Mohon tunggu...
Paryono Yono
Paryono Yono Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi

Blog pribadi https://dolentera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mutiara Terpendam dari Stori Masa Kecil

27 Juni 2019   08:31 Diperbarui: 27 Juni 2019   08:32 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berkumpul keluarga, hal yang paling menarik adalah ketika bercerita tentang masa kecil. Saking asyiknya waktu berjam-jam tidak terasa. Beban dipundak sejenak seakan lepas. Tugas di depan mata menjadi lupa. Cerita-cerita peristiwa masa kecil dapat merefresh hidup menjadi lebih segar.

Dalam perbincangan terkadang muncul berbagai cerita yang dulunya lupa menjadi ingat kembali. Dari realita yang sebelumnya buram menjadi lebih jelas. Peristiwa satu demi satu keluar, dari yang menyedihkan, memalukan, menjengkelkan, sampai menyenangkan.

Stori masa kecil memang memang selalu menarik, juga bermanfaat. Ada yang dapat diambil menjadi pelajaran penting saat ini dan yang akan datang. Berguna tidak hanya bagi saya, tapi juga dapat menjadi pesan berharga bagi generasi selanjutnya.

Saya tidak tahu apakah disengaja atau tidak, namun yang jelas, lewat peristiwa masa kecil itu orang tua seakan mengajarkan bagaimana bertindak tanduk. Bagaimana seharusnya bergaul dengan keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar.

Ketika Diremehkan

Dulu ketika awal menginjakkan kaki ke bangku kuliah, banyak tetangga yang menyepelekan. Tidak sedikit yang meremehkan. Bagi mereka yang tidak suka beranggapan tidak patut bagi petani pelosok pinggir hutan menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi.  Cukup sekolah dasar ditambah sedikit ketrampilan bertukang atau berdagang, nanti juga bisa makan, anggapan mereka.

Mereka memandang sebelah mata akan kemampuan orang tua kami untuk membiayai keempat anaknya di bangku kuliah. Apalagi orang tua kami hanya lulusan SD dengan pekerjaan petani. Secara kasat mata hanya mendapatkan penghasilan tiap empat bulan sekali selepas panen.

Namun orang tua kami tidak banyak cakap. Memang toh percuma saja ditanggapi karena perbedaan sudut pandang. Selain itu tidak ada yang bisa untuk membela diri. Belum ada bukti yang bisa disodorkan untuk menyangkal cercaan tetangga tersebut.

Bapak ibu hanya fokus bekerja, mengurus anak sambil sesekali silaturrahmi untuk melepas sumpek atas berbagai persoalan hidup. Bertemu Pak Yai atau mendengar wejangan dari orang yang berpengalaman menyekolahkan anak. Mendengarkan penuturan dari orang yang berilmu dan berpengelaman seperti guyuran hujan di masa kemarau. Menutup pori-pori yang kering serta mendinginkan suasana hati.

Menanam Kebaikan

Kesabaran dibutuhkan ketika dihimpit persoalan. Selain pelajaran sabar akan cercaan, lewat stori masa kecil saya juga diajarkan untuk menanam kebaikan sebanyak-banyaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun