Selama ini, saya mencari teh di supermarket-supermarket besar seperti Kipa, Carrefour atau Migros. Namun, ditempat itu saya mudah sekali menemukan varian-varian teh yang non-melati dan tentu teh murni yang tanpa campuran. Dan akhirnya, beberapa hari yang lalu saya menemukan teh-melati ala Turki. Di sebuah toko Tuqba, toko cemilan dan oleh-oleh itu akhirnya saya menemukan Yaşminli Çay. Dengan merogoh uang sebesar 5 lira (25 ribu rupiah) untuk kemasan teh seberat 60 gram, akhirnya bisa menikmati varian minum teh yang saya sukai ini.
[caption id="attachment_404675" align="aligncenter" width="560" caption="Teh Melati aka Yasminli Cay (foto koleksi pribadi)"]
Teh-melati yang saya beli itu adalah kombinasi teh hijau dengan bunga melati yang sudah dikeringkan. Saya tidak tahu dari mana teh itu berasal, dari impor atau hasil aseli Turki sendiri. Asal anda tahu, selain teh Turki juga terkenal dengan Turk Kahvesinya (Kopi Turki) namun 100% bahannya adalah impor. Namun untuk teh tidak, tanaman teh juga mampu tumbuh subur di daratan Anatolia bagian utara dekat Laut Hitam, kawasa Rize dan sekitarnya.
Untuk rasa sendiri cukup nagih, dan menurut saya lebih pas di lidah jika dibanding minum teh murni (tanpa campuran). Apalagi kalau gulanya diganti dengan madu dan ditambah sedikit lemon. Oh suwargo donyo....
Bahagia di perantauan itu sederhana, meski tak ada nasi liwet yang terhidang.
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H