Mohon tunggu...
Pascasarjana IAT UIN SATU
Pascasarjana IAT UIN SATU Mohon Tunggu... Lainnya - Admin

Memuat berbagai tulisan, sarana memperkenalkan dan melestarikan karya ulama dan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Book

Pengaruh Budaya dalam Kitab Tafsir Faid al-Rahman

25 Mei 2024   05:04 Diperbarui: 25 Mei 2024   05:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan tafsir Al-Quran di Nusantara tidak akan terlepas dari pengaruh budaya, bahasa, dan sosial masyarakat. Tafsir al-Quran di Nusantara telah mengalami perkem-bangan dengan ditemukannya literatur tafsir dalam bahasa Melayu, Jawa, Batak, Sunda dan bahasa lokal lainnya. Didalamnya terdapat proses adaptasi dan adopsi seperti dalam penggunaan bahasa dan aksara termasuk proses penulisan tafsir al-Quran di Nusantara. Salah satu tafsir yang sangat monumental Tafsir Faid al-Rahman yang merupakan karya dari KH. Sholeh Darat al-Samarani. Kitab tafsir ini merupakan kitab tafsir pertama yang dituliskan dalam bahasa Jawa. Kitab ini tidak terdiri lengkap dari awal juz sampai juz 30, hanya berisi beberapa surah saja.

Biografi KH.Sholeh Darat KH. 

Sholeh Darat merupakan seorang ulama besar yang populer dipanggil Mbah Sholeh Darat. Beliau hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Beliau menjadi seorang ulama, pejuang, pujangga dan wali karena keilmuannya yang luas. KH. Sholeh Darat dikenal sebagai syaikhul masyyikh(maha guru) yang banyak berkontribusi terhadap ulama di Nusantara, khususnya di daerah Jawa. Di antara muridnya yang menjadi ulama besar Nusantara adalah KH. Hasyim Asyari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, dan R.A. Kartini pelopor gerakan emansipasi wanita. Nama lengkap KH. Sholeh Darat adalah Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani atau lebih dikenal dengan sebutan "Kiai Sholeh Darat" atau "Mbah Sholeh Darat." Sebutan nama belakangnya yang menjadi ciri khas "Darat" ini dikenal luas karena ia tinggal di kampung yang bernama Darat, yaitu daerah dekat pantai utara Kota Semarang, tempat yang biasa digunakan mendarat orang-orang yang datang dari luar Jawa.

Julukan nama ini memang sudah menjadi tradisi untuk orang-orang yang terkenal pada masa itu di masyarakatnya.2 KH. Sholeh Darat berasal dari keluarga seorang kiai dan pejuang. Ayahnya adalah Kiai Umar bin Tasmin, salah seorang tokoh ulama yang terpandang dan disegani di kawasan pantai utara Jawa. Kiai Umar juga seorang pejuang Perang Jawa pada tahun 1825-1830. KH. Sholeh Darat mendapatkan pendidikan pertamanya dari sang ayah, kemudian ia melanjutkan menimba ilmu berguru kepada sejumlah kiai di kawasan Nusantara, seperti KH. Muhammad Syahid (Kajen, Pati), KH. Muhammad Shalih bin Asnawi (Kudus), Kiai Ishaq Damaran (Semarang), Kiai Abu Abdillah Muhammad al-Hadi bin Baquni (Semarang), dan Syeikh Abdul Chani Bima (Semarang), Kiai Zahid, Kiai Syada dan Kiai Darda (Semarang), dan Kiai Alim (Purworejo).

Setelah beberapa tahun belajar di Mekkah, Salih mendapat pengakuan dari gurunya. Kemudian ia dipercaya untuk menjadi pengajar di Makkah. Di sanalah ia menjadi guru para calon ulama besar di Nusantara saat itu, antara lain Kiai Dalhar Watucongol Muntilan Magelang, Kiai Dimyati Termas Pacitan, Kiai Dahlan Termas Pacitan, Kiai M. Kholil Harun Kasingan Rembang dan Kiai M Raden Asnawi Kudus. Semasa hidupnya, KH. Sholeh Darat telah berhasil membuat karya-karya dan telah tersebar diberbagai penjuru Nusantara. Beberapa sudah tidak dapat diselamatkan. Tetapi beberapayang lain masih bisa terselamatkan dan masih menjadi rujukan para pengkaji karya-karya beliau. Diantaranya, Matan al-Hikam (dipetik dari Syarah Hikam bin 'Athaillah as-Sakandari), Kitab Munjiyat (Kitab yang dipetik dari Ihya' 'Ulumuddin Karya Imam al-Ghazali), Hidayatu al-Rahman, Kitab Fasolatan, Hadis al-Ghaiti, Syarah Barzanji, Tunwin Nazhatu al-Majalisi, Laifu al-ahrah wa Asrri as-lah, Majm'ati al-Syar'ah al-Kaifiyyah li al-Awm, Mansik Haji wa al-Umrah wa Adabu al-rifin, Minhaju al-Atqiya' fi Syarh Hidyat al-Akiy' il arq al-'Auliy', al-Mursyidu al-Wajz, Faiu al-Ramn f Tarjamah Tafsr Kalm al-Mlik al-Dayyan, al-Mahabbah wa al-Mawaddah fi Tarjamati Qaul al-Burdati fi al-Mahabbah wa al-M 'ala Sayyidi al-Mursaln. Pada usia ke 83 tahun, tepat pada hari Jumat Legi, 28 Ramadhan 1321 H. Atau dalam kalender Masehi disebutkan pada 18 Desember 1903 M, KH. Sholeh Darat wafat. Jenazahnya dimakamkan di Bergota, Semarang. Sampai detik ini makam beliau tidak pernah sepi dari penziaroh. Dan biasanya diadakan Haul di tempat tersebut pada bulan Syawal.

Latar Belakang Penulisan Faid al-Rahman 

Penulisan Tafsr Fai al-Ramn dilatarbelakangi oleh ke-inginan KH. Sholeh Darat sendiri, sebagaimana telah dijelaskan dalam muqaddimah bahwa "...ngalebete wong ajam ora ono podo angen-angen ing maknane qur'an kerono arah ora ngerti corone lan ora ngerti maknane, kerono qur'an temurune kelawan boso arab..." Jadi, KH. Sholeh Darat menulis tafsir dengan meng-gunakan bahasa Jawa (Arab Pegon) sebab pada umumnya orang-orang awam dan mereka yang tidak mau memikirkan ayat-ayat al-Quran, tidak mengetahui cara dan makna al-Quran yang berbahasa Arab. KH. Sholeh Darat memberi nama karya kitab tafsirnya, dengan judul Tafsr Fai al-Ramn f Tarjamh Tafsr Kalm Malik ad-Dayyn. Judul Tafsr Fai al-Ramn memperlihatkan bahwa kitab tafsir ini memiliki nuansa sufi (al-tafsr f al-lawn al-f).

Ditinjau dari bahasa, kata Fai al-Ramn berarti limpahan dari dzat yang Maha Kasih, sebagai isyarat bahwa kandungan tafsir tersebut merupakan emanasi atau limpahan kasih sayang tuhan yang tercermin dalam uraian-urain tafsirnya. Kitab Tafsr Fai al-Ramn merupakan kitab tafsir al-Quran yang ditulis KH. Sholeh Darat dengan menggunakan tulisan aksara Arab Pegon bahasa Jawa al-Maraki atau al-Meriki. Sistematika penulisan Tafsr Fai al-Ramn masuk dalam kategori tartb musaf, karena penyusunan penafsirannya di-mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nis. KH. Sholeh Darat menafsirkan Tafsr Fai al-Ramn, dimulai dari penjelasan nama surat dan turunnya surat, pendapat ulama tentang turunnya surat, jumlah ayat, kalimat dan huruf dalam surat, serta tujuan dan isi kandungan ayat. Tafsir Faid al-Rahman merupakan Tafsir pertama kali di tanah Jawa yang menggunakan bahasa Jawa dengan perantara Arab pegon. Pada Tafsir ini berdominan pada sufistik yang kuat. Karena beliau sangat lihat dalam penggabungan antara makna dhohir dan batin pada ayat al-Qur'an. Meskipun hanya berisikan surah AlFatihah sampai an-Nisa', tetapi kitab ini memiliki peran penting dalam pemahaman masyarakat sekitar mengenai makna al-Qur'an. Karena bahasanya disesuaikan dengan karakteristik masyarakat lokal menyebabkan banyak masyarakat alik bahkan awam yang lebih mudah memahami ayat al-Qur'an, tanpa adanya kesulitan.

Penulis:  Lailatus Syafaah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun