Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarjana Sontoloyo

26 Agustus 2014   18:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:30 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak percaya dengan apa yang sedang saya saksikan sekarang. Sebuah pemandangan kontras dengan apa yang saya lihat dulu. Tak hanya rumah besar saja, di parkiran tak jauh dari situ terparkir dua mobil sedan dan satu mobil pickup serta di dekatnya terdapat bangunan lagi bertulis Kelompok Tani Ngudi Rukun. Hebat!

"Mas, sekarang sudah banyak yang berubah ya? rumah-rumah warga di kampung ini juga semakin baik" tanyaku, setelah beberapa saat kami tenggelam di perbincangan yang hangat.

"Berkah Allah dik, lewat bebek-bebek itu"

Mas Cip mulai bercerita, bagaimana ia serius menjadi peternak bebek setelah lulus kuliah dan bagaimana usahanya meyakinkan warga di sekitarnya untuk mau beternak. Kata Mas Cip, hari ini beliau sudah memiliki ratusan peternak dengan puluhan ribu bebeknya yang tergabung di kelompok tani yang ia dirikan. Tidak sekedar beternak biasa, kelompok tani yang ia rintis juga mengurusi semua urusan dari hulu ke hilir, dari masalah pakan sampai kepada pengolahan hasil ternak. Dengan omset yang mencapai angka milyaran rupiah tiap bulannya.

"Mas sendiri, masih ngangon?" "Hampir tiap hari malah, sepertinya profesi ini sudah sangat mendarah daging"

Mas Cipto sepertinya tanpa henti menunjukkan kepada saya, betapa beliau adalah sosok yang penuh teladan. Tak hanya berjuang untuk dirinya dan keluarganya, beliau sekarang adalah pemegang rahasia dari kebangkitan ekonomi para petani. Selain itu, di saat berlimpahnya harta dan banyaknya karyawan yang ia miliki, ia tetap tampil bersahaja menjalani profesinya seperti dahulu, menjadi sontoloyo. Menggembala bebek ke persawahan sambil menikmati hangat senja di sore hari.

Pada diri Mas Cipto, saya teringat sebuah pepatah, semakin berilmu semakin menunduk. Ilmu, predikat, harta dan jabatan semestinya tidak menjadikan kita sombong dan jumawa. Ilmu seharusnya membuat kita rendah hati, harta mestinya membawa kebaikan kepada orang lain. Setelah perjumpaan singkat itu, saya berdoa "Ya Allah, anugerahkan bangsa ini dengan sosok-sosok seperti Mas Cip dan berilah segala kebaikan kepada Mas Cip dan keluarganya". Terimakasih Mas Cip, saya telah belajar banyak hal.

Note: Sontoloyo adalah sebutan profesi bagi para penggembala bebek. Tapi entah bagaimana ceritanya, sontoloyo kini menjadi semacam kata umpatan yang memiliki makna kata 'sialan' atau sejenisnya. Sebuah pergeseran makna yang cukup jauh. Kampus Ndeso adalah sebutan bagi kampus kerakyatan di bilangan Bulaksumur Yogyakarta. Kita mengenalnya sebagai Universitas Gadjah Mada. Dulu di kampus ini orang ndeso, orang-orang marjinal dan miskin lainnya leluasa mengkuliahkan anak-anaknya di sini. Warna karung goni pada jaket almamaternya adalah salah satu buktinya. Sekarang? silahkan jawab sendiri.

Gambar ilustrasi dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun