Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Yahya Sinwar Jagal Middle-East Kali Ini Tewas Beneran

18 Oktober 2024   17:48 Diperbarui: 18 Oktober 2024   17:55 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yahya Sinwar Jagal Middle-East Kali Ini Tewas Beneran

Pada hari Kamis lalu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengkonfirmasi tewasnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang kesohor sebagai otak serangan pada tanggal 7 Oktober di Israel Selatan.

"Yahya Sinwar tewas," tulis IDF di akun resmi X mereka pada Kamis sore.

Hal ini terjadi beberapa jam setelah IDF menyatakan mereka "memeriksa kemungkinan" Sinwar termasuk di antara tiga militan yang tewas dalam baku tembak dengan IDF di Gaza pada hari Rabu.

Yahya Sinwar adalah salah satu pemimpin tertinggi Hamas, organisasi militan yang menguasai Jalur Gaza. Sinwar memiliki reputasi sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dan radikal di Hamas. Ia menjabat sebagai kepala sayap politik Hamas di Gaza dan sebelumnya dikenal karena kiprahnya dalam membentuk serta memimpin kekuatan militer kelompok tersebut, termasuk Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap bersenjata Hamas.

Lahir pada tahun 1962 di Kota Khan Younis, Gaza, Sinwar dipenjara oleh Israel pada 1988 atas keterlibatannya dalam pembunuhan warga Arab-Palestina yang dianggap sebagai kolaborator Israel. Ia dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari pertukaran tahanan untuk membebaskan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditawan Hamas.

Sejak kembali ke Gaza, Sinwar malah semakin memperkeras garis politik Hamas dan dianggap berperan penting dalam mengkoordinasi serangan-serangan terhadap Israel, termasuk keterlibatannya dalam perencanaan serangan 7 Oktober 2023.

Kematian Sinwar tak diduga. Ia terluka ketika hendak keluar dari lubang persembunyiannya, dan dihabisi Drone serbu IDF. Barulah setelah DNAnya dicheck oleh Kepolisian Israel. Yang tewas itu benar Sinwar. Apakah tewasnya jagal dari Khan Younis ini mengindikasikan Hamas yang masih bersembunyi di terowongan perlawanannya akan menyerah beserta seluruh sandera Israel yang tersisa.

Kematian Sinwar, yang merupakan tokoh kunci Hamas, memang memberikan pukulan telak bagi kepemimpinan organisasi tersebut. Namun, menyerahnya Hamas dan pembebasan sandera Israel secara menyeluruh masih belum dapat dipastikan. Hamas telah beroperasi dengan struktur kepemimpinan yang tersembunyi dan sistem terowongan bawah tanah yang kompleks di Gaza, yang membuat mereka tetap dapat bertahan meskipun banyak pemimpin mereka tewas atau tertangkap.

Dalam konteks perang gerilya seperti ini, organisasi teror semacam Hamas menyiapkan struktur komando cadangan dan pemimpin pengganti untuk melanjutkan perlawanan. Meskipun kematian Sinwar dapat melemahkan moral dan organisasi Hamas, kemungkinan besar mereka akan terus berjuang selama mereka masih memiliki sumberdaya dan kemampuan bertahan. Selain itu, Hamas dipastikan akan tetap menggunakan sandera sebagai alat negosiasi dalam konflik yang sedang berlangsung.

Sejauh ini, tidak ada indikasi kuat bahwa Hamas akan menyerah begitu saja. Kepalang gila, perlawanan Hamas akan terus berlanjut, terutama karena kelompok ini memiliki basis ideologis dan dukungan di antara sebagian penduduk Gaza.

Mencermati Hamas sudah satu tahun ini terkepung di terowongannya sendiri, dan IDF tidak mungkin membiarkan aliran logistik dan makanan masuk ke terowongan itu. Yang dikhawatirkan adalah para sandera yang tersisa semuanya sudah tewas sebagai akibat dari blokade pasokan pangan ke terowongan teror Gaza.

Situasi di Jalur Gaza dan terowongan bawah tanah Hamas menghadirkan tantangan kemanusiaan dan militer yang sangat kompleks. Blokade ketat yang diterapkan Israel setelah serangan 7 Oktober telah memperburuk kondisi di Gaza, menghambat pasokan makanan, air, dan obat-obatan. Jika Hamas dan para milisinya tetap bersembunyi di dalam jaringan terowongan tanpa akses ke pasokan, risiko kematian baik bagi milisi maupun sandera sangat tinggi.

Dari sudut pandang taktis, IDF memiliki dua tujuan utama, yi melumpuhkan Hamas secara menyeluruh, termasuk para pemimpin dan infrastruktur pertahanan mereka; menyelamatkan sandera dengan risiko minimal, meskipun sangat sulit mengingat ketidakpastian lokasi sandera dan kendali Hamas.

Risiko terhadap sandera dalam skenario ini sangat signifikan. Jika terowongan benar-benar terkepung tanpa suplai makanan dan air, kematian karena kelaparan, dehidrasi, atau eksekusi internal dapat terjadi. Pengalaman dalam konflik sebelumnya menunjukkan organisasi teror seperti Hamas biasanya menggunakan sandera sebagai alat tawar-menawar hingga titik terakhir, tetapi jika suplai habis atau situasi semakin tidak terkendali, bisa saja mereka akan memperlakukan sandera dengan kejam, termasuk eksekusi massal.

Upaya untuk menyelamatkan sandera membutuhkan intelijen akurat tentang lokasi sandera dan jaringan terowongan; operasi militer presisi, seperti serangan terbatas atau negosiasi melalui perantara, untuk mencegah eksekusi sandera di tengah tekanan terhadap Hamas.

Namun, karena Hamas diperkirakan sudah terisolasi total, kesabaran IDF dalam mengulur operasi mungkin hanya akan meningkatkan risiko bagi sandera. Fakta bahwa makanan dan pasokan medis tidak mengalir ke dalam terowongan memperkuat kekhawatiran sebagian sandera bisa saja sudah tewas akibat kondisi ekstrem ini.

So bagi IDF sekarang adalah bagaimana membersihkan Hezbollah dari Lebanon dan Syria secara efektif. Sementara Amerika menghabisi Houthi di Yaman. Itu yang nampak setelah dunia dikagetkan dengan tewasnya Yahya Sinwar.

Jika tewasnya Yahya Sinwar menandai melemahnya kekuatan Hamas di Gaza, maka IDF dan sekutu-sekutunya akan memperluas operasi mereka untuk menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok militan lain yang terlibat dalam konflik ini, seperti Hezbollah di Lebanon dan Suriah, serta Houthi di Yaman. Langkah ini tampaknya bertujuan untuk membersihkan ancaman regional yang terkait dengan aliansi Iran, yang mendukung berbagai kelompok teror anti-Israel.

Analisis dari rencana tersebut mencakup beberapa hal penting :

1. Menghadapi Hezbollah di Lebanon dan Suriah

Hezbollah merupakan ancaman utama di perbatasan utara Israel. Kelompok ini memiliki persenjataan yang lebih canggih dibandingkan dengan Hamas dan diyakini memiliki lebih dari 100.000 roket yang bisa digunakan untuk menyerang wilayah Israel. Dalam operasi melawan Hezbollah, IDF harus melakukan serangan udara presisi dan operasi darat terbatas untuk menghancurkan fasilitas militer dan infrastruktur rudal.

Mengendalikan Hezbollah berarti mengurangi tekanan dua front bagi Israel, terutama saat mereka melancarkan operasi besar di Gaza. Dengan melemahkan Hezbollah, Israel berupaya menghindari eskalasi konflik menjadi perang regional.

2. Peran Amerika Serikat dalam menghadapi Houthi di Yaman

Houthi adalah kelompok yang didukung oleh Iran dan dianggap sebagai salah satu komponen dari "poros perlawanan" yang mencakup Iran, Hezbollah, dan militan lainnya. Serangan drone dan rudal dari Houthi yang menargetkan kapal-kapal dan sekutu AS di Teluk telah terjadi sebelumnya. Jika Amerika Serikat bergerak untuk menekan atau menghancurkan kemampuan militer Houthi, ini bisa menjadi upaya untuk menghilangkan ancaman terhadap sekutu regional seperti Arab Saudi dan Israel.

Mengurangi kekuatan Houthi di Yaman juga dapat mengirim pesan tegas kepada Iran bahwa dukungannya terhadap militan di kawasan ini tidak akan ditoleransi, terutama dalam konteks serangan yang lebih luas terhadap kepentingan Amerika dan sekutunya.

3. Konsekuensi strategi di tingkat regional

Memperluas konflik untuk melawan berbagai kelompok militan bisa menciptakan dinamika yang lebih berbahaya, di mana Iran dapat meningkatkan dukungannya terhadap sekutu-sekutu non-negara ini untuk membalas tekanan. Iran mungkin merespons dengan meningkatkan operasi proksinya atau bahkan mengancam rute pengiriman minyak di Teluk.

Di sisi lain, strategi ini juga bisa menjadi cara untuk mempercepat solusi jangka panjang di kawasan dengan melemahkan berbagai kelompok militan yang mengandalkan dukungan Iran. Jika ancaman terhadap Israel dan sekutu-sekutunya berkurang, maka diplomasi dan rekonsiliasi mungkin dapat ditekankan kembali setelah eskalasi saat ini.

Secara keseluruhan, langkah yang diambil oleh Israel dan sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat, tampaknya diarahkan untuk memanfaatkan momentum setelah tewasnya Sinwar guna menekan berbagai ancaman militan di kawasan. Hal ini dapat meningkatkan risiko eskalasi regional, tetapi juga bisa menciptakan tekanan besar pada kelompok-kelompok militan yang didukung Iran, sehingga memaksa mereka untuk mundur atau mencari jalan keluar diplomatik.

Retaliasi terhadap Iran

Diskenariokan IDF memang akan melakukan retaliasi ke Iran untulk menghancurkan reaktor atom dan kilang-kilang minyak Iran. Tapi ini tentu akan dilakukan setelah mengeliminasi semua prokasi Iran di middle-east, terutama yang berdekatan dengan Israel.

Skenario di mana IDF melakukan serangan terhadap Iran, terutama untuk menghancurkan reaktor nuklir dan kilang minyak, adalah masuk akal dalam konteks strategi keamanan Israel. Namun, mengingat besarnya risiko dan potensi dampak regional dari operasi semacam itu, Israel kemungkinan akan lebih dulu berusaha untuk mengurangi ancaman dari proksi-proksi Iran di Timur Tengah, terutama yang berbasis di sekitar perbatasannya.

Menghilangkan ancaman proksi Iran di sekitar Israel

Israel akan memprioritaskan untuk mengeliminasi ancaman langsung dari proksi-proksi Iran seperti Hezbollah di Lebanon, kelompok teror Syiah di Suriah, dan bahkan kelompok-kelompok militan yang beroperasi di Irak atau Yaman. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa jika terjadi serangan terhadap Iran, tidak ada ancaman militer besar yang bisa mengepung Israel dari berbagai arah.

Menghancurkan infrastruktur militer Hezbollah dan kelompok militan lainnya di dekat perbatasan Israel akan mengurangi risiko serangan balasan besar-besaran, terutama serangan rudal yang dapat menargetkan kota-kota besar Israel. Ini juga memungkinkan IDF untuk fokus pada serangan strategis terhadap target-target di Iran tanpa harus khawatir tentang eskalasi besar di front lokal.

Penargetan fasilitas Nuklir dan infrastruktur minyak Iran

Jika Israel memilih untuk menyerang fasilitas nuklir Iran, tujuannya adalah untuk menghancurkan atau menunda kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Reaktor dan fasilitas pengayaan uranium akan menjadi target utama, terutama yang berada di Natanz, Fordow, atau Arak.

Selain fasilitas nuklir, menghancurkan infrastruktur minyak Iran, seperti kilang dan fasilitas ekspor minyak, akan memukul ekonomi Iran dengan sangat keras. Langkah ini bisa digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada pemerintah Iran agar berhenti mendukung kelompok-kelompok militan dan menghentikan program nuklirnya.

Implikasi strategi di tingkat regional

Serangan langsung terhadap Iran dapat memicu respons militer besar-besaran dari Iran dan sekutu-sekutunya di seluruh kawasan, yang dapat menciptakan eskalasi hingga tingkat perang regional. Iran mungkin akan mengaktifkan berbagai proksi di Timur Tengah untuk menyerang kepentingan Amerika dan sekutu-sekutu Israel.

AS kemungkinan besar akan mendukung Israel dalam operasi ini, mengingat hubungan aliansi yang erat serta kekhawatiran tentang ambisi nuklir Iran. Namun, AS juga perlu mempertimbangkan dampak terhadap stabilitas global, termasuk harga minyak dan akses energi.

Respons dari negara-negara lain di kawasan ini, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, akan sangat penting. Kedua negara tersebut juga memandang Iran sebagai ancaman utama, dan mungkin mendukung upaya untuk menekan Iran, meskipun mereka akan berhati-hati dalam melibatkan diri secara langsung.

Potensi penggunaan negosiasi atau taktik deteren lainnya

Sebelum mencapai tahap serangan langsung, Israel dan sekutu-sekutunya mungkin mencoba untuk meningkatkan tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Iran untuk menghentikan program nuklirnya. Ini bisa mencakup sanksi ekonomi yang lebih ketat atau upaya diplomasi rahasia dengan kekuatan dunia lainnya.

Israel juga bisa menggunakan operasi intelijen dan serangan siber untuk melemahkan kemampuan nuklir Iran, seperti yang pernah terjadi di masa lalu (contohnya, serangan siber Stuxnet).

Secara keseluruhan, strategi ini akan memerlukan perencanaan yang sangat hati-hati dan koordinasi erat dengan sekutu-sekutu internasional. Retaliasi terhadap Iran, terutama untuk menghancurkan fasilitas nuklir dan minyak, hanya mungkin dilakukan setelah Israel berhasil mengurangi ancaman dari proksi-proksi Iran, sehingga meminimalkan risiko eskalasi konflik menjadi perang regional yang lebih luas.

Lihat :

https://www.euronews.com/2024/10/17/hamas-leader-yahya-sinwar-highly-likely-killed-in-gaza-israeli-army-claims

https://www.timesofisrael.com/pm-sees-opportunity-in-sinwars-death-does-that-mean-escalation-in-fighting-or-a-deal/

https://time.com/7094047/yahya-sinwar-possibly-killed/

Joyogrand, Malang, Fri', Oct' 18, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun