Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Melompati Tangga Terakhir Ancaman Iran yang Tak Kunjung Datang

9 Agustus 2024   17:42 Diperbarui: 9 Agustus 2024   17:42 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melompati Tangga Terakhir Ancaman Iran Yang Tak Kunjung Datang

Betapa ributnya Indonesia dan Malaysia mendengar kabar bahwa Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh terbunuh  di Teheran usai menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

Kita juga kaget Pemerintah Malaysia dalam unggahan dukacitanya terhadap Haniyeh di Instagram diremove Meta, karena dianggap provokatif, mengingat Haniyeh adalah salah satu mastermind serangan genosida 7 Oktober yang sangat mematikan di Israel.

Hari demi hari pun berlalu sudah, tapi kejutan yang dijanjikan Iran belum kunjung terjadi, sehingga asset AS merapat ke Laut Tengah dan Selat Hormuz dalam rangka membela Israel, dari ancaman Iran tak lama setelah Haniyeh terbunuh.

Media di negeri ini apapun itu tak lebih dari memprovokasi middle-east bukannya menghembuskan angin perdamaian. Mulai dari berita tentara IDF terbakar habis dihajar rudal Hizbullah, hingga teriakan jenderal Iran yang dikutip disertai tambahan yang provokatif, seperti Iran akan melancarkan serangan yang dipastikan akan sangat mematikan Israel. Ini disambut gemuruh oleh media yang kepalang basah sudah dipenuhi kebencian, tanpa melihat garis historis, kecuali garis 1948.

Pola pikir dan kebencian seperti itu kini dikelola Israel sebagai senjata. Misalnya tiadanya kutukan dunia melalui PBB terhadap genosida 7 Oktober, itu dianggap sebagai pembiaran antisemitism yang semakin meluas di dunia. Israel telah menghukum sebagian negara skandinavia yang tak tahu sejarah, bahwa semakin mereka mengatakan two state solutions, maka solusi basi seperti itu takkan pernah ada lagi dalam kamus bangsa Israel sekarang. Sejauh ada yang mengatakan tanah pendudukan Israel. Israel akan kembali ke thesis faktual mereka bahwa mereka tidak pernah menduduki tanah siapapun, karena tepi barat itu adalah legacy leluhur mereka yang takkan mereka ubah dengan nama apapun kecuali Judea dan Samaria. Adalah sesuatu yang syirik namanya selalu menuding kami yang mboten-boten dengan kata pendudukan.

Kepada negara-negara kawasan, Israel sudah memperingatkan jangan coba-coba menyerang dan menyakiti warga Israel, karena kami akan membalasnya secara cepat dan akurat sebagaimana halnya kami membakar Pelabuhan Hodeidah di Yaman yang dalam hal ini dikendalikan Houthi.

Rezim pengendali informasi

Salah satu dari sedikit hal yang menguntungkan Iran setelah berita memalukan bahwa pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di ibukota Iran belum lama ini adalah rezim tersebut mengendalikan sebagian besar informasi yang dilihat dunia.

Sejauh ini Iran menyatakan Haniyeh tewas setelah terkena "proyektil berpemandu udara" di Teheran saat ia menghadiri pelantikan presiden Iran. Namun, kita tidak tahu banyak hal lain. Israel tidak mengaku bertanggungjawab atas serangan itu, tetapi sebelumnya telah berjanji untuk melenyapkan Hamas dan para pemimpinnya setelah serangan 7 Oktober. 

Kematian Haniyeh terjadi beberapa jam setelah Israel mengonfirmasi pihaknya melakukan serangan di Beirut, Lebanon, pada hari Selasa yang menewaskan Fuad Shukr komandan militer paling senior Hizbullah, proksi yang didukung Iran, yang disalahkan atas serangan mematikan di Dataran Tinggi Golan.

Rincian pasti tentang apa yang terjadi pada penghujung Juli sekitar pukul 2 pagi dini hari waktu Teheran, akan menentukan apa yang terjadi selanjutnya, karena Iran berupaya menyajikan narasi yang membenarkan dan membentuk tanggapannya.

Apa pun kebenarannya dan apa pun yang ditawarkan Iran, serangan itu jelas merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatannya. Haniyeh adalah tamu rezim tersebut, dan perannya sebagai kekuatan regional akan terancam jika tidak dapat menjamin keselamatan sekutu yang berkunjung.

Ada laporan ia tinggal di wisma tamu untuk para veteran, dan tidak jelas siapa yang memiliki tanggungjawab teknis untuk melindungi fasilitas ini, dan apakah elit Garda Revolusi (IRGC) akan benar-benar dipermalukan, di luar penghinaan yang lebih luas dari pembunuhan Israel yang nyata di dalam wilayah Iran.

Bukan kali pertama

Namun Iran telah menerima pelanggaran serupa di masa lalu. Kematian ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh disambut dengan kemarahan terbatas pada tahun 2020. Pembunuhan komandan Quds Qasem Suleimani, tokoh militer paling terkenal di negara itu, beberapa bulan sebelumnya, memicu retorika yang berapi-api, tetapi Iran hanya sekadar melakukan serangan terbatas pada pangkalan AS yang terpencil. Iran terlihat keder -- dan kali ini pun akan melakukan hal serupa.

Dilihat dari retorika, tak ada yang salah dalam kemarahan Iran sehari setelah serangan, tetapi tidak ada jalan yang mudah bagi Iran. Jelas terbaca Teheran enggan, selama berbulan-bulan sejak 7 Oktober, untuk meluncurkan proksinya yang paling ganas, Hizbullah, ke dalam perang skala penuh dengan Israel dari Lebanon. Mengesampingkan bencana kemanusiaan yang besar yang akan ditimbulkan oleh konflik semacam itu bagi warga Lebanon dan Israel, Hizbullah tetaplah menjadi kartu kuat yang mungkin dimainkan Teheran sekali saja. Rezim tersebut mempertahankan ambisi yang jelas dalam program nuklirnya dan militer yang terkikis memudar oleh sanksi, jadi Hizbullah adalah kartu as yang harus diajukan dengan waktu yang cermat.

Pengalaman April gagal

Iran juga pernah mencoba melakukan serangan langsung dan habis-habisan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, yi pada bulan April, setelah komandan senior Garda Revolusi tewas dalam serangan Israel di Damaskus. Singkatnya, 300 pesawat nirawak dan rudal yang ditembakkan langsung dari Iran ke Israel - tidak berhasil. Sekitar 99% di antaranya berhasil dicegat.

Tanggapan rezim terhadap kematian Haniyeh akan menentukan perannya sebagai kekuatan regional, dan, jika gagal tampil sebagai Hercules kawasan, maka pamor Iran pastilah merosot tajam. Serangan diam-diam dan asimetris, beberapa minggu dari sekarang, mungkin tidak banyak memperbaiki kerusakan pada prestisenya.

Risiko dari wilayah yang belum dipetakan yang kita masuki adalah beratnya respons yang diharapkan tidak didefinisikan -- balasan yang setimpal dalam lingkungan yang terus berkembang setiap harinya. Memang, karakter yang membuat keputusan berubah dengan cepat, atau berada di bawah tekanan domestik yang kuat. Ini hanya menonjolkan risiko salah perhitungan, atau tindakan yang diambil untuk memuaskan kepentingan yang egois dan terisolasi, daripada dampak regional yang lebih luas. Singkatnya, ini adalah kekacauan yang berkembang, dan dengan itu melonjaknya peluang terjadinya hal yang tidak terduga.

Pernyataan pertama Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengenai masalah ini adalah tentang Israel, "Anda telah membunuh tamu kami yang terhormat di rumah kami dan sekarang telah membuka jalan bagi hukuman berat Anda." Namun ingatlah Khamenei adalah seorang pemimpin yang sudah tua dan berusia delapan puluhan yang baru saja mengalami kerusuhan rakyat selama bertahun-tahun dan meningkatnya konflik dengan Israel, dan 24 jam yang lalu menyaksikan seorang Masoud Pezeshkian presiden baru Iran dilantik yang ternyata adalah seorang yang moderat.

Secara terpisah, Hizbullah tampaknya telah tersandung ke dalam krisis akut meskipun kelompok militan itu keliru menargetkan anak-anak sekolah Druze di Dataran Tinggi Golan pada akhir pekan. Mereka boleh jadi merasa serangan terhadap Haniyeh telah mengalihkan perhatian untuk merespons, meskipun mungkin terseret ke respons Iran pada akhirnya. Namun fakta pembunuhan komandannya, Fuad Shukr, sekarang tampak seperti kenangan yang jauh, memperlihatkan betapa cepatnya peristiwa-peristiwa itu terungkap.

Teheran membutuhkan waktu untuk mengungkap bagaimana, sekali lagi, tempat sucinya yang paling dalam dilanggar oleh Israel. IRGC mengikuti pernyataan tentang Haniyeh pada pukul 2.50 pagi waktu AS, tetapi akhirnya menghindari sebagian besar rincian tentang bagaimana dia dibunuh. Mungkin tidak tahu, atau tidak ingin mengatakan, atau sedang mencari tahu apa yang harus dikatakan untuk menemukan tanggapan yang sesuai -- dan yang dapat dilaksanakannya.

Namun, garis merah telah disilangkan selama berbulan-bulan, dan hari ini kita melompati beberapa anak tangga lebih tinggi dalam tangga eskalasi. Pertanyaan yang menyakitkan dalam jam demi jam ke depan - saat Iran menyusun narasinya tentang bagaimana penghinaan besar ini terjadi - adalah anak tangga apa yang tersisa di tangga yang sering dilalui ini, dan apa yang ada di puncaknya?

Joyogrand, Malang, Fri', Agust 09, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun