Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Legacy Tempo Doeloe : Puhung Goreng Dinoyo Malang

7 Januari 2025   18:23 Diperbarui: 7 Januari 2025   18:23 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Slamet dan Ibu penjual puhung goreng Dinoyo, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Oya Pak Slamet, bagaimana anda meracik ubi kayu ini menjadi Puhung Goreng yang enak seperti sekarang dan kemarin-kemarin. Tuh Lihat belum selesai gorengan pertama, yang antri  sudah banyak.

Meraciknya sederhana saja pak. Ubi kayu yang sudah dipotong-potong ini digoreng dulu sampai terlihat sedikit kuning. Habis itu ya dicemplungkan  ke dalam air hangat yang sudah diaduk bersama bawang antara satu -- satu setengah Kg, dan garam secukupnya. Kalau sudah rata, ubi-ubi itu dicemplungin ke adonan, dan beberapa waktu kemudian sudah bisa digoreng sampai berwarna coklat muda.

Pak Slamet dan Ibu penjual puhung goreng Dinoyo, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Pak Slamet dan Ibu penjual puhung goreng Dinoyo, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Kalau soal ubi, memang harus ubi pilihan, yatu ubi keju, kalau bukan itu tetap saja bukan puhung goreng namanya, sebab akan keras saja dan tak mampu menyerap rempah-rempah dalam adonan kita. Begitu.

Luarbiasa sesederhana itu, tapi tentu harus diolah dengan hati dan bukan sekadar resep yang sudah diujicoba dan berhasil. Coba Ubi Jepang, begitu populernya disini tapi sesungguhnya biasa-biasa saja. Negeri ini mempunyai banyak tanaman ubi kayu dan ubi jalar, tapi yang sampai ke hotel bintang keqnya baru puhung goreng ala Pak Slamet ini.

Saya pikir sudah saatnya dinas-dinas teknis memperkenalkan bibit ubi kayu keju ini. Kalau nggak di samping warga luas tak mengenalnya dengan baik, juga para UMKM yang bergelut di bidang seperti yang dikerjakan Pak Slamet dan Ibu sekarang ini, ya nggak bakal kebagian apapun dari sektor pariwisata. Saya lihat Splendid Inn melalui Resto Melati di grupnya menjadikan puhung goreng semacam ini jadi kudapan utama resto, dengan pengolahan yang lebih cermat lagi tentunya. Juga saya lihat Caf Sontoloyo di Joyoagung raya sudah memperkenalkannya, demikian juga Wak Abu Coffee di Simpang Gajayana, belum lagi Mbah Lanang Coffee di Simpang Ijen, dan Lontjeng Coffee di Kajoetangan.

Penganan dan kudapan tradisional sejauh kita mau menggalinya kembali dan memberikan Inovasi secukupnya pastilah menarik. Lihat misalnya Nasi Empok atau Nasi Jagung, lihat juga Sate Komoh di Sontoloyo dst. Cukup banyak yang memperkenalkannya. Tapi kalau hanya sekadar memperkenalkan ya kurang menggigit, tapi tentu harus berani menginovasi lebih jauh bagaimana agar penganan dan kudapan legacy tempo doeloe ini jadi menggigit dan layak dikonsumsi para pelancong yang datang ke Malang raya dan ke obyek-obyek wisata lainnya di seantero Nusantara.

Perspektif Pariwisata dan Perekonomian Nasional

Potensi Penganan Tradisional sebagai Daya Tarik Pariwisata

Kudapan seperti puhung goreng (ubi goreng) adalah penganan tradisional yang tidak hanya mencerminkan cita rasa lokal, tetapi juga memanfaatkan bahan baku asli Indonesia. Ini menjadikannya simbol otentisitas kuliner yang sangat menarik bagi wisatawan.

Turis, baik lokal maupun mancanegara, sering mencari pengalaman autentik, termasuk dalam hal kuliner. Kehadiran puhung goreng di restoran seperti Splendid Inn dan kafe lokal menunjukkan bahwa makanan tradisional memiliki peluang besar untuk diangkat ke level yang lebih tinggi dengan inovasi dalam penyajian dan kualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun