Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Diplomasi Indonesia Pasca Menlu Retno Marsudi

12 Oktober 2024   16:57 Diperbarui: 12 Oktober 2024   16:59 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Clip art ilustrasi politik bebas dan aktif. (Sumber: hukumonline.com).

2. Krisis Laut China Selatan dan Kedaulatan di Natuna

Indonesia mendukung penyelesaian sengketa Laut China Selatan melalui mekanisme ASEAN dan mendorong penyelesaian kode etik (Code of Conduct/COC) antara ASEAN dan China. Namun, perundingan COC tidak menghasilkan solusi konkret dan China terus meningkatkan kehadirannya di perairan yang disengketakan, termasuk wilayah Natuna. Pendekatan multilateral ini banyak terhambat oleh kepentingan masing-masing negara anggota ASEAN, yang tidak selalu sejalan dengan kepentingan Indonesia.

Pendekatan diplomasi bebas aktif yang diusung Indonesia cenderung menghindari konfrontasi langsung dengan negara besar seperti China. Hal ini membuat Indonesia lebih berhati-hati dalam mengambil sikap tegas, termasuk dalam merespon pelanggaran China di perairan Natuna. Sikap yang tidak cukup tegas ini memberikan sinyal yang kurang kuat mengenai komitmen Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya.

Di Laut China Selatan, China memiliki keunggulan militer dan pengaruh politik yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia. Meskipun Indonesia memperkuat kehadiran militernya di Natuna, China masih dapat memanfaatkan kekuatannya untuk memproyeksikan kekuasaan di wilayah tersebut.

Kelemahan diplomasi Indonesia di kedua isu ini lebih disebabkan oleh pendekatan yang terlalu moderat dan ketidakmampuan memanfaatkan tekanan internasional secara maksimal. Selain itu, adanya dinamika geopolitik dan kekuatan yang tidak seimbang membuat Indonesia berada pada posisi yang lebih sulit dalam memperjuangkan kepentingan dan kedaulatannya.

Diplomasi middle-east

Pada puncaknya kita melihat drama Indonesia dalam konflik Israel-Arab Palestina. Di sini pun terbukti Indonesia melalui Menlu Retno hanya bisa mencacimaki Israel dan mengelu-elukan Arab-Palestina. Walhasil dengan pendekatan yang tak seimbang ini, Indonesia tak ubahnya Malaysia, dicemooh dunia demokratis sebagai sebagai negara munafik yang hanya disetir kalangan ulama via MUI dan bukannya disetir oleh pedoman politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. dan berangkat dari kesekuleran negara.

Pendekatan yang diambil di bawah Menlu Retno Marsudi menghadapi kritik karena dianggap tidak seimbang dan terlalu berpihak pada Arab-Palestina, sementara mengabaikan pendekatan yang lebih pragmatis atau netral.

Beberapa aspek yang perlu dijelaskan untuk memahami situasi ini :

1. Komitmen ideologis dan sejarah diplomasi

Sejak era Soekarno, Indonesia secara konsisten mendukung Arab-Palestina sebagai bagian dari perjuangan melawan kolonialisme dan penjajahan. Dukungan terhadap Arab-Palestina telah menjadi salah satu pilar dalam kebijakan luar negeri Indonesia dan dianggap sebagai kewajiban moral dan politik. Komitmen ini membentuk sikap diplomasi Indonesia, yang cenderung berpihak pada Arab-Palestina dalam forum-forum internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun