Kemarin (1 November 2015) Turki kembali menyelenggarakan pemilu legislatif, setelah pemilu yang sama 7 Juni kemarin tidak berhasil membuahkan kabinet yang baru. Benar, AKP menjadi pemenang dengan 40% lebih suara, namun perolehan mayoritas tersebut tidak serta merta menghantarkan partainya Erdogan dengan mudah menyusun kabinet yang baru.
Sistem parlementer di Turki menyaratkan minimal 50% kursi di parlemen untuk sebuah kabinet, jika partai pemenang tidak mencapai angka tersebut, maka diharuskan melakukan koalisi dengan partai lain. Tapi, sepertinya tidak mudah membuat koalisi bagi AKP, lagi pula partai tersebut tidak mempunyai pengalaman membentuk koalisi. Tiga pemilu sebelumnya, AKP dengan ‘pede-nya’ menjadi partai tunggal dalam tubuh kabinet. Perolehan kursinya di parlemen selalu diatas 50%, dan hanya tahun ini saja AKP mengalami sedikit kehilangan power, sehingga terombang-ambing tawaran koalisi dari partai di parlemen lainnya.
Jika kita lihat partai-partai di Indonesia, hampir semuanya se-tipe. Di mana, tidak ada partai yang benar-benar ideologis. Yang nasionalis-sekuler, nyatanya masih ada embel-embel religius, yang islamis juga tak mau lepas dari ikatan nasionalis. Jadi hampir plek dan hampir tidak ada diferensiasi sama sekali. Itu, baru ranah ideologi partai. Dari sisi moralitas, semua partai yang di senayan (baik yang usang maupun yang baru) semuanya penjahat, sama-sama terlibat korupsi. Menggelikan dan menjijikan. No offense, ya. Jadi, membentuk koalisi di Indonesia tidak terlalu susah. Yang penting deal kekuasaanya 'sama-sama enak'.
Namun berbeda dengan Turki. Ketidak berhasilan partai-partai di Turki membentuk koalisi bukan karena masalah molaritas dan urusan pembagian kekuasaan, tetapi karena masalah ideologi yang masing-masing partai yang saling berseberangan. Saat ini, hanya ada empat partai besar dari puluhan partai yang mengikuti pemilu. Perolehan suara pada pemilu 7 Juni yang lalu, AKP (40.87%) yang Islamis, CHP (24.95%) yang sekuler, MHP (16.29%) yang nasionalis-Turki, dan HDP (13.2%) dengan ideologi sosialis-Kurdinya. Menyatukan satu-dua partai di atas ternyata tidaklah mudah. Pada awalnya, AKP mengadakan penjajakan dengan HDP, karena sebelumnya basis HDP adalah pendukung AKP, namun kemudian tensi hubungan keduanya dalam dua bulan terakhir memanas. Setelah kelompok PKK (sayap militer Kurdi) membunuh dua tentara Turki di perbatasan Suriah, yang kemudian berbalas serangan militer ke markas PKK dibagian tenggara Turki. Setelah kejadian tersebut, pimpinan HDP menolak keras tawaran koalisi dari AKP. Gagal merangkul HDP, partai yang sekarang dipimpin Ahmet Davutoglu ini kemudian ‘PDKT’ ke partai nasionalis MHP. Namun, sepertinya MHP mensyaratkan sesuatu yang sepertinya tidak bisa dipenuhi AKP. Salah satu syaratnya adalah diberlakukannya kembali kebijakan keras bagi kaum Kurdi. Akhirnya, AKP kembali gagal membentuk koalisi dengan MHP.
Kemudian, diakhir batas waktu pembentukan koalisi AKP akhirnya mencoba mendekati CHP -partainya Kemal Attaturk ini. Di tingkat elit, sebenarnya hampir tidak ada masalah apalagi dua partai ini adalah pemenang pertama dan kedua. Namun, perbedaan ideologi mereka yang menonjol ditambah pendukung tradisonalnya yang saling berlawanan akhirnya kembali menggagalkan AKP membentuk koalisi.
Kegagalan demi kegagalan tersebut, kemudian memaksa panitia pemilihan umum kembali menyelenggarakan pemilu. Dengan harap, ada partai tunggal dengan perolehan kursi mayoritas. Tentu, penyelenggaran ajang sebesar ini akan memakan biaya yang cukup besar di tengah lesunya perekonomian dunia. Tetapi, demi sebuah kejelasan pembangunan yang berkelanjutan sepertinya rakyat Turki mau tidak mau berpesta kembali hari ini.
Dan HASILNYAnya Updated (1/11/2015, 23.10)
AKP : 49.4% s (setara 57.45% kursi di parlemen) ~> sesuai dengan prediksi saya sebelumnya.
CHP : 25.4% (24.36% kursi di parlemen)
MHP : 11.9% (7.45% kursi di parlemen)
HDP : 10.7% (10.72% kursi di parlemen)
Dengan perolehan kursi yang mencapai 57% dari 550 total kursi, sudah dipastikan AKP akan menjadi partai tunggal di kabinet. Prediksinya, Ahmet Davutoglu (PM yang sekarang) akan kembali menjabat sebagai PM. Lalu, apakah rencana AKP yang ingin mengubah sistem pemerintahan dari parlementer ke presidensial benar-benar terealisasi? kita tunggu kabarnya paling cepat tahun depan. Saat ini yang perlu dilakukan Turki adalah menggenjot ekonomi yang sedang lesu sekaligus menekan angka inflasi, dan serta fokus pada nasib pengungsi Suriah, yang kabarnya negara-negara Eropa semakin alergi dengan hadirnya para pengungsi.
Selamat Babe Erdogan, partai Anda menang!
~Fakta menarik pemilu Turki:
- Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dikenai denda sebesar 50 Lira (300k rupiah).
- Pemilih hanya bisa menggunakan haknya ditempat dimana ia tinggal, jika pemilih di luar negeri ya harus balik dulu sebelum nyoblos.
- Karena dua hal diatas, berakibat pada libur kantor dan kampus yang teramat panjang setiap diselenggarakannya pemilu. Sejak Rabu kemarin hingga Senin besok, kantor-kantor pemerintah dan kampus libur. Memberikan kesempatan warganya untuk mudik. Enakan?Â
- Partisipasi pemilih cukup tinggi, mencapai angka 88% (jika dibandingkan dengan pileg kita 2014 lalu yang hanya 75%).
- HDP menjadi kuda hitam dalam pemilu kali ini. Partai ini menjadi partai sosialis Kurdi pertama yang berhasil mengalahkan perolehan kursi partai nasionalis MHP dan juga mengurangi perolehan kursi AKP jika dibanding perolehan kursinya 4 tahun yang lalu. Sebagai tanda awal bangkitnya politik kaum Kurdi.