Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ngelongok Wak Abu Coffee Simpang Gajayana Malang

22 Januari 2025   16:34 Diperbarui: 22 Januari 2025   16:46 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamdyan Victoria (kr) dan Amel (kn), Wak Abu Coffee, Simpang Gajayana, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Caf-caf seperti inilah yang harus difasilitasi oleh Pemkot Malang untuk diarahkembangkan menjadi caf kekinian tanpa harus menghilangkan jatidirinya. Toh mereka takkan menjual mata dagangannya dengan harga selangit sebagaimana caf-caf now. Dipastikan mereka akan mematok harga jual yang terjangkau oleh komunitasnya, yi para mahasiswa.

O ya baru saja Victoria atau biasa dipanggil Ria menjelaskan apa itu filosofi Wak Abu Coffee. Bahwa di masa ia bekerja boleh dikata nggak punya apa-apa. Pokoknya saya memulai usaha ini dari nol, demikian juga suami saya. Filosofi ini sebetulnya lahir dari kebersamaan saya dengan suami dan dengan adik saya, demikian Ria. Dalam wadah usaha Wak Abu, juga kita bangun kebersamaan dengan para karyawan, agar menggunakan filosofi ini dalam kesehariannya. Pokoknya usaha kita  sederhana saja, yaitu warung-an kalau kata orang Jatim. Kita tak mempunyai barista seperti di kedai kopi modern yang banyak di kota Malang ini. Maka disini hanya dikenal Kopi hitam, Kopi tubruk dan Kopi hijau, tambahnya bersemangat.

Oalah Ria. Ini saya frequently datang kesini kan. Karena hanya Wak Abu yang siap melayani saya 24 jam. He He .. Pengenalan petugas dengan jenis kopi kan perlu juga, sebab percafean di kota Malang ini meski seolah berkasta. Tapi bukan begitu cara memandangnya. Wak Abu Coffee dan sebangsanya jelas segmennya komunitas mahasiswa, tapi bagaimanapun juga tetap harus melayani para pelancong yang datang ke Malang. Nah, para pelancong ini macam-macam tentunya. Tak semua bertipe mahasiswa. Namanya ja kota yang dijadikan Pemkot Malang sebagai stop over tourism, artinya semua caf yang ada disini harus terkoneksi dengan Pemkot. So, bukan hanya caf modern kekinian saja yang diperhatikan bukan, juga caf seperti Wak Abu Coffee ini. Semuanya memang harus difasilitasi Pemkot Malang tanpa pilih bulu, agar visi Malang sebagai kota yang nyaman bagi para mahasiswa dan pelancong benar-benar mewujud jadi kenyataan.

Sebuah slogan funny di Wak Abu Coffee. Foto : Parlin Pakpahan.
Sebuah slogan funny di Wak Abu Coffee. Foto : Parlin Pakpahan.

Sejauh ini para pelancong yang datang ke cafe tradisional atau warung-an mengutip istilah Ria tadi tak banyak memang. Meski demikian tak ada pelancong itu yang berkata negatif. Semuanya enjoy saja dengan apa yang ada, termasuk petugas yang tak mengenali kopi dengan benar. Yang terpenting saya kira adalah pelayanannya bagus. Titik.

Kota Malang adalah kota metropolitan yang hidup, meskipun hujan terus turun akhir-akhir ini, tapi anak-anak muda tetap bergerak dengan motor dan mantel. Yang pasti ini adalah cermin semangat masyarakatnya.

Perbandingan menarik antara kafe modern dan kafe tradisional seperti Wak Abu Coffee, filosofi cafe dan segmen pasar yang terbuka menambah dimensi kita tentang gambaran Kota Malang sebagai kota pendidikan sekaligus destinasi wisata.

Filosofi Ria dkk yang "memulai dari nol" menunjukkan kerja keras dan kebersamaan, yang menjadi identitas kuat Wak Abu Coffee. Ini juga menyoroti semangat UMKM lokal di tengah persaingan dengan cafe modern.

Bagaimanapun cafe tradisional memiliki tempat penting dalam ekosistem perkopian di Malang, khususnya untuk komunitas mahasiswa.

Wak Abu Coffee. View dari bag dalam keluar. Foto: Parlin Pakpahan.
Wak Abu Coffee. View dari bag dalam keluar. Foto: Parlin Pakpahan.

Dialog dengan Ria setidaknya telah menampilkan sisi manusiawi dari bisnis kecil yang memiliki filosofi mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun