Mohon tunggu...
partokenthir
partokenthir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Membaca" Kasus Yuyun yang Kurang dari Sorotan Media

3 Mei 2016   01:08 Diperbarui: 3 Mei 2016   07:32 2841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DOKUMENTASI FOTO DARI merdeka.com

Mencoba memahami kasus Yuyun, gadis berusia 14 tahun yang diperkosa rame-rame oleh belasan ABG (Anak Baru Gede) lalu dibunuh. Ini terjadi di Bengkulu. Dan beritanya kini menjadi ramai di media sosial sampai hari ini (5/3/2016) karena sebelumnya banyak yang protes kenapa banyak yang tidak peduli dengan kejadian ini.  

Saya tidak akan mengulas kembali apa yang telah diulas media-media online perihal perilaku kebejatan yang dilakukan oleh pemuda-pemuda pemerkosa itu. 

Pembunuhan Dietje Budimulyono, seorang peragawati cantik di tahun 1980an yang akhirnya menjadikan seorang bapak tua yang kerap disapa Pak De yang malah menjadi kambing hitamnya, kasus Mbah Jiwo yang memutilasi cucunya sendiri menjadi 70 lebih bagian, kasus Ryan Jombang, kasus Robot Gedek di era 1996, kasus pembunuhan Angeline, dan masih banyak lagi sampai kasus yang terhangat, Yuyun.

Ada dua metode memahami kejadian ini.  Yang pertama adalah secara eksplisit atau kasat mata.  Melalui metode ini yang kita lihat adalah Yuyun seorang gadis yang menjadi korban kebejatan seksual juga korban pembunuhan.  

Yuyun menjadi obyek para pemuda bejat tersebut. Yuyun dieksploitasi habis-habisan saripati dirinya dengan cara paksa. Tatkala mendengar beritanya tentulah hati kita teriris, marah, sedih, geram, merasa jijik dengan pelakunya, mengutuki pelakunya dan lain sebagainya.  

Lalu kita pun menuntut hukuman seberat-beratnya bagi para pelaku kebejatan ini.  Tak lupa pula sebagai tanda simpati masyarakat ramai-ramai menyalakan lilin sebagai tanda solidaritas untuk Yuyun.

Metode kedua adalah bila kita melihat seluruh kejadian ini secara metafora dan simbolis.  Kita tidak lagi melihatnya sebagai sebuah kasus yang hanya bisa dilihat secara kasat mata, tetapi ini merupakan sebuah tanda atau lebih tepatnya ‘penanda’. Tanda yang ditunjukkan oleh alam. Tanda yang ditunjukkan oleh Tuhan yang sudah lama kita lupakan sebagai bagian dari gejala alam.  

Tanda yang muncul karena diakibatkan oleh kebejatan manusia-manusia sendiri. Sebenarnya ketika kasus pemerkosaan dan pembunuhan tengah menimpa gadis malang yang baru mekar ini, kejadian yang sama tengah berlangsung sudah begitu lama hingga sekarang pada negeri kita yang disebut Indonesia ini.  Bahkan lebih bejat lagi dan tidak ada yang bersimpati. 

Yuyun adalah Indonesia. Indonesia dari dulu sudah dieksploitasi habis-habisan pada era orde baru, alias diperkosa, dirampok, oleh banyak bangsa bahkan oleh saudara sebangsanya sendiri.  

Tak hanya sampai disitu, dari reformasi sampai saat ini Indonesia bagaikan seorang gadis yang “kemolekannya” terus diperebutkan oleh “tangan-tangan” yang tak terlihat.  Di era Jokowi? Tentu saja ada. Negara-negara tak terlihat sedang memperebutkan Indonesia dan mencoba menguasainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun