Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Darah Beku

21 Oktober 2024   21:52 Diperbarui: 21 Oktober 2024   22:16 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jalan terjal sudah biasa kita lewati bersama
Tak pandang hujan panas rasanya mengayuh negeri
Menlihat anak-anak ceria canda dan tawa yang mereka habiskan dengan bersama puaslah hati kami
Mengajarkan bagaimana mengarungi lautan masa depan yang gelap gulita
Kami berada didepan memastikan baik-baik saja

Anak anak kalian tahukah mereka
Apa kalian pikir itu mudah semudah kalian mencaci maki dirumah
Apa kalian pikir gampang segampang kalian memutar arloji jarum jam
Apa kalian pikir.....
Lantas kami bagaimana.

Tahukah kalian
Tidak semua anak datang kesekolah niat belajar
Tak semua anak datang kesekolah punya mimpi
Tak semua anak datang kesekolah baik perangai
Tanya anak anda sendiri sekarang. Punyakah alasan?
Lantas.....

Tahukah kalian saat bersama kami
Mereka liar
Tahukah kalian saat bersama kami
Mereka polos
Tahukah kalian saat bersama kami
Mereka tak bisa apa apa

Bukankah ....
Lantas kami harus bagaimana!

Bahkan kami mendengar keluhan kalian era covid silam
Perlukah kita merumahkan dan kalian didik sendiri anak kalian dirumah
Itukah mau kalian?
Dan kita tinggal ungkang kaki saja kasih nilai dari balik pintu sambil menghisap serutu
Lantas kami harus bagaimana?

Kami masih ingat
Ingatan kami masih kuat
Kami masih belum lupa
Kelupaan kami hanya satu nasib
Lantas kami harus bagaimana?

Tahukah kalian berapa receh kami dibayar
Tahukah kalian berapa luka kami telan
Tahukah kalian tangisan kami saat melihat kemalangan anak yang tidak mampu sekolah karena keluarganya miskin
Tahukah kalian darah kami menetes saat kami susah payah mengajarkan huruf demi huruf angka demi angka
Darah kami entah ....

Wahai kalian yang merasa paling menyayangi buah hati
Tengoklah dalam diri kalian siapa kalian sebenarnya
Rabalah dengan akal sehat
Resapilah dengan hati nurani
Lantas kami harus bagaimana

Kami didik kalian larang
Kami disiplinkan kalian ancam
Kami marahi kalian hujat
Kami luruskan, kami betulkan
Kalian berlagak paling hebat
Kalian cerca,
kalian hina,
kalian cemooh,
Lantas kami bagaimana?

(Sehat selalu ibu Supriyani_Andoolo_Konawe Selatan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun