Mohon tunggu...
parluhutan sihombing
parluhutan sihombing Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

Guru IPA yang terus berupaya mengembangkan diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menerapkan Budaya Positif dan Merdeka Belajar di Sekolah

14 Maret 2023   09:13 Diperbarui: 14 Maret 2023   09:23 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • Menerapkan Budaya Positif dan merdeka belajar  di Sekolah

  • Parluhutan Sihombing, S.Si. Gr

  • GURU IPA UPTD SMP Negeri 1 Sei Kepayang

  • Kabupaten Asahan

Penerapan Budaya positif akan tercipta sekolah yang menyenangkan dan  merdeka belajar. Dengan menjalankan nilai-nilai kebajikan untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik, kita pasti mampu menciptakan budaya positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Semua perlakuan itu akan terwujud bila kita melakukan gerakan bersama dalam lingkungan sekolah dengan saling memahami, saling membantu dan berkolaborasi dalam mendukung terciptanya lingkungan yang berkualitas. Pada kesempatan ini saya akan berbagi praktik baik terkait budaya positif dan merdeka belajar di lingkungan sekolah saya mengajar.

Budaya positif

Bermula dari pendidikan guru penggerak ( oktober 2021 s/d oktober 2022), saya melaksanakan Aksi Nyata dengan mengimplementasikan Budaya Positif ini ke rekan guru, murid, dan seluruh warga sekolah dengan harapan dapat diterapkan dengan baik di lingkungan sekolah UPTD SMP Negeri 1 Sei Kepayang maupun di sekolah lain yang berada di Kabupaten Asahan. Saya memulai dengan sosialisasi budaya positif di kantor dewan guru. Memaparkan tentang motivasi intrinsik tentang bagaimana mengajar dengan baik bukan karena kehadiran kepala sekolah (manajemen sekolah) tetapi karena panggilan jiwa, nilai-nilai kemanusian (budi pekerti), Hukuman versus konsekuensi, pemberian apresiasi (perhargaan) yang dapat membangun semangat belajar siswa, misalnya : sertifikat atau piagam. saya menutup pemaparan saya dengan topik langkah  merancang kesepakatan kelas. Sosialisasi tersebut juga saya sajikan di channel youtube saya  https://youtu.be/AEE67-aS4CM  

Bulan berikutnya saya mengimplementasi pembelajaran kompetensi Sosial  Emosional (PSE) dengan tema bioteknologi pada murid kelas IX dengan teknik STOP (Stop : berhenti dengan rileks, Take a deep breath: tarik nafas dalam-dalam, Observe :amati sensasi pada tubuh, dan Proceed : selesai dan lanjutkan) dan teknik memeriksa diri dari sisi positif dan negatif (who I am). Dimana di awal pembelajaran, guru memulai dengan memfasilitasi musik instrumental kemudian murid rileks/ badan lebih tegak, tangan diletakkan di meja atau di atas paha, kemudian tarik nafas dari hidung dengan hitungan 1 s/d 5, rasakan sensasi pada tubuh dan alam sekitar, ditahan nafasnya, kemudian nafas dilepas dari mulut. Langkah dapat diulangi sampai 5 kali. Kemudian  PSE juga menjadi program di sekolah kami dengan nama : '" KAMIS MINDFULNESS". Kegiatan program diawali oleh saya sebagai Guru Penggerak, kemudian dilanjutkan oleh peserta didik perwakilan dari setiap dengan musik dan teknik yang bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Tujuan dari PSE mengurangi stress dan tekanan yang dialami peserta didik sehingga membantu menjadi individu yang memiliki sikap positif baik terhadap diri maupun terhadap orang lain dan memastikan well-being peserta didik sehingga proses belajar yang dialami di sekolah dan di luar sekolah menjadi sebuah proses konstruktif dan menyenangkan. Memang di awal kegiatan ini, masih banyak peserta didik tertawa, merasa aneh dan mengganggu teman yang lainnya yang sangat mengganggu kegiatan tersebut. Maka evaluasi kami, dua guru piket dibantu guru lain untuk kelancaran program selanjutnya. Maka sampai sekarang program  KAMIS MINDFULNESS sudah menjadi pembiasaan budaya positif di sekolah kami. Program ini  selalu disajikan di media sosial sekolah ; https://web.facebook.com/smpn1seikepayang dan facebook/ Instagram ; https://web.facebook.com/luhut.parluhutansihombing

Merdeka Belajar 

Sejalan dengan penerapan budaya positif maka merdeka belajar juga perlu belajar untuk tidak tertekan, tidak stress dengan permasalahan pribadi dan lingkungan, serta bebas berkreasi dan berinovasi. Merdeka belajar, pertama dimulai dan guru yang mengembakan diri menyesuaikan perkembangan zaman bagi peserta didik. Kedua guru harus memiliki modal komitmen yang kuat dan tidak mudah mengeluh dalam mengimplementasikannya. Sesuai dengan kedua pernyataan tersebut, saya sudah mengikuti PGP, Google bersertifikasi level 2, pelatihan PMM, Pelatihan Tanoto Foundation dan webinar online lainnya, dan dukungan rekan-rekan sejawat maka saya terus berupaya melakukan pembelajaran yang berpusat pada murid (merdeka belajar). 

Penerapan merdeka belajar yang saya laksanakan di sekolah yaitu:

  1. Berdiskusi dan presentasi mengalami, interaksi dan komunikasi

  2. LKPD yang PIT (Produktif, Imajinatif dan Terbuka) sehingga menuntun siswa agar berpikir kritis. 

  3. Media kontekstual 

  4. Memfasilitasi peserta didik sesuai dengan zamannya, misalnya :google slide dan google form

  5. Lokasi belajar yang bervariasi (puskesmas, sawah, ladang,  tempat dan  halaman sekolah)

Penerapan merdeka belajar yang saya laksanakan pada awal bulan februari 2023 yang lalu. Pembelajaran tentang teknologi ramah lingkungan untuk kelas IX-1 dengan model discovery learning. Di awal pembelajaran saya memulai dengan salam, doa,kehadiran, kebersihan, ice breaking apersepsi, tujuan pembelajaran, alur pembelajaran, pre test dengan google form. Kemudian  bagian kegiatan inti, sudah duduk berdasarkan kelompok, guru memberikan gambar stimulus melalui google slide, Peserta Didik memberikan pertanyaan perwakilan (problem statement) berdasarkan gambar yang diberikan melalui google jamboard, kemudian pembagian LKPD dan guru memberikan penjelasan secara singkat langkah-langkah dalam pengumpulan data (data collection); dalam pengolahan data (data processing) guru memfasilitasi jawaban melalui google form; selanjutnya guru menuntun dalam presentasi di depan kelas, setelah presentasi memberikan apresiasi kelompok terbaik dan  memberikan pembuktian (verification) melalui channel youtube sendiri; terakhir kegiatan penutup guru bersama dengan Peserta Didik menarik simpulan/generalisasi (generalization), post test dan refleksi , doa dan penugasan. Berdasarkan pengalaman penerapan ini, saya melakukan yang terbaik pada saat peer teaching pelatihan diseminasi tanoto foundation jenjang SMP  bekerjasama Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan pada tanggal 01 s/d 02 maret 2023 di aula  Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan Kisaran. Semoga upaya untuk terus tergerak, bergerak dan menggerakkan dengan aksi nyata pembelajaran berpusat pada murid  untuk mewujudkan  profil pelajar Pancasila dan Merdeka Belajar. 

Salam dan bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun