Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nona

19 Oktober 2024   19:51 Diperbarui: 19 Oktober 2024   19:57 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa pertemuan tanda keinginan
Apa yang dikejar
Kenapa ke ada an mewakili utuh yang nyatanya bias
Begitu bukan

Tak selamanya manis abadi
Apalagi dianggap tersimpan kekal
Atas apa?
Dasarnya

Menanti
Di pojok sana. Kamu
Aku tau sekalipun tak kulihat
Kepalaku sakit rasanya

Batu pualam tlah lempar ke sauh
Ruparasa tlah hadir
Malam tlah bertolak
Menyingsing rembulan. Dipucuk bertengger

Kapan
Pertanyaan ku tanpa jawab
Siapa juga
Aku tercabik disayat sembilu
Nona

Ketika cerita bermuara
Antara pautan dan takut
Takut begitu kuat. Sangat
Lihat mataku saja
Pejamkan matamu

Memandang sketsa rona lukisan
Selendang tlah diikat
Sekarang
Lepas tanganku
Aku toh tlah janjikan

Kau tak izinkan
Maukah kau ikut bersama
Mengarungi samudra lepas
Tanganmu luka
Nona

Aku pergi tuk kembali
Samudra amat ganas
Perhatikan matamu berair
Dekaplah aku milikmu

Sekalipun ini menyiksa tahulah
Ini tidak seperti yang kamu ucapkan
Aku menjeda waktu
Janjiku bukan padamu
Aku memintamu darinya

Tunggu aku
Tetaplah disini
Aku hanya sebentar
Pastikan Senyummu masih sama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun