Rumput sudah menghijau
Menghias bibir CiremaiÂ
Sore penuh
Merekah bak mawar di sengat Surya
Bersiulan dari balik pohon
Entah itu kebahagiaan atau simbol lain
Yang pasti tanda waktu berubah sempurna
Rona merah muda rindu berkedip
Ditelaga dasar seraya menolak
Tak mau terdampak bias. Teramat elok
Riak-riak terpantul kesegala arah merah muda
Dan biru di langit nanar. Sedikit cemburu
Siluet makin menebal
Mengempis rona exsotik sore itu
Kini makin mendekati bahkan lenyap
Sang waktu merubah rupa
Tangan mungil itu
Memercik air telagaÂ
Gaun menjuntai dan kumpulan melati diatas kepala
Penuh cerita
Dimana kau simpanÂ
Kau hanya balik badanÂ
Dan kembali peraduan
Kau melirikku sebelum pintu menutup
Aku masih rindu disergap hawa telaga
Biar ku bawa saja senyum tipis dalam dadaku menemani mengakhiriÂ
Hanya aku terpakuÂ
Menjemput kelam penuh
Selimut bertanya
Aku hiraukan sesaat karena kamu tak lepas dariku
Menatapmu diantara dua sujud
Bergemuruh ruparasaÂ
Aku tak tahu apakah aku ada
Atau aku tlah kemana
Berkobar rasa di telan bulat matamu yang kini menancap
Tanpa darah itulah
Kini aku pasrahÂ
Jalanku terbaik
bahkan tak kurasa apapun
Kecuali hanya terpaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H