Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyibak Fufufafa dari Mereka yang Tak Kebagian Apapun

4 Oktober 2024   16:55 Diperbarui: 4 Oktober 2024   16:58 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fufufafa akun lama yang diduga milik Gibran Rakabuming Raka. (Sumber : radarlawu.jawapos.com).

Menyibak Fufufafa Fufufafa Dari Mereka Yang Tak Kebagian Apapun

Tengah viral sebuah isu yang menyebut jika Anies Baswedan akan menggantikan Gibran jadi Wapres Prabowo Soebianto. Dalam narasi sebuah konten yang viral di YouTube, Anies disebut akan menggantikan Gibran sebagai Wapres pada pelantikan 20 Oktober 2024 yad. "Anies dampingi Prabowo? Gibran Batal Dilantik," demikian narasi dalam video tersebut.

Isu yang beredar menyebut jika Gibran terbukti sebagai pemilik akun Fufufafa yang banyak melontarkan kalimat hinaan kepada Prabowo. Tapi benarkah? Banyak media yang sudah melakukan penelusuran, kabar tersebut ternyata hoax alias tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sebelum Anies, Puan Maharani juga sempat jadi perbincangan karena diisukan menggantikan Gibran Rakabuming Raka menjadi wapres. Hal ini mencuat setelah dibicarakan oleh Jhon Sitorus di kanal Youtube MPTV berjudul "Gara-gara FUFUFAFA, Gibran Bisa Gagal Jadi Wakil Presiden" yang diunggah pada Sabtu 21 September lalu. Dalam video tersebut, Jhon Sitorus mengatakan nama Puan Maharani masuk daftar pengganti Gibran. "Banyak yang berpendapat Ibu Puan Maharani akan diusulkan menjadi wapres," kata Jhon. Namun hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Prabowo Soebianto dan Puan Maharani mengenai hal ini.

Isu tentang Anies Baswedan yang disebut-sebut menggantikan Gibran sebagai Wapres mendampingi Prabowo Soebianto adalah contoh menarik dari fenomena politik kontemporer di negeri ini. Ini dapat dianalisis melalui pendekatan antropologis dan sosiologis. Ada beberapa aspek yang dapat kita lihat terkait budaya politik dan proses sosial di balik isu ini.

Budaya politik Indonesia sering diwarnai oleh fenomena "politik rumor" dan penyebaran hoaks. Dalam konteks ini, munculnya isu seperti Anies Baswedan menggantikan Gibran merupakan bagian dari dinamika politik yang melibatkan strategi penyebaran desas-desus dan spekulasi untuk mempengaruhi persepsi publik. Hal ini dipicu oleh ketidakpastian politik yang ada atau kepentingan pihak tertentu yang ingin menggoyahkan stabilitas dukungan.

Antropolog Clifford Geertz menggambarkan budaya politik di Indonesia sebagai "clientelistic" dan dipenuhi oleh patronase serta jaringan loyalitas yang sangat cair. Kekuatan politik di Indonesia banyak bergantung pada figur-figur yang diidealkan dan dijadikan simbol, yang dalam hal ini adalah Prabowo, Gibran, dan Anies. Penyebaran isu seperti ini adalah salah satu cara untuk menilai respons publik terhadap kemungkinan perubahan aliansi politik atau penggantian figur politik.

Secara antropologis, masyarakat Indonesia menunjukkan pola kesetiaan yang tinggi terhadap tokoh pemimpin. Tokoh-tokoh seperti Gibran, yang merupakan putera Presiden Jokowi, dianggap memiliki "kapital sosial" yang kuat, sehingga rumor tentang dirinya bisa menimbulkan heboh besar. Dalam konteks ini, penyebaran isu tentang akun Fufufafa yang dikaitkan dengan Gibran sebagai pemiliknya, yang menghina Prabowo, adalah contoh bagaimana karakteristik loyalitas dan pengkhianatan menjadi bahan bakar dalam konflik politik di Indonesia.

Munculnya nama-nama besar seperti Anies Baswedan dan Puan Maharani sebagai pengganti potensial Gibran juga mencerminkan bahwa masyarakat banyak mengaitkan kepemimpinan politik dengan status sosial dan hubungan keluarga, bukan hanya kemampuan politik atau ideologi. Ini menjadi bagian dari budaya politik Indonesia, di mana "figur besar" selalu menarik perhatian lebih dibandingkan program atau visi.

Dari perspektif sosiologis, penyebaran isu ini juga mencerminkan peran media sosial sebagai alat utama dalam membentuk opini publik. Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia, dan platform seperti YouTube, Twitter, serta Facebook disini menjadi arena bagi munculnya teori konspirasi dan hoaks politik. Isu tentang Anies menggantikan Gibran sebagai wapres pertama kali muncul di platform seperti YouTube, yang menunjukkan bagaimana media sosial di Indonesia digunakan untuk menyebarkan informasi, baik yang benar maupun yang tidak benar, dalam waktu singkat dan dengan dampak yang luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun