Yenny Wahid seringkali menjadi salah satu kritikus utama terhadap langkah-langkah yang diambil oleh PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Dia kerap menyuarakan pandangan yang berbeda dari PKB, terutama terkait dengan isu-isu politik yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang oleh Gus Dur dan keluarga.
Yenny juga terlibat dalam berbagai kegiatan politik dan sosial yang kadang-kadang berlawanan dengan kebijakan PKB. Dia mendukung gerakan-gerakan yang dianggap lebih sejalan dengan warisan pemikiran Gus Dur, bahkan mendukung calon-calon politik yang bukan dari PKB.
Meski Yenny tidak memiliki jabatan formal di PKB, pengaruhnya di kalangan Nahdliyin tetap signifikan karena dia dianggap sebagai penerus pemikiran Gus Dur. Hal ini membuat suaranya seringkali didengar oleh kelompok-kelompok yang merasa tidak puas dengan arah yang diambil oleh PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin.
Ketegangan antara Yenny Wahid dan PKB, khususnya dengan Cak Imin, kadang-kadang berkontribusi pada perpecahan lebih lanjut antara kubu yang mendukung warisan Gus Dur dan kubu yang mendukung PKB saat ini. Meski demikian, Yenny cenderung lebih fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan pluralisme, toleransi, dan hak-hak sosial, yang merupakan nilai-nilai yang dia warisi dari ayahnya.
Secara keseluruhan, meskipun Yenny Wahid tidak selalu berada di garis depan pertikaian antara PB NU dan PKB, posisinya sebagai figur yang dihormati di kalangan Nahdliyin dan hubungannya dengan warisan Gus Dur membuatnya menjadi tokoh penting dalam setiap perdebatan atau konflik yang melibatkan kedua pihak.
Terkait Amanah Bangkalan Madura belum lama ini, dimana para kyai berkumpul menyuarakan keberatannya terhadap sepak terjang PB NU. "Amanah Bangkalan" merujuk pada pertemuan para kiai di Bangkalan, Madura, yang terjadi belum lama ini. Pertemuan ini menjadi sorotan karena para kiai menyuarakan keberatannya terhadap beberapa langkah dan kebijakan yang diambil oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kiai-kiai ini menganggap langkah-langkah tersebut mungkin tidak sepenuhnya sejalan dengan nilai-nilai atau tradisi NU yang mereka pegang teguh.
Poin utama Amanah Bangkalan
Pertemuan di Bangkalan dihadiri oleh sejumlah kiai berpengaruh dari Madura dan daerah lain. Mereka mengkritik kebijakan PBNU yang dianggap kurang mempertimbangkan aspirasi akar rumput atau tidak sejalan dengan tradisi NU yang lebih konservatif. Kritik ini bisa mencakup berbagai isu, mulai dari politik, kebijakan internal NU, hingga bagaimana PBNU seharusnya berperan dalam menjaga nilai-nilai keagamaan dan sosial di Indonesia.
Para kiai juga merasa kepemimpinan PB NU saat ini tidak sepenuhnya merepresentasikan aspirasi atau kepentingan semua kalangan Nahdliyin. Ada perasaan keputusan-keputusan yang diambil lebih menguntungkan segelintir pihak atau tidak mencerminkan konsensus yang lebih luas di kalangan ulama NU.
Salah satu pesan penting dari pertemuan ini adalah seruan untuk kembali ke "khittah" NU, yaitu prinsip-prinsip dasar yang membedakan NU sebagai organisasi keagamaan dengan partai politik. Para kiai merasa PBNU telah terlalu jauh terlibat dalam politik praktis atau terlalu condong pada kepentingan tertentu.
Dampak Amanah Bangkalan