Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jalan-jalan ke Turkish Bath (Hammam) Tua

12 Agustus 2014   02:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lokasi hot spring water (dok pribadi)

"Apakah ada yang kamu kerjakan sore ini sekitar jam 5, Fatih?" "Hmm, setelah ini aku mau ke lab sebentar lalu balik ke asrama. Jadi sepertinya belum ada yang akan aku lakukan sore ini. Ada apa?" "Kami mau ke pantai sore ini. Apakah kamu mau ikut?" "Inshallah" Itu adalah percakapan singkat saya dengan seorang kawan yang berasal dari Tepi Barat, Palestina. Sore ini kami berencana mau ke pantai. Hiburan wajib saat musim panas seperti ini. Kebetulan kota tempat saya belajar, terkenal dengan keindahan pantai-pintainya. Kali ini saya mau berenang di Pantai Balikliova. Sebuah daerah pesisir bagian selatan Provinsi Izmir. Saya memilih pantai ini karena memang cukup dekat dari kampus saya, sekitar 30 menit perjalanan Eshot (bus umum) dengan biaya 1.9 Turkish Lira (sekitar 10rb rupiah) atau bisa juga dengan Dolmus (angkot) dengan biaya 3.5 TL. Namun sayangnya, rencana tinggal rencana. Karena kelamaan nunggu teman saya dari Palestina itu, akhirnya kami ketinggalan bus yang seharusnya kami naiki. Dan sayangnya, bus selanjutnya masih 1.5 jam lagi. Lalu? Saat kami sedang diskusi apakah mau pakai dolmus atau otostop ke Balikliova, datang empat orang Turki (OT) dari arah belakang. Mereka semua membawa handuk. Kemudian saya teringat, kalau tidak jauh dari durak (halte) kami berada sekarang, ada sebuah pantai dan juga sebuah sumber air panas di sana. Saya tahu ini, setelah membaca thesis salah satu senior saya yang membahas tentang sumber air panas ini. Selanjutnya kami memutuskan untuk kesana saja. Cukup jalan sekitar lima menit melewati perkebunan desa Gulbahce (taman bunga mawar). Jadi kalau diukur dari kampus saya, lokasi yang akan kami tuju ini hanya sekitar 15 perlemparan batu. Dekat bukan?

kuda (dok pribadi)

Sepanjang perjalanan ke lokasi, kita bisa menemui ladang perkebunan, rumah-rumah warga dan tentu kuda (seperti gambar di atas), yang sedang asyik makan dengan jerami keringnya. Tak lama kemudian kami tiba di sahil (garis pantai) tempat lokasi sumber air panas berada.

Mesti nyeberang (dok pribadi)

Ke lokasi hot spring water berada kita mesti nyebarang terlebih dahulu, karena ternyata lokasinya berada di pulau seberang. Awalnya sempat khawatir tentang kedalamanya, tapi setelah melihat beberapa pengunjung yang nyeberang kami ikut-ikutan. Dan ternyata kedalamanya hanya sebetis orang dewasa, ada memang beberapa bagian yang cukup dalam.

Hamam Tua (dok pribadi)

Entrance
Entrance

Pemandian air panas atau sauna atau dalam bahasa Turki disebut Hammam ini tampak begitu tua. Saya perkirakan kalau hammam ini dibangun sejak jaman Bizantium (Romawi Timur) atau paling tidak awal-awal berdirinya kekhalifahan Ustmani jika melihat struktur bangunannya yang dominan dengan susunan batu, bukan bata seperti biasanya. Kalau kita baca di wikipedia, Hammam seperti ini sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Selain sebagai tempat mandi, waktu itu hammam juga sebagai tempat relaksasi dan sekaligus ngerumpi bagi kaum hawa. Kalau dalam tradisi Islam, lokasi hammam biasanya terletak di dekat masjid, filosofinya sebelum beribadah badan harus dalam keadaan bersih dahulu.

Interior (dok pribadi)

Bangunan batu (dok pribadi)

Secara struktur, bentuk hammam tua ini hanya berbentuk persegi dengan belik(kolam) di dalamnya, sedangkan struktur atap berbentuk setengah lingkaran. Semua bangunan tersusun dari batuan marmer, dengan perekat entah dengan apa. Sangat sederhana. Hal ini berbeda dengan design hammam lain di Turki. Kemudian saya ngetes berapa suhu airnya (dengan mencelupkan kaki), saya perkirakan suhu airnya kurang lebih 40 derajat Celcius. Cukup panas, tapi masih kurang panas jika dibandingkan dengan sumber air panas di Ciater Jabar atau di Guci Jateng. Kemudian kami nyebur, ternyata kolamnya tidak terlalu dalam cuma sekitar dada orang dewasa. Yang unik adalah selain airnya hangat dan mengandung sedikit amonia juga airnya berasa asin. Mungkin pengaruh dari rembesan air laut disekitarnya. Berendam di hammam tua ini kita serasa di dalam sauna, hangat dan tentunya ini sangat baik buat relaksasi otot-otot yang kaku dan tentunya sangat manjur jika ada masalah dengan penyakit kulit. Tapi bagi saya yang paling penting di hammam tua ini adalah Gratis. Mau berendam sampai shubuh pun tak ada yang melarang hehe. Selamat Bekerja! #loh -Sekian-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun