Mohon tunggu...
partokenthir
partokenthir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lagi-lagi PKI

8 Mei 2016   15:49 Diperbarui: 8 Mei 2016   16:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi PKI

kok nggak bosen-bosennya to ribut-ribut masalah itu?

lha mbok ya sudah...

ini tahun 2016

move on donk..move on...

kok malah koyok kekasih yang doyan drama mengungkit-ungkit masa lalu

tuh lihat..

rakyat  sibuk saling mencaci maki

antara fans PKI FC dan NKRI FC

yang sorak-sorak bergembira ya media

yang kerjaannya tukang manas-manasi 

gak usah pake tuntut-tuntutan maaf...

kalo mau ya minta maaf bareng-bareng

salaman bareng-bareng

kalo mau cari tahu siapa yang salah duluan

yo baca sejarah

yo cari tahu dari orang-orang tua terdekatmu

tanyakan pada mbahmu yang dulu Masyumi kenapa dia takut PKI waktu masih jaya-jayanya?

tanyakan juga pada tetangga mbahmu yang PKI kenapa partainya harus membunuhi ustadz-ustadz?

tanyakan pada sodaranya buyutmu kenapa ikut-ikutan membacok orang-orang yang gak bersalah dituduh simpatisan PKI?

kalo mbahmu sudah mati

yo tanyakan ning bapak-ibumu

baru setelah itu buka buku sejarah

lalu dicari benang merahnya

lalu kamu tariklah kesimpulannya

karena kamu manusia

nduwe otak, nduwe akal lan nduwe kebijaksanaan

kamu bukan binatang yang musti di dikte dan dilatih supaya pinter salaman

makanya jangan cuma buka facebook dan twitter lalu ikut-ikutan ngamuk

atau sok-sokan ikut-ikutan menuntut minta maaf

minta maaf itu sama wong tuwomu

opo bojomu

opo tetonggomu

jik doyan selingkuh, nilep duwit, utang gak dibayar lan main cewek ae sok-sokan menuntut minta maaf

mbahmu! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun