Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bekicot

9 September 2024   23:08 Diperbarui: 10 September 2024   15:59 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ada katanya

Dicari sampai emperan

Dikejar sampai nirwana

Apa daya

Sudah

waktu mengajak bergurau

Mentari nampak cengengesan

Tapi banyak

Mereka memaksa

Mengada ada

Langit bersiul

Bertanyatanya

Sawah terhampar

Menggelepar dilempar

Tak bersahabat

Perlu bertanya tawamu

Perlu berseru diammu

Perlu bertasbih tangismu

Perlu berhayal citamu

Palsu itu nyata

Hanya kicauan burung

Tak perlu

Bukankah kau berlalu

Tak nampak

Ulahmu bukan apapun

Ingat

Tertawalah dibawah kasur

Tengoklah disana

Jua tak lagi ada

Aku sudah peringatkan

Mengeluh

Jangan berandai kalau begitu

Perut buncitmu

Aku tak menghina

Awas

Sekarang tutup mulutmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun