Mohon tunggu...
Pascal AdventraTandiabang
Pascal AdventraTandiabang Mohon Tunggu... Dosen - Dokter

a doctor, an academician

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Mitos, Fakta dan Tata Laksana Alergi Obat pada Anak

23 Desember 2023   07:20 Diperbarui: 24 Desember 2023   10:43 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alergi obat pada anak menjadi salah satu tantangan kesehatan yang cukup kompleks. Meskipun tidak semua anak mengalami reaksi alergi terhadap obat, pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme, diagnosis, dan tata laksana dapat membantu orang tua menjalani pengalaman medis anak dengan lebih tenang. Artikel ini akan membahas mitos dan fakta seputar alergi obat pada anak, serta bagaimana menghadapinya dengan bijak.

1.  Alergi Obat pada Anak: Mitos dan Fakta

Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita telaah beberapa mitos umum seputar alergi obat pada anak:

Mitos 1: Alergi Obat Langka pada Anak

Fakta: Studi menunjukkan prevalensi alergi obat pada anak berkisar antara 2,8% sampai 7,5%, menyoroti pentingnya kesadaran akan kemungkinan ini.

Mitos 2: Tes Kulit Selalu Akurat

Fakta: Meskipun tes kulit dapat memberikan bukti sensitisasi, tidak semua obat memiliki preparat khusus, dan hasilnya tidak selalu dapat diandalkan.

Mitos 3: Alergi Obat Hanya Terjadi pada Anak dengan Riwayat Alergi

Fakta: Meskipun riwayat alergi menjadi faktor risiko utama, alergi obat dapat terjadi pada anak tanpa riwayat alergi sebelumnya.

2. Faktor Risiko dan Pemicu Alergi Obat pada Anak

Mengetahui faktor risiko dapat membantu orang tua lebih waspada terhadap potensi alergi obat pada anak mereka:

  • Riwayat Alergi Sebelumnya: Jika anak pernah mengalami reaksi terhadap obat tertentu, ada kemungkinan reaksi yang sama dapat terulang.
  • Pemberian Parenteral dan Topikal: Penggunaan obat melalui suntikan atau secara topikal dapat meningkatkan risiko sensitisasi.
  • Usia: Anak usia dewasa muda cenderung lebih mudah mengalami reaksi daripada bayi atau usia tua.

3. Mengidentifikasi Alergi Obat pada Anak: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis

Tahapan awal yang krusial adalah mengidentifikasi kemungkinan alergi obat melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik:

  • Anamnesis yang Terperinci: Orang tua perlu memberikan informasi tentang formulasi obat, dosis, rute, dan waktu pemberian.
  • Pemeriksaan Fisis: Pemeriksaan yang teliti dapat membantu menentukan mekanisme reaksi obat, dengan kulit sering menjadi organ yang terkena.

4. Tata Laksana yang Bijak

Jika anak didiagnosis mengalami alergi obat, langkah-langkah tata laksana yang bijak sangat penting:

  • Hentikan Obat yang Dicurigai: Langkah pertama adalah menghentikan penggunaan obat yang dicurigai menjadi pemicu alergi.
  • Mengobati Reaksi yang Terjadi: Pengobatan reaksi alergi harus sesuai dengan manifestasi klinis yang muncul.
  • Mengidentifikasi dan Menghindari Cross-Reactivity: Mengenali obat lain yang dapat menyebabkan reaksi silang penting untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.

5. Graded Challenge: Tes Provokasi dengan Hati-Hati

  • Graded Challenge: Tes provokasi dengan dosis yang ditingkatkan dapat membantu mengonfirmasi atau menyingkirkan alergi. Tes ini dilakukan dengan hati-hati, terutama pada anak yang reaksi alerginya tidak jelas.

Alergi obat pada anak bukanlah hal yang dapat diabaikan.  Mengatasi alergi obat pada anak tidak hanya tentang menghindari obat tertentu. Ini juga tentang mengubah pandangan dan pendekatan terhadap pengelolaan kesehatan anak. Kesadaran dan pemahaman orang tua tentang risiko, faktor pemicu, dan tata laksana yang tepat dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika terdapat kekhawatiran atau gejala yang mencurigakan. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh dengan sehat dan bahagia, bebas dari beban alergi obat yang tidak perlu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun