Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wanita dan Air

26 September 2014   04:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:29 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_361722" align="aligncenter" width="425" caption="Air"][/caption]

wanita itu seperti air, hadirnya membawa kelegaan

hilangnya akan mengeringkan

dalam inginnya ia selalu ingin bergerak

namun kebanyakan mereka malu-malu

***

yang malu-malu itulah namanya air tergenang

ada yang tergenang di kubangan

terperangkap di botol

atau terjebak di bak-bak kosong

***

mereka hanya bisa menanti

berharap ada makhluk yang bertangan baik membantunya keluar

menghirup udara segar dan berharap bisa memberi manfaat

tapi kau tau tidak, kalau air yang lama menggenang itu tak lagi baik

nasib paling mujur ialah untuk menyirami bebunga

yang menyebalkan adalah untuk cuci mobil

bermanfaat bentar lalu dibiarkan bersama comberan

***

selalu ada yang tidak pernah berubah dari air

jika ia dimasukkan kedalam botol

bentuknya berubah mengikuti

jika ia didekatkan api

berubahlah suhu bahkan wujudnya

***

sifat air tergantung dengan siapa ia membawa nama

yang beracun, namanya air racun

yang manis, namanya air madu

yang asin, namanya air laut

yang sedih, disebutlah air mata

***

hei air,

pilih-pilihlah kau membawa nama dibelakang

dan juga hati-hatilah kau dekat-dekat sesuatu

namun, satu hal yang perlu kau tau

jangan malu-malu kau

mendekatiku

...
...
dariku Madu

Ilustrasi gambar dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun