Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ruang

25 Oktober 2024   19:07 Diperbarui: 25 Oktober 2024   19:48 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuk sekian

Diam saja

Teriris lagi

Mungkin 

Malam ini 

Pertunjukan pantomim 

Mengkelebat

Bulan yang bertengger mempesona

Sayang

Hasrat yang sudah hilang

Membuih di tengah kerlip 

Lelah tubuhku ku sandarkan pada bahu jalanan

Lama aku tak kuasa bangkit

Berjam diam melongo

Tanpa daya

Hilang

Hancur

Bilangan yang tak pernah genap lagi

Telingaku berdenging 

Angin yang tak kembali

Langit makin pekat

Penglihatan ku serasa lepas

Ku tak bermaksud 

Hanya ingin diam

Diufuk sana berkelebat 

Tak nampak, iseng

Ku melakukan apa

Aku dimangu

Bertanya tanya pun 

Pada siapa, aku

Dimana aku pun tak paham 

Mungkin dan mungkin

Sudah waktunya 

Tidurlah bersamaku, tapi

Haaaaaaaaaa

Siapa 

Lirik yang menyayat nyayat 

Dibalik bukit menjulang

Sedang menari

Dawai dipetiknya, sakit

Ruang sepi

Tubuhku tak menggigil

Rupanya menyatu

Lepas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun