Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

8 Tahun Berpetualang Angkringan di Jogja

21 Maret 2015   02:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beralih lagi ke daerah Timoho (APMD ke selatan), ada angkringan yang dibikin lebih modern. Konsepnya seperti cafe. Bagaimana bisa nyasar kesana? ceritanya waktu itu jadi relawan gempa (tahun 2006) gabungan dari beberapa NGO dan partai politik yang bermarkas di sekitar jalan Timoho. Jadi waktu itu, kalau siang jadi relawan malamnya berkeliaran, ehh engga. Waktu itu kebetulan lagi musim piala dunia, kebetulan di posko tidak ada tipi. Jadi mau tidak mau saya harus mencari alternatif, nah kebetulan angkringan ini juga menyediakan nobar berkonsep layar tancep. Jadi hampir tiap hari saya nongkrong di sana. Istimewanya dari angkringan ini, pilihan lauknya sangat komplit, lumayan murah dan tehnya lumayan enak.

Waktu terus berlanjut, tak terasa sudah waktu itu hampir 7 tahun saya di Jogja entah sudah berapa puluh angkringan yang saya cicip. Kemudian di awal tahun 2010, saya pindah kos di daerah jalan Monjali tepatnya sebelah selatan batas kota. Kos-kosan ini cukup nyaman, meski dekat jalan besar tapi suara bising tidak terdengar ke dalam kamar. Selain itu, didekat kos-kosan ini ada sebuah angkringan yang teramat istimewa kadang juga suka ngangenin.

Angkringan batas kota, begitu tertulis dibalik tenda angkringan sederhana itu. Pak Min, penjual angkringan paruh baya ini berasal dari daerah Secang Magelang. Beliau hampir tiap malam jadi teman ngobrol, tak sekedar menjual nasi kucing berkualitas beliau ternyata tidak buta dengan isu-isu terkini. Ngobrol apa saja sama beliau rasanya nyambung. Selain itu, beliau mempunyai tingkat kejujuran dan kebaikan hati yang di atas rata-rata.

Betapa tidak, saya pernah ketinggalan dompet di angkringannya. Setelah saya kembali, dompet dan isinya masih utuh. Yang paling parah adalah saat saya ketinggalan motor. Ceritanya, saya berangkat ke angkringan Pak Min naik motor matic kesayangan, awalnya tidak berniat makan di sana tapi entah kenapa setir motor seolah belok sendiri ke angkringan yang tidak jauh dari kosan itu. Setelah puas bercengkrama dan menikmati secuprut terakhir TJP di gelas, lalu bayar dan saya pulang kekosan begitu aja dengan jalan kaki. Tak merasa ada yang ketinggalan sama sekali.

Jam menunjukkan jam 4.00, mata saya masih berkutat dengan layar laptop seraya otak berpikir tentang skripsi yang makin rumit waktu  itu. Di saat itu juga, tiba-tiba ada suara orang menggedor-gedor pagar kosan. Sambil teriak "Sopo sing ketinggalan motor" sekali dua kali saya belum juga sadar, baru setelah ketiga kalinya setelah orang itu menyebut secara spesifik jenis motornya saya langsung berlari ke gerbang kosan.

Ternyata Pak Min. Beliau rela menunggui motor saya sampai jam 4 pagi. Asal sampeyan tahu, angkringan beliau biasanya tutup paling malam jam 2 pagi, hari itu beliau mesti menambah jam kerja.

Kesimpulan

Perjalanan research (halah) saya tentang cita rasa angkringan memang tidak lah sebentar. Sewindu!. Jadi sudah jangan ragu lagi dengan hasilnya hehe. Ya, angkringan paling top, maknyus dan ngangenin (tentu versi saya) adalah angkringan batas kota milik Pak Min. Kualitas sambel teri, mendoan, ceker bakar dan TJP-nya paling juara. Selain itu, jika sampeyan sedang gundah gulana Pak Min In Syaa Allah siap mendengar keluhan sampeyan. Yang penting sampeyan jangan lupa bayar, itu saja.

Selamat mencoba.

Salam kangen untuk Pak Min di Batas Kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun