Mohon tunggu...
Partoba Pangaribuan
Partoba Pangaribuan Mohon Tunggu... Arsitek -

Architect Consultant - Author - Graphic Designer - Football Lover - Hockey - Travelling - Photography - Music

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Siraman Kopi 'Liga Kopi'

30 Juni 2016   19:05 Diperbarui: 30 Juni 2016   19:13 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

#LigaKopiPakeSarung

SIRAMAN KOPI HANGAT DAN MANIS

Ada kompetisi sepakbola di sebuah negara bertitel Liga KOmPetisi Independen disingkat 'Liga Kopi', Peserta 'Liga Kopi' ini adalah klub-klub elit dan katanya profesional. 'Liga Kopi' tersebut dikelola oleh sebuah perusahaan bernama PT. GeraTiSan Tanpa Sianida. Sponsor utama 'Liga Kopi' ini kebetulan juga produk kopi dengan merek 'Kopi Tarabisa'. 

Namun status 'Liga Kopi' ini bukanlah program kegiatan resmi dari federasi sepakbolanya yang bernama 'Badan Sepakbola Seluruh Injogedsia (BSSI). Karena setahun yang lalu federasi tersebut dibekukan oleh Menteri Pemuja Olahraga Kopi (MENPORAK), karena sudah terlalu banyak kasus yang membelit federasi tersebut. Mulai masalah ketidakbecusan pengelolaan kegiatan sepakbola hingga masalah tidak adanya prestasi apalagi tranparansi. Sehingga federasinya tidak bisa (tidak boleh) memutar kompetisi resmi. Akibatnya Federation International Football Association Corrupted  (FIFAC)-pun mem-'Banned' BSSI.

Akhirnya sebuah perusahaan pengelola kegiatan olahraga berinisiatif memutar sebuah kompetisi bertajuk independen dengan nama 'Liga Kompetisi Independen' (Liga Kopi) seperti yang disebut di awal awal paragraf tadi.  

Namun pada kenyataannya, di dalam proses berjalannya kompetisi 'Liga Kopi' tersebut terjadi banyak persoalan yang tidak jauh beda seperti masalah yang kerap terjadi pada liga-liga sebelumnya yang pernah digelar secara resmi oleh federasinya. 

Padahal  konon ceritanya 'Liga Kopi' ini direstui oleh pemerintah Injogedsia karena dianggap sebagai laboratorium atau percontohan atau implementasi kopetisi ideal yang sesuai dengan program 'Tatah Kelolah Sepakbolah Injogedsia' yang digadang oleh pemerintahnya.  

*** 

Dalam sebuah kompetisi olah raga profesional apapun di negara tersebut memang sejatinya diawasi dan dikendalikan oleh sebuah badan bernama 'Komisi Olahraga Profesional Injogedsia" (KOPI). Namun nampaknya dalam proses berputarnya 'Liga Kopi' tersebut tidak diawasi dan dikendailan oleh KOPI, sehingga terjadi hal-hal yang 11-12 dengan kompetisi resmi yang pernah digelar oleh BSSI, oleh operatornya PT. Liga Injogedsia. 

Masih terasa panas mungkin diingatan, bahwa kompetisi bertajuk 'independen' itu kembali memakan korban jiwa. Bukan cuma nyawa suporter yang hilang, bahkan seorang aparat keamanan tewas akibat amukan massa. Inilah potret sepakbola brutal di sebuah negara yang sejak lama sudah salah urus, karena hanya mementingkan yang penting bisa 'joged'. Mulai dari pengurus federasi yang tidak sehat dan tidak sportif, hingga pemerintahnya yang juga membiarkan praktek sepakbola 'primitif' itu tetap berlangsung. 

Parahnya lagi, paska jatuhnya korban jiwa akibat sepakbola bar-bar tersebut. Menporak Injogedsia nge-twit begini; 

"Kalo sdh banyak korban nyawa begini, Menurut ANDA, lanjut atau berhenti 'Liga Kopi' ini?" 

#PengamatKopi semakin tanda tanya. Ini 'Menporak' ngerti gak sih kapastitas wewenangnya? Pake nge-twit lagi untuk minta pendapat? Lebih keren Menporak di jaman AD 'kumis' dong yang berani langsung mengambil keputusan untuk melarang klub 'de orensjek' main di Stadion Gelora Punk Kalan (GPK) paska tewasnya suporter karena dikeroyok suporter lain. Hadeeh.... 

Kemudian pertanyaan berikutnya muncul. Mengapa KOPI-nya tidak melakukan pengawasan? Tidak mau atau tidak mampu yah? Pengakuannya sih karena tidak ada biaya operasional. Jangankan untuk biaya operasional pengawasan kompetisi, gaji pengurus KOPI-nya aja selalau terlambat cair. Betulkah demikian? Dan benarkah karena tidak ada biaya oprasional sehingga tidak melakukan pengawasan?. Lalu dari manakah seharusnya sumber biaya operasional KOPI? 

Ada pula gosip yang mengatakan bahwa ada biaya pengawasan yang sudah dialokasi oleh operator 'Liga Kopi' dan sudah diberikan ke KOPI. Pertanyaan membingungkan kemudian muncul. Bagaimana pula pengawas akan mengawasi kegiatan yang diawas jika biaya pengawasan diperoleh dari yang seharusnya diawasi? #LogikaKopiPahit

Atau jangan-jangan karena 'Menporak'-nya sudah 'ngopi' bareng dengan para pengelola PT. GeraTiSan Tanpa Sianida? Sehingga 'Menporak' enggan untuk menyuruh KOPI melakukan pengawasan gelaran kompetisi secara serius.

 #PengamatKopi makin bingung menganalisa. Ah semoga ada yang bisa menjawab.....

Di lain kabar, katanya 'Menporak'-nya juga punya kegiatan kompetisi bernama 'Liga Sarung'. Dan entah gosip-gosip darimana pula ada kabar bahwa 'Liga Sarung' juga kena 'siraman' kopi hangat dan manis dari operator 'Liga Kopi'.  Siraman kopinya mungkin terasa nikmat sekali, sehingga tidak enak kalau kenikmatan itu harus dihentikan. 

'Kopi GeraTiSan' itu memang paling enak. Sudah GeraTiSan! berhadiah pula sebesar 30%. Pantes Liga Kopi Tarabisa (baca: tak bisa) dihentikan!.

#SalamKopi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun