Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Legacy Tempo Doeloe : Puhung Goreng Dinoyo Malang

7 Januari 2025   18:23 Diperbarui: 7 Januari 2025   18:23 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Legacy Tempo Doeloe : Puhung Goreng Dinoyo Malang

Tgl 7 Januari 2025 dini hari aku sudah kembali ke kota Malang. Syukurlah cuaca bagus di area stasiun Malang, begitu pula dengan daerah Merjosari dimana aku tinggal. Adrian yang membukakan pintu untukku langsung bilang mau bobo lagi, karena masih dini hari. Aku pun sama, meski sudah tiduran di kereta. Itu kan bukan kasur, melainkan kursi duduk yang berisi busa kenyal bahkan sedikit lebih keras dari itu. Maka aku pun bobo lagi menyusul si bontot. Kasur empuk masalahnya. He .. He ..

Aku terbangun ketilka Mentari mulai meninggi. Tanpa ba bu lagi akupun segera mandi, karena minum secangkir Kopi Panas dan isi perut adalah yang terpenting pagi itu, kemudian menelpon beberapa mahasiswa yang sempat janjian sama aku untuk menarasikan sesuatu yang menarik di kota Malang.

Boro-boro narasi. Sorry, lagi nggak enak badan Pak. Baiklah, lain kali aja ya setelah menghubungi saya terlebih dahulu. Akupun ngelencer ke Wak Abu Coffee. Biasa minum kopi tubruk Dampit agar badan agak stabil, nggak lagi sempoyongan seperti turun dari kereta jarak jauh dini hari tadi.

Tengah hari barulah aku ke BTPN,  karena itulah sisa ngolu-ngoluku, meminjam istilah Batak Toba. Setelah itu lanjut ke Bottle Ink beli sekadar Heineken dingin sebotol. Pengennya sih 2 botol. Tapi ntar dululah, tunggu pasukanku datang dari Jakarta.

Rombong sederhana Puhung Goreng Dinoyo, Malang, yang dikelola Pak Slamet dan Ibu. Foto : Parlin Pakpahan.
Rombong sederhana Puhung Goreng Dinoyo, Malang, yang dikelola Pak Slamet dan Ibu. Foto : Parlin Pakpahan.

Dari BTPN ntah kenapa aku mampir ke rombong atau gerobak dagangnya Pak Slamet dan Ibu di Dinoyo persis di depan Persada Supermarket. Maklumlah ketika mau ke Jakarta sebelum 23 Desember tahun lalu, aku sempat beberapa kali ke rombong Puhung Gorengnya, tapi tutup mulu. Mungkin pulang kampung atau ada kesibukan lain. Tak mungkin Pak Slamet dan Ibu yang lagi viral ini meninggalkan dagangannya begitu saja, dimana Puhung Gorengnya terjual kotor 300 Kg sejak buka Pk 15.00 hingga Pk 22.00 atau paling telat Pk 23.000 jelang tengah malam.

Puhung Goreng adalah penamaan khas Jawa termasuk Malang untuk ubi goreng entah dimanapun itu di Nusantara. Yang membedakan kalau sudah disebut Puhung Goreng, itu sudah pasti bahan bakunya adalah Puhung atau Ubi Keju atau Ubi spesial yang pasti empuk dan tidak lagi seperti kayu kalau sudah direbus, dan kemudian digoreng.

Sayangnya kalau kita-kita orang yang belanja ke pasar, maka terpaksa harus mengiyakan kecap si pedagang yang menyatakan bahwa ubi itu adalah ubi keju. Tapi nyatanya setelah direbus, hanya kl 20%  saja yang empuk dan selebihnya adalah ubi kayu yang tetap kayu dan tak bisa nyaman dimakan ataupun dikunyah.

Kali ini Pak Slamet dan Ibu sudah ada. Kemana aja pak akhir tahun lalu. Oh, kami lagi ada acara keluarga Pak, maka tak buka akhir Desember lalu. Masalahnya orang rumah nanyakan terus, mana puhung gorengnya Pak Slamet dan Ibu yang enak itu, sahutku. Kedua suami-isteri yang berusia belum sampai 50 tahun itu, tertawa berderai mendengar celotehku. Ya sudah, sekarang saya dan Ibu kan sudah ada lagi. Baik saya bungkusin nanti pak, kata Slamet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun