Situasi ini merupakan titik balik dalam sejarah konflik Syria. Meskipun pemberontak telah berhasil mengakhiri pemerintahan Assad, tantangan besar menanti mereka dalam membangun rezim yang stabil, inklusif, dan mampu mengelola keragaman etnis dan agama di Suriah. Rusia, meski kehilangan sekutu utama, tetap memiliki peran penting dalam menentukan arah masa depan Syria melalui pengaruhnya di pangkalan militer dan hubungan dengan aktor regional lainnya.
Yang jadi soal besar siapa di antara para pemberontak ini yang dominan menguasai Syria nanti, kalau dilihat ada kepentingan Iran, AS dan Rusia disitu termasuk negara-negara Arab dan Israel. Atau bisakah ini disimpulkan bahwa "Syria baru" bisa saja berguna untuk menumpahkan warga Arab-Palestina kesana. Ini terutama kalau kita baca Lawrence of Arabia, bahwa karakter dasar orang-orang Arab adalah perang suku yang tak habis-habisnya karena masalah tirani antara lain.
Prediksi mengenai siapa yang akan mendominasi Suriah pasca-jatuhnya Bashar al-Assad sangat kompleks, mengingat berbagai aktor internasional dan dinamika internal yang terlibat.
Dominasi di antara kelompok pemberontak
Kelompok pemberontak di Syria sangat beragam, mulai yang moderat hingga ekstremis.
Kelompok yang mendapatkan dukungan konsisten dari negara-negara kuat seperti AS, Turki, atau negara-negara Teluk kemungkinan akan memiliki keunggulan. Contohnya adalah Tentara Pembebasan Suriah (FSA) atau kelompok yang didukung Turki.
Kelompok ekstremis seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mungkin memiliki keuntungan jangka pendek di medan perang tetapi sulit mendapatkan dukungan internasional untuk memimpin Syria pasca-konflik.
Iran akan berupaya mempertahankan pengaruh melalui milisi seperti Hezbollah dan Syiah lokal. Mereka kemungkinan besar mendukung faksi minoritas Alawit atau Syiah untuk mengimbangi dominasi Sunni.
Kepentingan pemain internasional
Meski Assad jatuh, Rusia dipastikan akan tetap mempertahankan pangkalan militer di Tartus dan Hmeimim. Rusia kemungkinan besar mendukung kelompok yang menjamin stabilitas dan tidak mengancam kepentingan mereka.
Iran melihat Syria sebagai koridor strategis ke Lebanon untuk mendukung Hezbollah. Mereka akan berupaya mendukung aktor yang pro-Iran.