Sikap ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk tidak memperburuk persepsi publik, terutama mengingat posisi mereka sebagai bagian dari keluarga presiden. Gibran dan Bobby tampaknya memilih untuk tidak membesar-besarkan isu ini, demi menjaga fokus pada kiprah mereka di panggung politik yang lebih luas.
Respons Jokowi yang menghindari penilaian langsung terhadap PDIP dan menekankan pada perjalanan waktu mencerminkan sikap reflektif khas budaya Jawa, yang percaya pada konsep sangkan paraning dumadi (asal-usul dan tujuan akhir). Dalam konteks ini, Jokowi tampaknya menyadari keputusan politiknya akan dinilai oleh sejarah dan bukan oleh opini sesaat.
Pernyataan ini juga menunjukkan kepercayaan dirinya pada legitimasi dan visi politiknya, meskipun harus berhadapan dengan konsekuensi pemecatan dari PDIP. Sikap ini memperlihatkan bagaimana Jokowi memilih untuk melangkah melampaui loyalitas partai dan fokus pada legacy-nya sebagai pemimpin nasional.
Kemampuan Jokowi menetapkan penggantinya
Keputusan Jokowi mendukung Prabowo Subianto sebagai penggantinya, meskipun bertentangan dengan keputusan partainya, mencerminkan keyakinannya pada kemampuan Prabowo untuk melanjutkan visi pembangunan dan stabilitas nasional. Hal ini juga menunjukkan keinginan Jokowi untuk meninggalkan jejak kepemimpinan yang berkelanjutan, yang tidak semata-mata didasarkan pada afiliasi partai politik.
Dalam budaya politik Indonesia, langkah ini mencerminkan transisi kekuasaan yang sering dipengaruhi oleh hubungan personal dan kepercayaan terhadap figur tertentu, bukan sekadar struktur formal partai. Jokowi tampaknya melihat stabilitas dan kesinambungan pembangunan lebih penting daripada sekadar loyalitas kepada partai.
Dukungan Jokowi terhadap Prabowo menegaskan kriteria kepemimpinan tidak selalu harus berasal dari internal partai tertentu. Dalam konteks ini, Jokowi menggunakan pengaruhnya untuk membentuk opini publik dan mengalihkan dukungan kepada sosok yang dianggapnya mampu memimpin negara.
Hal ini juga mencerminkan dinamika politik yang lebih terbuka, di mana seorang presiden dapat memanfaatkan popularitasnya untuk mempengaruhi hasil pemilihan umum, meskipun bertentangan dengan garis partai. Keputusan ini dapat dilihat sebagai bagian dari strategi Jokowi untuk menciptakan warisan politik yang lebih besar dari sekadar loyalitas kepada PDIP.
Dampak
Pemecatan ini menunjukkan PDIP menghadapi tantangan dalam menjaga loyalitas kader-kader utamanya. Hal ini dapat melemahkan soliditas partai di masa mendatang, terutama jika publik melihat keputusan Jokowi untuk mendukung Prabowo sebagai langkah yang lebih visioner dibandingkan dengan strategi PDIP.
Bagi Jokowi, langkah ini mengukuhkan citranya sebagai pemimpin nasional yang mampu melampaui batas-batas partai. Dukungan kepada Prabowo, yang pernah menjadi rival politiknya, menunjukkan kedewasaan politik dan keberanian untuk mengambil risiko demi kepentingan bangsa.