Aku melihat pagi yang kelam
Pagi yang menyuguhkan lencana penuh kotoran
Bau busuk yang berjalan dalam aliran got
Semenjak aku tahu hidup hanya pementasan drama
Semuanya
Aku bangkit dari tidur rotusku
Aku menemukan diriku tinggal bangkai
Pernah kau melihat nirwana di ujung selatan
Atau kau pernah melihat neraka di ujung barat
Aku bahkan melihat penciptanya nikmat menjilatinya
Rongkah aku tak sanggup menikmati
Karena mungkin yang dia adalah aku sendiri
Mereka bilang sebentar lagi
Mereka bilang sudah terjadi
Mmerekapun bilang itu pasti sebuah tekateki
Tapi aku tahu bahwa yang menghayal sebenarnya khayalannya sendiri
Dan kau bebas menghayal
Aku sendiri terjaga
Kau tahu dalam khayalku aku tetaplah sadar
Mengigau, melamun adalah tumpah darahku
Adakah yang jalas dan tampak nyata
Sayangnya hanya kepompong
Jamuan malam
Gersang aku serak rasanya
Tenggorokanku tergorok api neraka
Bibirku tergilas rayuan nirwana yang rasanya simalakama
Masihkah aku bermimpi
Orang macam apa aku ini
Atau kalian ini orang macam apa
Macam apakah orang ini
Grasi, amnesti, abolisi
Iku ingin segera bebas dari cengkraman merah sial
Sementara ini
Biarlah serutu menemani langkahku
Menemani pagiku, malamku, siangsoreku
Aku terus saja berdoa pada diriku sendiri
Untuk bangkit yang sulit
karawang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H