Sebuah tragedi dilakukan oleh segelintir makhluk yang merasa berkuasa dinegeri ini, berlaku layaknya panglima dan macan, berbahasa layaknya orang bijaksana, melakukan pencerdasan seolah persepsi dan penggalian imajinasi benar adanya,
Menyeret pada langkah hukum yang akankah berujung jeruji ataukah solusi,Â
hanya bait puisi di tengah hari akan menafsirkan bagaimana tindakan brutal itu terjadi esok hari penuh arogansi
Dua mata pedang analisa tak mampu menterjemahkan kehidupan yang fana,
kehidupan yang penuh drama,Â
nyatanya petinggi itu berselimut pada kuasa, apalah daya,Â
Muka sendi disiapkan untuk melawan kejengkelan yang mendalam,
Ditengah gegap gempita malam,Â
temaram sudah bukan lagi ukuran Kalam,Â
Sepotong roti busuk di atas meja,Â
dimakan dengan penuh canda,Â
terbahak menyalak,Â
Akh aku sudah puas menghisap ubun ubunnya,
Nilai tak adalagi,
Baginya kesenangan penuh narasi padahal sugesti,
Jeruji akan menjawab apakah ilusi itu sebatas birahi,
Ataukan akan menjadi simfoni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H