini meninggal dunia pada usia 71 tahun di Bangil (Jawa Timur), 10 November 1958, dan dimakamkan di Pekuburan Segok, Bangil.

A.Hassan meninggalkan beberapa karya ilmiah berupa buku sekitar 81 buah dan majalahmajalah. Di antaranya;

a. Dalam bidang al-Qur'an dan Tafsir yaitu Al-Furqan Tafsir Qur'an, Tafsir al-Hidayah, Tafsir Surah Yasin, dan Kitab Tajwid.

b. Dalam bidang Hadis, Fiqh, dan Ushul Fiqh yaitu Soal Jawab: Tentang Berbagai Masalah Agama, Risalah Kudung, Pengajaran Shalat, Risalah Al-Fatihah, Risalah Haji, Risalah Zakat, Risalah Riba, Risalah Ijma', Risalah Qiyas, Risalah Mazhab, Risalah Taqlid, Al-Jawahir, AlBurhan, Risalah Jum'at, Hafalan, Tarjamah Bulugh} al-Maram, Muqaddimah Ilmu Hadis dan Ushul Fiqh, Ringkasan Islam, dan Al-Fara'id.

c. Dalam bidang Akhlaq yaitu: Hai Cucuku, Hai Putraku, Hai Putriku, Kesopanan Tinggi Secara Islam dan lain sebagainnya.

Latar Belakang Penulisan Tafsir

Al-Furqan Tafsir Qur'an adalah karya besar dan penting yang dimiliki oleh A.Hassan. Penulisan tafsir ini merupakan langkah pertama dalam sejarah penerjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa Indonesia dalam kurun waktu 1920-1950-an. Yang terbagi ke dalam beberapa edisi penerbitan sampai sekarang. Bagian pertama diterbitkan pada tahun 1928, akan tetapi dalam edisi pertama ini belum seperti yang diharapkan, karena baru dapat memenuhi sebagian ilmu yang diharapkan oleh umat Islam Indonesia. Kemudian untuk memenuhi desakan anggota Persatuan Islam, bagian kedua tafsir tersebut diterbitkan pada tahun 1941, namun hanya sampai surat Maryam. Selanjutnya pada tahun 1953, penulisan kitab tafsir tersebut dilanjutkan kembali atas bantuan seorang pengusaha yang bernama Sa'ad Nabhan hingga akhirnya tulisan tafsir ini dapat diselesaikan secara keseluruhan yaitu 30 juz, dan diterbitkan pada tahun 1956.

Kemudian tahun 2006, tafsir ini kembali diterbitkan oleh Pustaka Mantiq bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Indonesia. Yang terakhir di tangan penulis adalah Cetakan ke-2 Maret 2010 yang diterbitkan oleh Universitas al-Azhar Indonesia (UAI), dalam satu jilid lengkap. Menurut Zuhal Abdul Qadir, bahwa mengingat tafsir ini ditulis pada dekade 1960-an, bahasa Indonesia yang digunakan pun sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masa itu. Pada periode berikutnya bahasa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan, utamanya saat ditetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Edisi Kedua, 1987), penulisan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Pertama, 1988), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Pertama, 1988) dan Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia 1987.

Dalam hal ini misalnya banyak kosa kata yang digunakan dalam tafsir ini yang maknanya berbeda dengan makna yang difahami secara popular pada saat sekarang. Contohnya, ketua kaum yang berarti 'pemuka' atau 'pemimpin kaum' atau sebarang syak13 yang berarti 'tidak ada keraguan sedikit pun', atau struktur kalimat yang dapat menimbulkan pemahaman yang keliru seperti dalam QS.Baqarah/9: 22 diartikan; 'hal keadaan mereka kekal padanya selama-lamanya, karena sesungguhnya Allah itu di sisi-Nya ada ganjaran yang besar'. Berdasarkan hal ini, maka pihak keluarga besar A. Hassan serta permintaan para peminat dan pemerhati tafsir ini berusaha mengadakan perbaikan dan penyempurnaan redaksional yang selaras dengan perkembangan bahasa Indonesia modern. Namun perbaikan ini hanya diarahkan kepada pemilihan kata yang tepat dan susunan kalimat yang sesuai dengan kaidah yang berlaku, dan tidak mengarah kepada hal yang sifatnya substansial. Hal ini berarti bahwa perbaikan yang dilakukan namun tetap menjaga inti pemikiran A. Hassan yang dituangkan dalam karya tafsir ini.15 Sehingga pada akhirnya tafsir ini terbit dalam 'Edisi Bahasa Indonesia Mutakhir' yang diprakarsai oleh Prof. Dr. Ir. Zuhal Abdul Qadir, M.Sc.,E.E., selaku Rektor Universitas al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta yang juga ahli waris A. Hassan, dan tafsir ini telah memasuki cetakan kedua Maret 2010. Adapun pemutakhiran redaksional tafsir ini terwujud atas bantuan tim penyunting yaitu dari Tim Pusat Pengembangan Bahasa dan Budaya UAI sebagai berikut;

a. Dr. Thoyib I.M., MA sebagai Koordinator

b. Drs. Saifullah Kamalie, Lc., M.Hum. sebagai anggota

c. Dr. Afdol Tharik Wastono, M. Hum sebagai anggota

d. Nur Hizbullah, S.Ag., M. Hum sebagai anggota

e. Dr. Faisal Hendra, M. Ed sebagai anggota

f. Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M. Hum sebagai anggota

latar belakang penulisannya yang dapat dirangkum yaitu :

a. Penulisan tafsir al-Qur'an sangatlah penting, untuk memenuhi sebagian ilmu yang diperlukan umat Islam Indonesia.

b. Adanya desakan sejumlah anggota Persis yang ingin sekali mempunyai pegangan bacaan sebuah tafsir, sehingga dapat memudahkan mereka memahami al-Qur'an.

c. Atas dorongan dan bantuan seorang pengusaha penerbit buku yang bernama Sa'ad Nabhan sehingga beliau mampu menyelesaikan sekaligus menerbitkan tafsir ini.

Sekilas saat melihat dan membuka lembaran demi lembaran kitab tafsir ini, maka kesan awal yang tersirat adalah bahwa itu sebuah kitab terjemah al-Qur'an dan bukanlah kitab tafsir. Karena tidak ada kesan seperti kitab tafsir pada umumnya. Karya ini layaknya seperti terjemah al-Qur'an sebagaimana terjemahan terbitan Departemen Agama RI. (Kementerian Agama RI.) atau cetakan Madinah al-Munawwarah atau terbitan yang lainnya, yang dibubuhi dengan catatan kaki. Itupun tidak semua surah ada catatan kakinya, bahkan ada surah yang sama sekali tidak ada catatan kakinya, seperti surah Quraisy. Sementara itu, mengenai penamaan tafsir "al-Furqan" sendiri, penulis tidak mendapatkan komentar dan alasan penamaan dari kitab tafsir ini, akan tetapi boleh jadi penamaannya diambil dari salah satu nama lain dari al-Qur'an yaitu al-Furqan yang berarti pembeda dari yang haq dan yang batil, atau boleh jadi mengambil dari salah satu nama surah yang ada dalam al-Qur'an yaitu surah ke-25 yaitu al-Furqan, yang ayat pertamanya menyebut kata al-Furqan.


Metodologi Penulisan Tafsir

Bila dilihat dari sistematikanya, maka tafsir yang dikaji ini termasuk dalam kategori sistematika mushafi, yang memulai tafsirnya dari QS. al-Fatihah, al-Baqarah dan seterusnya hingga QS. al-Na>s sesuai dengan urutan surah dan ayat yang ada dalam mushaf al-Qur'an. Untuk lebih dekat mengenal tafsir ini, berikut dikemukakan sistematika penulisannya. Tafsir ini adalah tafsir yang sangat komprehensif, karena di dalamnya termuat berbagai macam penjelasan mulai dari sejarah al-Qur'an, ilmu pengetahuan dalam al-Qur'an serta huruf yang terkait dengan penjelasan mengenai ayat al-Qur'an itu sendiri, dengan sistematikanya sebagaimana berikut antara lain, Pada bagian awal cover dalam tafsir ini dicantumkan nama kitab, nama mufasir, nama-nama penyunting, serta penerbit, disertai dengan tahun cetakan. Pada bagian muqaddimah tafsir ini memuat kata pengantar "Sepatah Kata dari Kami" yang ditulis oleh Prof. Dr. Ir. Zuhal Abdul Qadir, M.Sc.,E.E.

Setelah itu "Pengantar Tim Penyunting", kemudian dilampirkan pula "Transliterasi". Pada bagian "Pendahuluan" tafsir ini, diberi pendahuluan yang ditulis oleh A. Hasan sendiri. Adapun isi pendahuluannya terdiri dari 33 pasal. Setiap pasal menerangkan mengenai pembahasan tentang al-Qur'an, misalnya Pasal 1 tentang "Cara Menerjemahkan" dan pasal 4 yaitu penjelasan mengenai "Sejarah Turunnya al-Qur'an". Setelah pendahuluan dilampirkan "Glosarium" yaitu keterangan beberapa kata-kata kunci dalam al-Qur'an atau kata-kata ilmiah yang disusun secara alphabet. Misalnya kata al-Haq artinya kebenaran yang nyata, Tuhan, wahyu. Kata mutasyabihat yang berarti samar-samar. Setelah itu dalam tafsir ini diberikan juga "Petunjuk Pencarian Kata dalam al-Qur'an" yaitu tema-tema pokok al-Qur'an dengan mencantumkan ayat-ayatnya, atau dengan kata lain ini merupakan indeks al-Qur'an berdasarkan tema.

 Bagian ini ditulis oleh Abdul Qadir Hassan, dengan tujuan agar dapat memudahkan pencarian tema atau permasalahan di dalam al-Qur'an dengan merujuk kepada kitab Tafsir Ayat al-Qur'an al-Hakim, hasil terjemahan Muhammad Fuad 'Abd al-Baqi, Kemudian menempatkan tema-tema pokok berdasarkan keterangannya dan ayat-ayatnya pada bagian berikutnya pada "Penelusuran Pokok-pokok Ajaran Qur'an". Bagian ini ditulis oleh Zuhal Abdul Qadir, untuk memudahkan bagi peminat al-Qur'an yang berlatar belakang pendidikan non agama. Dengan mengelompokkan enam tema utama yaitu; prinsip-prinsip keimanan dan ketuhanan (tauhid), muslim dan peribadatannya, ilmu pengetahuan, asas-asas moralitas, aspek kemasyarakatan dan perekonomian dan aspek hukum dan kenegaraan. Setelah lengkap keseluruhannya barulah.  Hassan mencantumkan "Daftar Isi" yang berisikan nama surat dan arti dari nama surat itu sendiri dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia.

Setelah itu ia mulai melakukan penafsiran yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.3 9 Yang menarik dari tafsir ini, pada setiap awal surat dimulai basmalah, seperti umumnya kecuali surah Bara'ah, kemudian ditulis nama setiap surah dan dicantumkan arti dari nama surat tersebut, jumlah ayatnya, tempat turunnya surah, lalu mukaddimah dan terjemahan (tafsirannya) serta pada bagian akhir diberikan catatan kaki pada setiap surat. Meski tidak semua surah didapatkan catatan kaki (footnote), misalnya surah al-Ikhlas, al-Kafirun, Quraisy. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa ketika membuka lembaran demi lembaran kitab tafsir ini, kesan awal yang muncul adalah kitab ini bukanlah kitab tafsir sebagaimana lazimnya, bahkan dapat dikatakan sebagai kitab terjemah Al-Qur'an.

Penulis: Ayu Cintana 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun