Mereka rajin berpuasa, tidak hanya puasa Romadhon, tetapi juga puasa senin-kamis dan puasa sunah di bulan-bulan tertentu. Mungkin mereka tidak tahu menahu kaitan hadits sholat dan  puasa sunah yang mereka kerjakan.
Apakah hadits tersebut dho'if atau tidak, mereka pun tidak terlalu memperdulikan. Bagi mereka yang penting melaksanakan pelajaran dari orang tua atau kyai/guru panutannya. Mereka yakin itu perintah Allah, dengan mengerjakan maka pertolongan Allah akan menaungi kehidupan keluarganya.
Mereka gemar melakukan kebaikan, terlihat dari rutinnya peran mereka ketika kerja bakti di masjid atau mushola. Ketika ada pengajian, selain hadir, mereka pun tidak berat mengulurkan tangan dengan memberikan apa yang mereka punya, tenaga atau makanan yang ada. Bahkan ada yang bersedia mengiris sebagian tanahnya untuk diwakafkan ke mushola.
Begitulah Allah. Jika Allah mau memberikan pelajaran kepada siapa, dan melalui apa/siapa maka semuanya akan terasa mudah. Tidak harus dari biografi tokoh dunia, orang kecil yang biasa diremehkan pun jika Allah berkehendak akan jadi pelajaran berharga.
Aku pun tersadar akan keberadaan titipan Allah yang ada di sampingku. Di pundakku, pemimpin keluarga, masa depannya digantungkan. Pelajaran dari ketiga orang tersebut menjadi modal untuk menata kehidupan anak-anak.
Melalui tangan, pikiran, hati, akan ku ukir kehidupan mereka. Tentunya aku pun tak lupa untuk mohon ijin dan bimbingan Allah, agar langkahku dimudahkan. Karena tanpa pertolongan-Nya, apapun yang kuusahakan akan sia-sia.