Mohon tunggu...
Paryono Yono
Paryono Yono Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi

Blog pribadi https://dolentera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Uang, Cara Iblis Mengalahkan Si Abid

9 Desember 2018   08:27 Diperbarui: 9 Desember 2018   11:45 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah, aku akan membantumu. Engkau tidak pernah melakukan ibadah dengan bersedekah bukan? Tanya Iblis.

"Ya..!, cepat apa yang akan engkau lakukan untuk membatu saya..?" Tanya Abid tidak sabar.

"Setiap bangun dari tidur, lihat lah apa yang ada di bawah bantalmu. Engkau akan menemukan uang satu Dinar, dengan uang itu engkau dapat bersedekah." Kata Iblis.

Awalnya Abid tidak percaya begitu saja, tetapi karena rayuan Iblis begitu menggoda. Akhirnya Abid menerima saran Iblis.

Benar saja, setelah bangun tidur dia membuka bantal, dia menemukan uang satu Dinar. Abid pun tersenyum dengan gembira. Keesokan harinya pun demikian, dia kembali mendapati Dinar di bawah bantalnya.

Namun untuk hari ke tiga, uang Dinar di bawah bantal tidak dia temukan. Abid pun marah dan dia segera mengambil kampaknya untuk menebang pohon sesembahan tersebut.

Di tengah perjalanan, Abid berjumpa kembali dengan Iblis dan menyatakan akan kebohongannya itu. Tanpa pikir panjang Abid mengajak Iblis untuk bertarung lagi. Namun apa mau dikata, pada pertarungan kali ini Abid kalah, Iblis lah yang menang.

Abid sekarang tidak lah seperti yang dulu, Abid tidak lagi ikhlas kepada Allah. Dia telah mengalihkan niatnya pada uang Dinar. Sehingga kekuatan yang dimilikinya tidak seperti dulu.

Strategi menggunakan uang ala Iblis untuk meraih kemenangan pasti akan diterapkan, apalagi mendekati tahun politik seperti sekarang ini. Orang yang dalam himpitan ekonomi memang mudah diprovokasi melalui ketidakmampuannya. 

Tidak perduli orang tersebut dianggap Ustadz, Kyai, Ulama atau santri. Dengan alasan jihad mereka diprovokasi. Tentunya ditambah fasilitas akomodasi dan tawaran tertentu. Tawaran yang diberikan tentunya sesuai kelas. 

Jika pengikut pemberian sebatas tersedianya transportasi, nasi kotak dan uang saku dianggap cukup. Lain lagi dengan pemimpinnya, pondok pesantren atau jabatan diantaranya mungkin menjadi tawaran yang lebih realistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun