Mohon tunggu...
Paryono Yono
Paryono Yono Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi

Blog pribadi https://dolentera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Kesuksesan

29 Desember 2018   22:54 Diperbarui: 29 Desember 2018   23:08 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay.com

Aku duduk di pojokan sambil mendengarkan wejangan Abah, orang yang sudah kuanggap orang tua sendiri.

"Orang harusnya tahu di hari nanti dia akan berhasil atau tidak, meskipun itu cukup ada di hati, tidak perlu diucapkan." ucap Abah.

Kemudian Abah mengibaratkan ketika anak di bangku sekolah.
"Anak yang rajin berangkat sekolah, nilai tugas dan ulangan di atas rata-rata, dan ketika tes akhir ia yakin bisa mengerjakan, anak tersebut pantas optimis lulus, meskipun belum ada pengumuman kelulusan. Keyakinan lulus cukup ada di hati, tidak perlu disampaikan karena tentu akan dianggap sombong. Kesuksesan juga seperti itu, tinggal bagaimana kita mengukur (indikasi-indikasinya)." Ucap Abah dengan lugas.

Pikiran ku pecah, seakan menemukan titik terang di jalan gelap. Ingatanku mengais-ngais kisah orang di sekitarku, mereka ku anggap berhasil mendampingi anak-anaknya pada kesuksesan.

Petani di desaku yang terpencil, seorang sopir pabrik, dan seorang janda, mereka semua tidak lulus SD, pendapatan tidak bisa dikatakan cukup untuk pendidikan anaknya,  apalagi pada saat itu, untuk mendapat beasiswa tidak semudah sekarang, tetapi mereka dapat menghantarkan anak-anaknya menyelesaikan kuliahnya.

Saat ini anak-anak mereka sudah bekerja. Mereka menikmati hari tuanya, anak-anak mereka pun sangat mengerti kebutuhan orang tunya.

Bagiku mereka adalah contoh orang-orang hebat karena dapat membawa anak-anaknya jauh melebihi kondisi mereka, baik dari ekonomi, pendidikan, maupun pengalaman. Bahkan mungkin mereka lebih mampu mengajarkan etika kepada anak-anaknya, dibanding sebagian orang yang kukenal, padahal lebih berpendidikan. Anak-anaknya lulus perguruan tinggi, tetapi tidak ada rasa hormat kepada orang tua.

Cerita perjalanan mereka bertiga mengingatkanku akan surat Ar-Ra'd ayat 29, ayat yang sering Abah singgung.

"Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik." bunyi ayat tersebut.

"Ooo, berarti harus melihat perjalananku kembali, aku mesti menata keimanan dan amal baik". Gumamku.

Meskipun mereka belum tentu tahu menahu mengenai ayat tersebut. Namun menurut kaca mataku, mereka telah melakukannya. Mereka memperbaiki keimanan dengan sholat dan puasanya. Tidak hanya sholat wajib melainkan juga sholat rawatib dan sholat sunah lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun