Agustus memang bulan istimewa, 69 tahun yang lalu bangsa ini mengenal dan merasakan kata merdeka. Buah perjuangan para pejuang dan pendiri bangsa yang luhur. Rakyat bersuka cita. Penuh semangat bersiap dari jauh-jauh hari, menyambut hari kemerdekaan. Sang Merah-Putih nampak gagah berkibar di setiap jengkal tanah di republik yang bernama Indonesia. Tak peduli tanah sejengkal itu milik orang susah nan papa atau bahkan berhektar-hektar tanah saudagar nan kaya raya. Sudah tidak diragukan lagi bahwa rakyat masih mencintai bangsa ini.
Mari kembali kita baca bait-bait pembukaan UUD 1945. Bait-bait dimana janji kemerdekaan berada. Sesungguhnya bangsa ini pernah berjanji, berjanji untuk melindungi, berjanji untuk menyejahterakan, berjanji untuk mencerdaskan, serta berjanji untuk menjaga ketertiban dunia. Lantas, apakah janji itu sudah terlunasi?
Jawaban untuk pertanyaan itu sebenarnya sederhana. Seperti orang yang berhutang, ketika orang yang ia hutangi berhenti untuk menuntut (menagih) utangnya itu artinya si-penghutang sudah berhasil melunasi hutangnya. Lalu, bagaimana dengan janji kemerdekaan? sudahkah rakyat berhenti untuk menagih?. Tengok lagi sejarah bangsa ini.
Catatan Tuntutan Rakyat Pasca Kemerdekaan
Sejarah berbicara, bahwa banyak peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan 69 tahun bangsa ini, namun menurut saya setidaknya ada tiga peristiwa penting yang mengiringi dalam usia 'muda'-nya sebagai sebuah bangsa. Sejarah mencatat, berbagai peristiwa itu melahirkan tuntutan, tagihan dan gugatan rakyat yang harus dipenuhi oleh bangsa ini.
TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat). Adalah tiga tuntutan yang lahir dari pergerakan rakyat mahasiswa tahun 1966. Tiga tuntutan itu diantaranya adalah :
- Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
- Perombakan kabinet Dwikora
- Turunkan harga sandang-pangan
Latar belakang lahirnya Tritura tidak lepas dari adanya rasa tidak puas rakyat atas pemerintahan orde lama dan meledaknya kemarahan rakyat atas PKI. Waktu itu tengah terjadi gunjang-ganjing politik dan runtuhnya ekonomi rakyat secara bersamaan. Terlepas dari segala macam kontroversi Soekarno-Soeharto, terbukti 21 tahun pasca kemerdekaan bangsa ini kembali ditagih akan janjinya. Lantas, apakah janji kemerdekaan sudah lunas?
Enam Agenda Reformasi. Seperti pendahulunya, Soeharto mengakhiri rezimnya dengan terpaksa. Bisa dikatakan ia tidak lagi tahan atas tuntutan rakyat untuk mundur. Pergerakan rakyat dan mahasiswa ini memang sudah diawali beberapa tahun sebelumnya, dan puncaknya adalah bulan Mei 1988. Soeharto berhasil digulingkan dari singgsana. Di era ini, lagi-lagi lahir tuntutan rakyat yang meminta untuk dipenuhi. Tuntutan itu kita mengenalnya sebagai Enam Agenda Reformasi :
- Adili Soeharto dan kroni-kroninya
- Laksanakan amandemen UUD 1945
- Hapuskan Dwi Fungsi ABRI
- Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya
- Tegakkan supremasi hukum
- Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Beberapa tuntutan rakyat di era ini, memang berhasil dipenuhi namun sebagian besar yang lain ada yang pasang surut atau malah semakin parah. Lantas, apakah janji kemerdekaan sudah lunas?
TUGU RAKYAT (Tujuh Gugatan Rakyat). Pergerakan mahasiswa tahun 2008 ini dilatar belakangi oleh penolakan kenaikan BBM oleh rezim Susilo Bambang Yudhoyono waktu itu, sebab lain adalah akumulasi kemarahan akan tidak terpenuhinya agenda reformasi pasca 10 tahun reformasi digulirkan. Pergerakan ini memang tidak sebesar aksi tahun 1966 ataupun 1998, tapi merupakan yang terbesar setelah reformasi. Tujuh gugatan itu diantaranya :
- Nasionalisasi aset strategi bangsa.
- Wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang bermutu,terjangkau,dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Tuntaskan kasus BLBI dan korupsi Soeharto beserta kroni-kroninya,sebagai perwujudan kepastian hukum di Indonesia.
- Kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan,ekonomi, dan energi.
- Jamin ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat.
- Tuntaskan reformasi birokrasi dan berantas mafia peradilan.
- Selamatkan lingkungan Indonesia dan tuntut Lapindo Brantas untuk mengganti rugi seluruh dampak dari lumpur Lapindo.
Seperti utang bank yang terus berbunga. Jika kita cermati, tuntutan-tuntutan diatas, secara gamblang kita melihat seakan tuntutan demi tuntutan malah semakin bertambah. Lantas, apakah janji kemerdekaan sudah lunas?
Melunasi Janji
Tidak benar dan tidak akan mampu jika tanggung jawab pelunasan janji hanya tanggung jawab negara dan pemerintah. Pelunasan janji adalah tanggung jawab moral semua komponen bangsa ini. Semua komponen yang menjaga eksistensi bangsa ini.
Lupakah kita, dulu kita bodoh. Lupakah kita, yang dulu miskin papa sekarang menjadi kaya raya. Itulah mereka yang sudah terlunasi janjinya. Lalu, bagaimana dengan saudara kita yang lain?. Saudara kita yang sampai sekarang belum merasakan bagaimana rasanya dicerdaskan. Saudara kita yang sekedar untuk memastikan esok hari bisa makan lagi adalah hal yang tidak mungkin. Saudara kita...
Sudah saatnya menghentikan tuntutan demi tuntutan beranak pinak. Sudah saatnya kita ikut berkontribusi. Tidak pantas bagi kita, merayakan proklamasi hanya sekedar eforia. Sekedar pembangkit ingatan sejarah perjuangan. Akan tetapi sebagai PENEGUH sikap menjadi bagian pelunas janji.
Merdeka!
Kampung Bujangan (baca: Buca), Turkey.
00.01, 17 Agustus 2014.
Dari berbagai sumber dan apa yang saya rasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H