Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

dan

6 Oktober 2024   06:19 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:12 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ku peluk

Hingga nafasku hilang

Jantung berhenti berdetak

Terjatuh dalam rahasia

Angin datang penuh luka

Jiwaku tersesat

Kulitku pecah

Kau tak bersama

Bintang bernyanyi

Riang hilang

Senyum tanpa suara

Kaki kaku kamu

Kulihat bumi retak

Langit menghambur

Semesta porak poranda

Tinggal serihan

Setepuk hilang

Rindu semilir

Mengembang

Mengeja senyum

Setetes air terjun

Lupa itu menyiksa

Murka

Pembasmian hama saja

Lantas Membujur kaku

Mimpiku lenyap

Tak mampu terasa

Tak sempat menatap

Tak meraba

Aku nafasmu sepimu

Mawar untukmu

Aku menjadi

Rupa aku mengada

Manis rasa

Aku melepas jua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun