Mohon tunggu...
Pascasarjana IAT UIN SATU
Pascasarjana IAT UIN SATU Mohon Tunggu... Lainnya - Admin

Memuat berbagai tulisan, sarana memperkenalkan dan melestarikan karya ulama dan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Book

Pengenalan Tafsir Al-Ibriz Karya KH Bisri Mustofa: Sebagai Wadah Pelestarian dan Pengetahuan

23 Mei 2024   10:47 Diperbarui: 23 Mei 2024   11:14 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Tafsir merupakan produk pemikiran dari seseorang dimana setiap penyusunannya memilii tujuan dan urgensinya masing-masing. Di Indonesia sendiri, banyak sekali kitab tafsir lokal yang kaya akan budaya, bahasa, dan isi tafsir yang ketika dibaca akan semakin menunjukkan betapa beragamnya pemikiran dan latar belakang penyusunan kitab tafsir tersebut. Di Indonesia sendiri, kitab-kitab tafsir lokal biasa disebut dengan kitab tafsir nusantara.

Biografi KH. Bisri Mustofa

KH. Bisri Mustofa yang yang memiliki nama kecil Mashadi2 ini lahir di kampung Sawahan, Gang Palem, Rembang, Jawa Tengah pada tahun 1915. Beliau merupakan putra sulung dari pasangan H. Zainal Mustofa dan Chodijah. Bapak dari Bisri kecil bukanlah seorang kiai, melainkan pedagang kaya raya yang mencintai para kiai dan ulama. Beliau (Kiai Bisri) wafat pada tahun 1997 hari Rabu tanggal 16 Februari, saat usia 64 tahun4 dikarenakan serangan jantung, gangguan paru-paru, dan tekanan darah tinggi. Beliau menikah dua kali, pada tahun 1935 H dengan Ma'rufah putri Kiai Cholil dan dikaruniai 8 anak di antaranya: Cholil (1941 M), Mustofa (1943 M), Adieb (1950 M), Faridah (1952 M), Najichah (1955 M), Labib (1956 M), Nahiyah dan Atika (1964 M) kemudian, menikah lagi pada tahun 1977 dengan Umi Atiyah dan dikaruniai seorang anak bernama Maimun.

 Pada tahun 1939 Kiai Cholil wafat dan pada akhirnya Bisri lah yang melanjutkan kepemimpinan pesantren. Kiai Bisri melanjutkan aktivitas mengajar di pesantren dengan metode yang sama denga kiai-kiai sebelumnya. Di pesantren Kiai Bisri mengajarkan para santri beberapa kitab di antaranya kitab Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Alfiyah Ibn Malik, Fathul Mu'in, Jam' Al-Jawami', Tafsr al-Qur'an, Jurumiyah, Matan Imriti, Nazam Maqsud, 'Uqud Al-Juman, dan kitab-kitab yang lainnya. Sisi lain Kiai Bisri Mustofa yang sangat menarik untuk diulik menurut penulis ialah, keproduktifan beliau dalam menulis. Salah satu karyanya yang paling mahsyur ialah Kitab Tafsr al-Ibrz li Ma'rifah Tafsr al-Qur'an al-'Aziz, yang terkenal dengan sebutan al-Ibrz . Kitab ini terdiri dari 30 juz dan disusun selama kurang lebih empat tahun, dimulai tahun 1957 dan selesai tahun 1960 tepat pada tanggal 28 Januari sesuai dengan yang diutarakan Nyai Ma'rufah, istri beliau. Setelah kitab tersebut dirasa telah selesai, beliau pun kemudian menyerahkan tafsrnya untuk ditashih oleh KH. Arwani Amin, KH. Abu Amar, KH. Hisyam, dan KH. Sya'roni Ahmadi.

Profil Kitab  

Dalam muqadimahnya, beliau mengatakan bahwa pada dasarnya sudah banyak ulama yang menuliskan terjemah ataupun tafsr al-Qur'an, baik berbahasa Indonesia, Inggris, Jerman, Belanda, dan lain-lain. Bahkan sudah ada penafsiran yang dikarang dalam bahasa Jawa dan Sunda. KH. Bisri Mustofa menyebutkan alasan menulis kitab tafsrnya ialah untuk menambah khidmah dan usaha yang baik serta mulia sehingga akan dengan mudah mendapatkan ridho Allah Swt. Karena menurut beliau, al-Qur'an merupakan kitab suci yang ditturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat muslim, dan menjadi mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. Kitab Tafsr Al-Ibrz disusun nyentrik gaya khas pesantren, yakni menggunakan Jawa pegon (makna gandul dengan bahasa jawa) yang ditulis dibawah kata-perkata ayat al-Qur'an dan diberi syarah (penjelasan) di sisi luar kotak. Kiai Bisri membenarkan pernyataan bahwa tafsr al-Ibrz ini disebut sebagai terjemah tafsr al-Qur'an bukan tafsr al-Qur'an,15 karena dalam muqaddimahnya beliau menuliskan bahwa hanya menukil atau mengambil referensi dari kitab-kitab tafsr yang terkenal (mu'tabarah). Beberapa sumber rujukan yang digunakan Kiai Bisri dalam menyusun terjemah tafsr ini, di antaranya: tafsr Jallain, tafsr Baiow, tafsir Khzin, dan sebagainya.

Sistematika penulisan al-Ibriz secara garis besar ditulis dalam makna Jawa gandul pada bagian dalam, kemudian di bagian luar yang dibatasi oleh garis menjelaskan tafsiran ayat sesuai nomer ayat. Pada beberapa ayat yang memiliki perhatian khusus, terkadang penafsir juga memberikan keterangan tambahan, dalam bentuk tanbih, muhimmah, qisah, Mujarrob, dan faidah.22 Runtutan penulisan tafsirannya sesuai mengikuti ayat-ayatnya (mushafi) di mulai dari surah al-ftiah hingga surah an-Ns. Metode penafsiran yang digunakan dalam tafsr al-Ibrz yakni metode talili (analitis) dengan cara membahas makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur'an satu persatu secara tertib. Sedangkan bentuk tafsirnya al-Ibrz cenderung masuk kategori tafsir bil Ma'ur, karena penafsir secara tidak langsung mendasarkan penafsirannya pada ayat-ayat Qur'an maupun hadi-hadi Nabi Muhammad saw. Pendekatan atau corak tafsir al-Ibrz tidak memiliki kecenderungan pada salah satu corak saja. Sehingga, al-Ibrz termasuk bercorak kombinasi antara fiqhi, sosial masyarakat,tasawuf, pendidikan (tarbawi) serta sufi.

Penulis: Melati Almatu Sholikah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun