Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mary Jane Veloso dan Kompleksitas Keadilan Bagi Wong Cilik

19 Desember 2024   16:36 Diperbarui: 19 Desember 2024   16:36 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mary Jane Veloso tiba di Filipina. (Sumber : cna.id).

Mary Jane Veloso dan Kompleksitas Keadilan Bagi Wong Cilik

Mary Jane Veloso, seorang ibu dua anak yang menjadi ikon perjuangan melawan perdagangan manusia, tiba di Filipina setelah 15 tahun mendekam menunggu hukuman mati di Indonesia. Kedatangannya membuka babak baru dalam perjuangannya untuk memperoleh kebebasan penuh.

Veloso (39) mendarat di Bandara Manila pada Rabu pagi setelah kesepakatan repatriasi antara Filipina dan Indonesia.

Perjanjian ini mengakhiri ancaman eksekusi yang sempat menghantui hidupnya, meskipun ia masih harus menjalani hukuman seumur hidup di penjara wanita di Manila. Veloso ditangkap pada 2010 di Indonesia setelah ditemukan membawa koper berisi 2,6 kilogram heroin. Ia mengaku dijebak oleh perekrut kerja yang menjanjikan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.

Simbol yang kompleks

Melihat kehebohan pembebasan seorang Jane, Kita jadi bertanya-tanya apa dan siapakah wanita ini bagi bangsa Filipina, Indonesia dan masyarakat Asia pada umumnya.

Mary Jane Veloso adalah simbol yang kompleks dan multidimensional bagi bangsa Filipina, Indonesia, dan masyarakat Asia. Kisahnya melibatkan elemen kemanusiaan, hukum, dan sosial yang melampaui batas negara.

Bagi Filipina Jane adalah simbol perjuangan melawan perdagangan manusia

Mary Jane adalah representasi dari banyak pekerja migran Filipina yang menjadi korban perdagangan manusia. Sebagai ibu dua anak yang hanya ingin mencari nafkah, ia menjadi lambang pekerja migran yang tertipu dan terjebak dalam sistem yang mengeksploitasi mereka.

Baca juga: Situs Watu Gong

Kasusnya menjadi titik fokus untuk menuntut reformasi perlindungan terhadap pekerja migran Filipina, menekan pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap agen perekrut kerja dan memperbaiki sistem hukum yang sering gagal melindungi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun