Pondasi penting dalam sepak bola di negara-negara maju adalah pengembangan liga dan usia dini. Liga yang kompetitif dibalut oleh sistem yang sehat serta menjunjung semangat sportifitas akan menunjang pengembangan pemain lokal. Pemberlakuan Video Assistant Referee (VAR) di BRI Liga 1 musim 2024/2025 menjadi langkah tepat untuk membantu wasit memimpin pertandingan.Â
Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diperhatikan dan dibenahi oleh PSS1 dan LIB. Bila kualitas liga lokal berkembang maka pemain lokal tidak perlu takut bersaing dengan pemain keturunan (mayoritas abroad) sebab kemampuan menjadi tolak ukur pemanggilan skuad timnas Indonesia.
Pembinaan usia dini merupakan aset penting setiap timnas di negara-negara pecinta bola. Hal ini dikarenakan pentingnya regenerasi untuk menciptakan tim kuat untuk mampu bersaing di dunia. Pembinaan usia dini masih menjadi rapot merah setiap pergantian kepengurusan PSSI. Tugas ini tidak mudah dan perlu waktu panjang untuk membuat liga-liga sesuai jenjang umur. Fasilitas, kebijakan, sampai liga kompetitif merupakan ornamen-ornamen yang perlu diperhatikan. Saat ini, skuad timnas muda lagi-lagi masih mengandalkan pemain keturunan, seperti Mat Sitorus Baker (timnas U-16), Jens Raven (U-20), Welber Jardim (U-20).
Dengan demikian, program naturalisasi merupakan program jangka pendek yang massanya akan habis pada suatu hari. Saat ini, program naturalisasi menjadi tonggak dalam pengembangan sayap garuda di dunia sepak bola internasional. Masyarakat gila bola ini layak berharap dan berdoa untuk bisa tampil di pentas akbar terbesar dunia. Namun, perlu di garis bawah, kegemilangan timnas Indonesia saat ini masih memiliki pekerjaan rumah yang lama terbengkalai. Pengembangan liga dan pembinaan usia dini bukan hanya tugas PSSI dan LIB, tetapi seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H