Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemecatan Jokowi dan Dinamika Transisi Kepemimpinan

18 Desember 2024   18:17 Diperbarui: 18 Desember 2024   18:17 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk tidak memperburuk persepsi publik, terutama mengingat posisi mereka sebagai bagian dari keluarga presiden. Gibran dan Bobby tampaknya memilih untuk tidak membesar-besarkan isu ini, demi menjaga fokus pada kiprah mereka di panggung politik yang lebih luas.

Respons Jokowi yang menghindari penilaian langsung terhadap PDIP dan menekankan pada perjalanan waktu mencerminkan sikap reflektif khas budaya Jawa, yang percaya pada konsep sangkan paraning dumadi (asal-usul dan tujuan akhir). Dalam konteks ini, Jokowi tampaknya menyadari keputusan politiknya akan dinilai oleh sejarah dan bukan oleh opini sesaat.

Pernyataan ini juga menunjukkan kepercayaan dirinya pada legitimasi dan visi politiknya, meskipun harus berhadapan dengan konsekuensi pemecatan dari PDIP. Sikap ini memperlihatkan bagaimana Jokowi memilih untuk melangkah melampaui loyalitas partai dan fokus pada legacy-nya sebagai pemimpin nasional.

Kemampuan Jokowi menetapkan penggantinya

Keputusan Jokowi mendukung Prabowo Subianto sebagai penggantinya, meskipun bertentangan dengan keputusan partainya, mencerminkan keyakinannya pada kemampuan Prabowo untuk melanjutkan visi pembangunan dan stabilitas nasional. Hal ini juga menunjukkan keinginan Jokowi untuk meninggalkan jejak kepemimpinan yang berkelanjutan, yang tidak semata-mata didasarkan pada afiliasi partai politik.

Dalam budaya politik Indonesia, langkah ini mencerminkan transisi kekuasaan yang sering dipengaruhi oleh hubungan personal dan kepercayaan terhadap figur tertentu, bukan sekadar struktur formal partai. Jokowi tampaknya melihat stabilitas dan kesinambungan pembangunan lebih penting daripada sekadar loyalitas kepada partai.

Dukungan Jokowi terhadap Prabowo menegaskan kriteria kepemimpinan tidak selalu harus berasal dari internal partai tertentu. Dalam konteks ini, Jokowi menggunakan pengaruhnya untuk membentuk opini publik dan mengalihkan dukungan kepada sosok yang dianggapnya mampu memimpin negara.

Hal ini juga mencerminkan dinamika politik yang lebih terbuka, di mana seorang presiden dapat memanfaatkan popularitasnya untuk mempengaruhi hasil pemilihan umum, meskipun bertentangan dengan garis partai. Keputusan ini dapat dilihat sebagai bagian dari strategi Jokowi untuk menciptakan warisan politik yang lebih besar dari sekadar loyalitas kepada PDIP.

Dampak

Pemecatan ini menunjukkan PDIP menghadapi tantangan dalam menjaga loyalitas kader-kader utamanya. Hal ini dapat melemahkan soliditas partai di masa mendatang, terutama jika publik melihat keputusan Jokowi untuk mendukung Prabowo sebagai langkah yang lebih visioner dibandingkan dengan strategi PDIP.

Bagi Jokowi, langkah ini mengukuhkan citranya sebagai pemimpin nasional yang mampu melampaui batas-batas partai. Dukungan kepada Prabowo, yang pernah menjadi rival politiknya, menunjukkan kedewasaan politik dan keberanian untuk mengambil risiko demi kepentingan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun