Kalian Dengarkan Keluhan
Dari pintu ke pintu
Kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku
Dan keluh ibunya
Tetapi nampaknya semua mata
Memandangku curiga
Seakan hendak telanjangi
Dan kulit jiwaku
Apakah buku diri ini selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
Dengan sorot mata yang lebih tajam dari matahari
Kemanakah sirnanya
Nurani embun pagi
Yang biasanya ramah
Kini membakar hati
Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi 'tuk kembali
Lagu yang dipopulerkan Ebiet G Ade ini mengingatkan saya kepada orang yang ingin keluar dari lingkaran dosa untuk menjalani kehidupan lebih baik. Di sekitar kita mungkin bersliweran tapi entah kita menyadari atau tidak.Â
Simbolisasi dari keinginan taubat di media terlihat ketika seseorang tiba-tiba menggunakan baju koko-peci, kalau perempuan berkerudung-jilbab dalam persidangan pidana. Meskipun kita tidak tahu yang sebenarnya, apakah dia benar-benar ingin berubah atau tidak.
Lagu Kalian Dengarkan Keluhanku ini mengisahkan perjalanan orang bertaubat yang ingin keluar dari lumpur dosa. Perjuangan untuk mendapatkan sesuap nasi untuk anak istri, di saat orang sekitar dan masyarakat tidak lagi mempercayai.
Memang, kehidupan tidak semudah layaknya di Film Televisi (FTV), sang aktor atau aktris tiba-tiba hidup berkecukupan pasca penyesalan dan taubat. Kenyataanya, tidak sedikit orang yang dalam masa memperbaiki diri, akhirnya kembali lagi ke lumpur dosa karena tidak kuat menghadapi tekanan.
Tidak semua orang dianugerahi keluarga dan teman yang mendukung kita menjadi lebih baik. Persoalan perut terkadang membuat mereka tidak memperdulikan baik buruknya. Ketika menghasilkan uang dianggap baik, dan sebaliknya.Â
Celakanya ketika keluar dari kubang dosa, dia juga kehilangan akses untuk mendapat jalan rejeki. Akhirnya keluarga dan teman-temannya berusaha menceburkannya kembali ke lumpur dosa. Tinggal sejauh mana keteguhan hati, apakah dia akan kembali ke belakang atau terus menuju jalan yang lurus.
Tawwabin atau orang yang bertaubat harus  menjelaskan kepada mereka yang mengajak balik ke belakang, bahwa jalannya yang dulu salah. Tawwabin harus mau berbagi mengenai pencerahan yang dia peroleh kepada orang tersebut. Apakah mereka mau ikut apa tidak, biarlah itu menjadi uruasan Allah.
Dibutuhkan kesadaran tinggi dan kemauan yang kuat. Kesadaran bahwa jalan yang dia tempuh adalah jalan yang menyelamatkan baik dirinya maupun  keluarganya. Kesadaran tersebut akan melahirkan keikhlasan dalam berjuang. Tidak memperdulikan untung rugi, yang terpenting taubatnya diterima Allah.
Untuk menumbuhkan kemauan dan tekad dibutuhkan komunitas yang mendukung. Komunitas tersebut dapat kita temukan di majlis dzikir, majlis ilmu, serta orang yang senantiasa mengingatkan kepada Allah. Berkumpul dengan mereka menjadikan hati lebih tentram dan menguatkan tekad untuk terus berjuang.
Selain itu perbuatan baik harus terus ditanam, dipupuk dan disemai. Perbuatan baik akan menjauhkan balak dan menumbuhkan kasih sayang, baik dari kita ke mereka, maupun sebaliknya. Jika semua dilakukan  jalan diterima taubat akan semakin dekat, dengannya akan memuluskan jalan untuk lebih dekat kepada Allah.
Sumber rujukan dari Al Qur'an,
Al Baqarah ayat 160
An Nisa' ayat 146
Al Furqon ayat 70 - 71
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H