Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Orkestrasi

29 Agustus 2024   05:31 Diperbarui: 29 Agustus 2024   10:55 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah tragedi dilakukan oleh segelintir makhluk yang merasa berkuasa dinegeri ini, berlaku layaknya panglima dan macan, berbahasa layaknya orang bijaksana, melakukan pencerdasan seolah persepsi dan penggalian imajinasi benar adanya,

Menyeret pada langkah hukum yang akankah berujung jeruji ataukah solusi, 

hanya bait puisi di tengah hari akan menafsirkan bagaimana tindakan brutal itu terjadi esok hari penuh arogansi

Dua mata pedang analisa tak mampu menterjemahkan kehidupan yang fana,

kehidupan yang penuh drama, 

nyatanya petinggi itu berselimut pada kuasa, apalah daya, 

Muka sendi disiapkan untuk melawan kejengkelan yang mendalam,

Ditengah gegap gempita malam, 

temaram sudah bukan lagi ukuran Kalam, 

Sepotong roti busuk di atas meja, 

dimakan dengan penuh canda, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun