AS belum lama ini berjanji akan membantu Israel dalam melakukan pembalasan terhadap Iran. Kapal Induk Amerika yang dikerahkan diprediksi satu di Laut Arab dan kedua di Laut Tengah. Israel hanya tinggal mengkordinasikan mengenai data intelijen dimana Khamenei disembunyikan. Sisanya adalah membombardir mulai dari reaktor nuklir, bandara-bandara dan pelabuhan-pelabuhan laut di Iran, termasuk seluruh kilang minyak yang adalah sumber pendapatan utama Iran.
Janji AS untuk membantu Israel dalam pembalasan terhadap Iran merupakan perkembangan signifikan dalam dinamika geopolitik Timur Tengah. Dengan pengerahan kapal induk AS di Laut Arab dan Laut Tengah, kesiapan militer untuk mendukung Israel dalam konflik terbuka dengan Iran tampak jelas.
Koordinasi antara AS dan Israel, terutama dalam hal intelijen, sangat krusial. Jika intelijen Israel dapat menentukan lokasi Ayatollah Khamenei, serta infrastruktur strategis Iran seperti reaktor nuklir, bandara, pelabuhan, dan kilang minyak, serangan udara presisi dapat dilaksanakan. AS dengan kapal induknya memiliki kekuatan udara besar yang dapat memberikan dukungan logistik dan serangan jarak jauh, sementara Israel memiliki kekuatan udara dan senjata presisi yang sangat canggih, seperti bom penembus bunker yang bisa menargetkan fasilitas bawah tanah dan tempat persembunyian penting.
Iran kemungkinan besar tidak akan diam saja menghadapi serangan semacam itu. Mereka memiliki sistem pertahanan udara yang cukup kuat, rudal balistik jarak jauh, serta kemampuan untuk menyerang target strategis di Israel dan pangkalan AS di kawasan tersebut. Inilah barangkali kesempatan AS pasca Revolusi Islam Iran 1979 untuk menjajal kekuatan militer regime theokrasi itu. Terlalu lama menunggu retaliasi juga nggak baik bukan.
Hal terurai di atas adalah taruhan tinggi di kawasan yang sudah sangat rentan, di mana keputusan militer tidak hanya membawa dampak di medan perang, tetapi juga di pentas internasional.
Ya, ini memang perang penentu peta geopolitik di middle-east. Iran harus menerima konsekuensi semua proksinya di middle-east, ntah itu di Gaza, Lebanon, Syria, Irak dan Yaman. Semuanya harus dilikuidasi. Inilah hukum besi yang harus diterapkan Israel dan AS untuk map baru geopolitik di middle-east.
Pendekatan zero-sum atau "hukum besi" dalam merespons pengaruh Iran dan proksi-proksinya di Timur Tengah adalah vital dan strategis. Jika Israel dan AS memutuskan untuk secara sistematis melemahkan atau menghancurkan semua aset dan proksi Iran di Kawasan - seperti di Gaza (Hamas), Lebanon (Hezbollah), Suriah, Irak, dan Yaman - itu akan menjadi perang yang menentukan peta geopolitik Timur Tengah di masa mendatang.
Iran telah membangun jaringan proksi yang kuat untuk memproyeksikan kekuatan dan menjaga pengaruhnya di wilayah-wilayah strategis. Jika Israel dan AS benar-benar mampu "melikuidasi" proksi-proksi ini, peta kekuatan di Timur Tengah pasti berubah secara signifikan. Iran akan mengalami penurunan pengaruh regional, sementara negara-negara seperti Arab Saudi, Israel, dan sekutu-sekutu Barat akan memperkuat posisi mereka.
Iran memiliki sekutu-sekutu global yang kuat seperti Rusia dan, dalam beberapa aspek, China. Mereka bisa melihat likuidasi proksi Iran sebagai ancaman langsung terhadap kepentingan strategis mereka di kawasan. Rusia, yang telah mendukung rezim Assad di Suriah dan Iran secara militer, mungkin akan meningkatkan keterlibatan untuk melindungi pengaruhnya.
Likuidasi proksi Iran memberikan kemenangan strategis jangka pendek bagi Israel dan AS, tetapi menstabilkan kawasan pasca-konflik adalah tantangan tersendiri. Iran kemungkinan akan tetap mencari cara untuk membangun kembali pengaruhnya, menggunakan jaringan bawah tanah, gerakan gerilya, atau diplomasi.
Dalam pandangan yang lebih luas, skenario ini akan mengubah tatanan geopolitik Timur Tengah secara dramatis, tetapi seperti yang sering terjadi dalam sejarah, efek jangka panjangnya tidak dapat diprediksi dengan pasti. Konflik semacam ini akan membuka babak baru dalam hubungan internasional, dan dunia harus siap menghadapi ketidakstabilan jangka panjang yang mungkin mengikuti setelahnya.