Legacy Tempo Doeloe : Nasi Pecel Sambi Tulungagung di Malang
NaSI Pecel. Sudah cukup lama aku mengenal penganan yang satu ini. Ia ada di sekujur pulau Jawa, bahkan di Sumatera utara dimana dulu di zaman Belanda banyak didatangkan buruh perkebunan dari Jawa untuk Perkebunan Belanda di Deliserdang dan Simalungun, nasi pecel pun marak juga disana, bahkan seorang Nagabonar pun sempat menyantapnya sebelum bergerilya di belantara Bukit Barisan, meski tak dinarasikan begitu oleh Asrul Sani si pembuat film Box Office itu.
Di kota Malang yang riuh dengan mahasiswa, turis dan perkulineran ini, terlebih lagi, Dimana saja kita akan menemukan penjual makanan rakyat ini, mulai dari warung makan sederhana hingga resto bintang. Masalahnya dalam perjalanan waktu nasi pecel yang datang dari berbagai daerah ini, dan warga Malang sendiri punya Nasi Pecel Malang.yang saus kacangnya malah sudah dikemas dengan berbagai ukuran dan bisa kita temukan di toko besar maupun kios kecil.  Boleh jadi karena pengolahannya semakin instan, maka si penjual pun lupa brand dari mana asal pecel itu, bahkan lucunya orang Malang yang punya penjaja pecel khas Malang  sampai lupa saus kacang legacy leluhurnya. Tak heran lidahku pun jadi banyak keseleo. Lha disebut Pecel Madiun, tapi rasa Madiunnya koq nggak ada; disebut Pecel Blitar, tapi rasa Blitarnya lari kemana; disebut Pecel Malang. Lha tekstur Arema e ndi, dst. Para pedagang koq jadi ikut-ikutan instan keq Indo Mie. Merosot sudah seleraku tuk sarapan Nasi Pecel di kota Malang ini.
E belum lama ini aku lihat ada lapak baru di depan Poenokawan Coffee and Roastery di Joyoagung raya. "Febri, lapak baru di depan itu jual nasi pecel ya?" "Iya betul Om. Penjualnya anak muda dari Tulungagung. Pecelnya enak Om", sahut Febri.
Tak berfikir panjang aku pun langsung menuju ke lapak pecel itu yang ternyata Pecel Sambi Tulungagung. Penyajiannya di wadah yang terbuat dari anyaman bambu, sehingga kita bersantap ala tempo doeloe. Wadah itu di tangan kiri kita dan kitapun bersantap. Tak terasa sarapan pagiku selesai, dan benar Febri, nasi pecel Abi mahasiswa asal Tulungagung semester akhir di Fak Sains dan Teknologi Univ Kanjuruhan itu pun selesai kusantap. Lumayan, aku cukup lahap kali ini bersarapan pagi. Maklum sudah lama nggak pernah ketemu pecel beneran seperti racikan Abi.
Asal-usul
Sejak kapan sebetulnya masyarakat Jawa mengenal nasi pecel. Apakah ada prasati untuk itu sebagaimana halnya nasi rawon yang dalam Prasasti Taji disebut sudah ada sejak 1000 tahun lalu yang ketika itu disebut Rarawwan.
Dari penelusuran mulut ke mulut dan sekadar bacaan, nasi pecel juga memiliki sejarah yang panjang, namun tidak terdapat catatan yang pasti tentang awal mula kemunculannya.
Abad ke-15 makanan serupa pecel sudah ada pada zaman Kerajaan Majapahit, dengan nama pecel yang berasal dari kata "pecel" atau "pucel" dalam bahasa Jawa kuno, berarti menghancurkan" atau "menggiling". Istilah ini terkait saus kacangnya tentu.
Abad ke-17 pecel menjadi hidangan rakyat di Jawa, terutama di daerah Madiun dan Blitar. Abad ke-19 Nasi Pecel mulai populer di Jatim dan Jateng.
Â
Nasi Pecel Tulungagung yang baru saja aku santap merupakan salah satu varian nasi pecel terkenal di Indonesia. Saus kacangnya saya kira asyik. Rempah utama disitu adalah kencur. Pasti rempah yang lainnya ada. Tapi resep keluarga ya nggak semua bisa dibeberkan. Maka Abi tak terlalu kudesak untuk itu. Kendati demikian, anak muda ini kelihatannya terbuka. Saus kacang buatannya adalah legacy dari ortunya sendiri yang sampai sekarang masih berjualan nasi pecel di Tulungagung, demikian Abi.
Abi terlihat bersemangat tinggi dalam menapaki kehidupan di Malang dimana ia berada sekarang. Ia indekost tak jauh dari lapaknya di depan Poenokawan Coffee and Roastery di Joyoagung raya. Abi tak berhenti hanya sekadar jadi "Siucay" atau mahasiswa thoq. Ia juga aktivis tapi sudah purna tugas. Ia tinggal memfinishing etappe terakhir studinya di Sains dan teknologi Univ Kanjuruhan.
"Saya lihat, teman-teman saya sesama aktivis banyak yang 'jaim' Om, kata Abi." "Tak aneh Abi, namanya ja makhluk hidup. Bisa jadi kebanyakan mereka sekarang bercita-cita pengen cepet kaya keq Hotman Paris, katakanlah begitu. Tak heran kalau mereka menjengkal pekerjaan seperti yang kau lakukan sekarang. Padahal faktanya kau bekerja bagus dan menghormati tongkat estafet dari keluargamu yang telah dalam  mengenal kuliner khas Jawa ini. Apalagi."
Beberapa waktu kemudian aku datang lagi ke  lapak Nasi Pecel Sambi. Aku terkejut karena kulihat ada anak gadis disitu sedang meracik nasi pecel. Siapa itu Abi. "O dia Vanda adik kandungku Om. Vanda sekolah juga disini, yi di UMM. Kalau ada waktu Vanda datang membantu, tapi nggak mesti. Bergantung bagaimana kesibukannyalah, kata Abi.
Di samping Vanda, ada  Adi dan Farid. Keduanya anak UIN. Kalau Adi sudah hampir selesai studinya di FEB UIN. Sedangkan yang satunya lagi adalah Farid. Anak asal Minang ini, persisnya Bukit Tinggi, mahasiswa baru yang kuliah di Fak Hukum. Wah calon Lawyer nih! Dan Vanda sudah tahun kedua di UMM di FISIP. Komplit sudah lapak Nasi Pecel Sambi diisi oleh anak-anak muda yang penuh semangat menekuni kulineran khas Jawa ini dengan saus kacang khas Tulungagung yang oke punya. Semoga racikan saus kacang ini langgeng ya Abi. Kalau bisa sih diinovasi sedikit katakanlah ada rempah lain yang unik yang membuat saus kacang ini semakin oke dan oke. Juga saya suka dengan sayur bayam, daun kelikir, daun kemangi, serta petai cina yang kau taburkan dalam nasi pecel ini. Terasa segar semuanya dengan sedikit rasa pedas dari saus hebat legacy keluargamu ini, tukasku.
Abi dan Vanda tersenyum. "Saya sudah berapa kali pulang ke Tulungagung dengan membawa teman-teman yang daerah asalnya dari sejumlah pelosok Nusantara. Mereka sama seperti Om berpendapat bahwa Nasi Pecel legacy keluargaku ini cocok di lidah penyecap mereka, termasuk ada turis bule yang pernah mampir kesini dan menyatakan suka.
Bravo Abi. Itu semua karena apapun yang diniatin dengan baik dan sungguh-sungguh pasti akan menemukan koridornya sendiri. Saya lihat sloganmu di lapak ini cukup menarik : "Akan kuhadapi kerasnya dunia, tapi aku mau sarapan sego Pecel Sambi dulu". Seperti yang kau katakan Pecel Sambi itu sebetulnya namamu sendiri, Sam adalah Mas. Gaya Malang-an yang suka membalik kata. Dan Bi adalah singkatan namamu Abi. Ini slogan yang cukup akrab di telinga arek-arek Malang. Ok.
Sambil menarik nafas perlahan karena baru nyruput Kopi Sigararutang atau Kopi Arabika Toba, Pecel Sambi saya pikir adalah perjalanan inspiratif seorang anak muda yang memadukan warisan budaya dengan semangat berwirausaha, sekaligus menghadirkan nuansa lokal dalam keseharian Kota Malang yang dinamis
Warisan budaya kuliner
Kisah Abi dan nasi pecel Tulungagung menggambarkan bagaimana warisan kuliner tradisional dapat tetap relevan di era modern. Nasi pecel yang disajikan menunjukkan kekuatan nilai lokal yang diwariskan dari keluarga, serta adaptasi untuk memenuhi selera masyarakat lintas budaya. Saus kacang yang khas, sayuran segar, dan penyajian tradisional menunjukkan penghormatan terhadap akar budaya.
Semangat kewirausahaan muda
Abi adalah contoh nyata dari anak muda yang tidak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga memanfaatkan peluang wirausaha. Langkahnya untuk memperkenalkan nasi pecel keluarganya di Malang mencerminkan keberanian dan kreativitas, terutama dengan memanfaatkan kearifan lokal seperti nama "Pecel Sambi" yang unik dan khas Malang.
Dukungan komunitas dan kolaborasi
Kehadiran Vanda, Adi, dan Farid di lapak ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dan dukungan dalam meraih tujuan bersama. Kolaborasi lintas daerah dan latar belakang pendidikan ini memberikan nuansa keragaman yang memperkaya pengalaman usaha mereka.
Pentingnya inovasi dan konsistensi
Meski mempertahankan resep keluarga, Abi juga terbuka terhadap inovasi. Hal ini penting untuk menjaga relevansi dalam persaingan yang semakin ketat. Menambahkan elemen baru pada racikan tanpa kehilangan identitas asli bisa menjadi kunci keberhasilan di masa yad.
Menghadirkan optimisme dan inspirasi
Slogan "Akan kuhadapi kerasnya dunia, tapi aku mau sarapan sego Pecel Sambi dulu" menggambarkan filosofi sederhana namun mendalam. Hadapilah hidup dengan penuh semangat seraya menghargai hal-hal kecil yang membawa kebahagiaan.
At the end, Abi bisa menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya untuk tidak takut meniti jalan yang mungkin dianggap sederhana, tetapi penuh makna.
Koneksi personal dalam usaha kuliner
Cara Abi dan timnya berinteraksi dengan pelanggan menciptakan pengalaman kuliner yang lebih dari sekadar makanan. Mereka menawarkan kehangatan, cerita, dan koneksi emosional, yang menjadikan Pecel Sambi lebih dari sekadar lapak nasi pecel.
Kisah Abi dan Pecel Sambi Tulungagung adalah potret indah bagaimana semangat, warisan budaya, dan kerja keras dapat menciptakan peluang, bahkan di tengah tantangan kehidupan. Abi dan timnya tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memberi warna baru pada dinamika Kota Malang yang kaya budaya.
Lihat :
Sejarah Kuliner Indonesia, Prof Dr Sri Owen
Ensiklopedia Kuliner Indonesia, Gramedia Pustaka Utama
Babad Tanah Jawi, Raden Mas Ngabehi Ranggasutrasna
Joyogrand, Malang, Sat', Jan' 18, 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H