Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kebakaran Hebat di LA dan Fake News tentang itu di Negeri Awak

14 Januari 2025   18:48 Diperbarui: 14 Januari 2025   18:48 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di berapa banyak lautan suhu harus meningkat?

sebelum kita akhirnya menjadi bijak?

Dan berapa tahun beberapa orang bisa hidup?

sebelum terlalu panas untuk bertahan hidup?

Ya, dan berapa kali seorang pria bisa menolehkan kepalanya?

dan berpura-pura tidak melihat?

Jawabannya, temanku, sedang bertiup bersama angin

Jawabannya tertiup angin

Tulisan Nathan Gardels di Noema magazine ini menggabungkan pandangan reflektif mengenai perubahan iklim dengan kritik terhadap narasi berita yang tidak bertanggungjawab. Refleksi yang diangkat Noema menunjukkan hubungan kompleks antara perubahan iklim, pembangunan manusia, dan siklus alam. Kebakaran di LA diinterpretasikan bukan sebagai hukuman, melainkan akibat dari interaksi manusia dengan lingkungan dan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Di negeri ini beberapa fake media seperti Sindonews, CNN Indonesia, CNBC Indonesia dll mengaitkan bencana kebakaran hutan di California ini dengan "azab" karena AS mempersenjatai Israel dalam Perang Gaza yang tidak hanya menyederhanakan masalah, tetapi juga berisiko mengaburkan fakta ilmiah yang mendasari fenomena ini. Narasi seperti itu tidak produktif karena mengabaikan kebutuhan untuk bertindak secara rasional dalam menghadapi krisis lingkungan global.

Penekanan Noema pada pentingnya mengambil tindakan terhadap perubahan iklim, seperti mengurangi emisi karbon dan memahami dampak siklus hidroklimatik, sangat relevan. Apalagi ketika dampak pemanasan global, seperti "hydroclimate whiplash," menjadi lebih sering dan destruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun