Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Regime Theokratis Iran yang Tidak Teokratis

11 November 2024   20:54 Diperbarui: 11 November 2024   21:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penempatan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Israel - yang dimaksudkan untuk mencegat rudal balistik di ketinggian tinggi - semakin menegaskan komitmen AS terhadap pertahanan Israel. Langkah ini menyusul serangan rudal Iran terhadap Israel, dan sementara memperkuat sistem pertahanan rudal Israel yang sudah tangguh, hal itu juga menandakan kesiapan untuk respons militer yang lebih luas jika ketegangan dengan Iran meningkat menjadi konflik langsung.

AS juga telah menempatkan sejumlah besar pasukan di lokasi-lokasi penting dan menempatkan rudal tambahan di Yordania untuk menyediakan penyangga pertahanan terhadap milisi yang didukung Iran dan potensi tindakan Iran. Tindakan ini merupakan strategi berlapis-lapis untuk mencegah agresi lebih lanjut dan menjaga stabilitas regional.

Namun, peningkatan kehadiran militer ini juga berisiko mengobarkan situasi yang sudah tidak stabil, terutama mengingat meningkatnya ancaman Iran dan potensi konfrontasi regional yang lebih luas.

Singkatnya, pengerahan assets militer Amerika ini merupakan respons langsung terhadap aktivitas Iran, khususnya dalam konteks program misilnya dan konflik proksi yang sedang berlangsung yang melibatkan pasukan yang didukung Iran di seluruh kawasan. Penempatan ini berfungsi untuk meyakinkan sekutu AS sekaligus mencegah tindakan lebih lanjut dari Teheran yang dapat menyebabkan konflik terbuka.

Dari pernyataan Trump belum lama ini sudah jelas Ia ingin gencatan senjata tercapai di middle-east, sehingga keluar ucapannya kepada Israel agar Israel segera menyelesaikan tugasnya untuk menhentikan Iran. Ini tentu menimbulkan tanda tanya besar apakah regime theokrasi yang sama sekali tidak teokratis ini akan mengabaikan Trump dan Amerika. Yang penting bagi mereka Israel harus dihapuskan dari peta bumi. Penghapusan Israel dari  peta bumi, termasuk thesis yang diunggulkan banyak di media negeri ini. Entah bagaimana Tempo, Sindo, TVOne, MetroTV menjadi beringas melihat ke sebelah kiri dan memuji setinggi langit Iran yang jelas-jelas bukan di sebelah kanan konflik. Dalam bahasa slank ini salah kaprah namanya.

Well, situasi seputar seruan Donald Trump agar Israel "menyelesaikan pekerjaan" terkait Iran dan konteks middle-east yang lebih luas memang rumit. Sikap Trump tampaknya mencerminkan kebijakan luar negerinya yang lebih luas, "America First", yang menekankan kepentingan AS dan biasanya menganjurkan tindakan yang lebih langsung terhadap ancaman yang dirasakan di kawasan tersebut, khususnya Iran. Namun, pernyataan ini dapat diartikan sebagai keselarasan dengan posisi Israel yang lebih garis keras terhadap ambisi nuklir Iran dan pengaruh regionalnya.

Iran dan doktrin penghancuran Israel

Dari perspektif Iran, yang berakar pada rezim teokratis yang dipimpin oleh Pemimpin Tertinggi (Khamenei), tujuan utamanya adalah pelestarian kekuatan dan pengaruh regional Iran. Iran telah lama memandang Israel sebagai ancaman eksistensial, sebagian besar karena peran Israel sebagai sekutu AS dan kemampuan militernya. Rezim Iran, khususnya di bawah kepemimpinan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, telah berulang kali menyerukan penghancuran Israel, menggemakan pernyataan yang telah menjadi landasan kebijakan luar negeri Republik Islam selama beberapa dekade. Seruan-seruan ini bukan sekadar retorika, tetapi didukung oleh jaringan proksi di seluruh kawasan, yang dipersenjatai dan didanai Teheran sebagai bagian dari strateginya untuk mengimbangi pengaruh Israel dan AS.

Kepemimpinan Iran tidak mungkin terhalang oleh pernyataan Trump, karena pernyataan tersebut dimotivasi oleh kebutuhan ideologis dan strategis yang mengakar kuat untuk menegaskan peran Iran di kawasan tersebut. Gagasan "penghapusan" Israel dari peta bumi masih menjadi inti narasi resmi Teheran, dan retorika tentang kehancuran Israel terus bergema di sebagian penduduk dan kepemimpinan di Iran, meskipun ada tekanan internasional. Sikap ideologis ini berarti bahwa setiap dorongan diplomatik, terutama dari AS atau Israel, untuk memaksa Iran tunduk kemungkinan akan menghadapi perlawanan yang signifikan, bahkan ketika kemampuan militer Iran meningkat.

Selain itu, dengan isu nuklir dan pengayaan uranium Iran, rezim tersebut semakin memposisikan dirinya dalam menentang upaya AS untuk mengekang ambisinya, baik melalui sanksi maupun tekanan militer. Seruan Trump agar Israel bertindak tegas terhadap Iran mencerminkan ketegangan yang sedang berlangsung antara keinginan Barat akan stabilitas dan upaya Iran untuk mendapatkan pengaruh dan dominasi regional.

Singkatnya, rezim Iran, di bawah kepemimpinan Ali Khamenei saat ini, tidak mungkin meninggalkan sikap konfrontatifnya terhadap Israel, terutama karena ia berupaya mengamankan posisinya sendiri di middle-east dan menentang pengaruh Barat. Retorika Trump, meskipun kuat, mungkin tidak secara signifikan mengubah lintasan Iran, mengingat perbedaan ideologis yang mengakar dalam dan dinamika regional yang lebih luas yang sedang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun