Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menilik Kemungkinan PDIP Masuk KIM

7 Agustus 2024   17:30 Diperbarui: 7 Agustus 2024   17:33 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menilik Kemungkinan PDIP Masuk KIM

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, belum lama ini menyatakan Prabowo Subianto akan mengumumkan susunan menteri kabinet pada 21 Oktober 2024, sehari setelah pelantikan pada 20 Oktober 2024.

Luhut menekankan pentingnya sinkronisasi antara pemerintahan Jokowi dan Prabowo demi kepentingan bangsa dan negara. Ia menyatakan komunikasi dan berbagi data antara kedua pemerintahan akan terus dilakukan.

Hebatnya respon malah datang terlebih dahulu dari PDIP, yi dari Said Abdullah seorang petinggi PDIP yang menegaskan urusan kabinet adalah hak prerogatif presiden, dan PDIP tidak memiliki preferensi atau penilaian terhadap keputusan presiden terpilih mengenai susunan kabinet.

Said menyatakan keyakinannya Prabowo akan menerapkan zaken kabinet, yaitu kabinet yang diisi oleh kalangan profesional, bukan sekadar utusan partai politik. Hal ini menunjukkan PDIP berharap kabinet Prabowo terdiri dari para ahli yang kompeten di bidangnya, terutama untuk pos-pos kementerian yang strategis seperti Kementerian Keuangan dan Bappenas.

Meskipun ada harapan untuk kabinet profesional, Said mengakui masuknya partai politik dalam kabinet tidak dapat dihindari, terutama partai-partai yang telah mendukung Prabowo.

Pernyataan Said menegaskan pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif presiden. Ini menunjukkan PDIP menghormati keputusan Prabowo dalam menyusun kabinetnya.

Dalam praktiknya, meskipun hak prerogatif presiden diakui, pembentukan kabinet sering kali melibatkan kompromi politik, terutama dalam koalisi pemerintahan. Dalam konteks ini, PDIP tampaknya siap untuk melihat keseimbangan antara profesionalisme dan representasi politik.

Said Abdullah menyatakan harapan kabinet Prabowo akan terdiri dari profesional di bidangnya, terutama untuk posisi strategis. Ini mencerminkan keinginan untuk mengutamakan keahlian dan pengalaman dalam pengambilan keputusan pemerintahan.

Dengan menyoroti Kementerian Keuangan dan Bappenas, PDIP menekankan pentingnya kebijakan fiskal dan perencanaan pembangunan yang solid dan berkelanjutan. Ini menandakan perhatian terhadap stabilitas ekonomi dan pembangunan nasional.

Konteks Politik dan Koalisi

Meskipun ada harapan untuk kabinet profesional, realitas politik menunjukkan bahwa partai politik akan tetap memainkan peran penting dalam susunan kabinet, terutama partai-partai yang berkoalisi dengan Prabowo.

Pernyataan Said menunjukkan PDIP menyadari dinamika koalisi dan kemungkinan negosiasi politik dalam pembentukan kabinet.

Pernyataan Luhut tentang sinkronisasi dengan pemerintahan Jokowi mencerminkan upaya untuk memastikan transisi pemerintahan yang mulus dan kolaboratif, yang penting bagi stabilitas dan kesinambungan kebijakan.

Komunikasi antara pemerintahan Jokowi dan Prabowo juga menunjukkan kesadaran akan pentingnya informasi yang akurat dan koordinasi dalam pengambilan keputusan kebijakan publik.

Pernyataan dari Luhut Binsar Pandjaitan dan Said Abdullah mencerminkan kompleksitas proses pembentukan kabinet di Indonesia. Di satu sisi, ada pengakuan terhadap hak prerogatif presiden dalam menentukan susunan kabinet, sementara di sisi lain, ada harapan agar kabinet terdiri dari profesional yang kompeten untuk memimpin kementerian strategis.

Pernyataan ini juga menunjukkan PDIP, sebagai salah satu partai besar, memiliki harapan terhadap kualitas kabinet, meskipun menyadari pertimbangan politik juga akan mempengaruhi susunan kabinet. Dalam konteks ini, penting bagi Prabowo Subianto untuk menemukan keseimbangan antara keahlian profesional dan representasi politik untuk membentuk pemerintahan yang efektif dan responsif terhadap kebutuhan rakyat.

Selain itu, sinkronisasi antara pemerintahan yang sedang berlangsung dan yang akan datang adalah langkah positif yang dapat mendukung kelancaran transisi dan keberlanjutan kebijakan.

PDIP sebagai Partai Eksternal

Dilihat dari kemarahan PDIP yang belum juga reda hingga saat ini, kita pun bertanya-tanya apakah PDIP via Said Abdullah telah memastikan diri sebagai Partai Eksternal yang mengawasi jalannya pemerintahan dan pembangunan atau masih adakah kemungkinan PDIP bergabung dalam koalisi Indonesia Maju.

Ketegangan politik antara PDIP dan Jokowi-Prabowo sejak Pemilihan Presiden 2019, yang belum sepenuhnya reda, menjadi faktor penting dalam menentukan sikap PDIP terhadap pemerintahan baru. Namun, situasi politik di Indonesia tidaklah selalu linear, sehingga banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan politik PDIP ke depan.

PDIP dapat memilih untuk menjadi oposisi yang konstruktif dan kritis, mengawasi jalannya pemerintahan Prabowo. Hal ini bisa dilakukan dengan menekankan kontrol terhadap kebijakan pemerintah, memastikan transparansi, dan menuntut akuntabilitas.

Sebagai partai dengan perolehan kursi yang signifikan di DPR, PDIP memiliki pengaruh yang cukup besar untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah melalui legislatif. Mereka dapat menggunakan kekuatan ini untuk mengadvokasi agenda mereka dan mempengaruhi kebijakan publik.

Mempertahankan Identitas Partai

Dilihat dari semangat kader PDIP setelah Capres mereka Ganjar kalah telak dalam Pilpres Pebruari lalu, boleh jadi Mega dan petinggi PDIP lainnya ingin mempertahankan identitas ideologisnya dan menjaga jarak dari kebijakan yang tidak sejalan dengan prinsip partai. Dengan menjadi oposisi, PDIP dapat membangun kembali basis pendukung dan menjaga loyalitas pemilih.

Menjadi partai eksternal memungkinkan PDIP untuk membedakan dirinya dari pemerintahan dan menyiapkan strategi untuk Pemilu berikutnya, mengembangkan narasi politik yang berbeda dari pemerintah.

Dengan bersikap kritis terhadap pemerintahan, PDIP dapat memposisikan diri sebagai pembela kepentingan rakyat, terutama jika kebijakan pemerintah dinilai tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Sebagai oposisi, PDIP bisa memperkuat basis pemilihnya dengan menawarkan alternatif kebijakan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan harapan rakyat.

Kemungkinan Bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju

Politik di Indonesia sering kali melibatkan kompromi, dan selalu ada kemungkinan negosiasi antara PDIP dan Prabowo untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Bergabung dengan koalisi dapat memberi PDIP kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintahan dan menempatkan kadernya dalam posisi strategis untuk memastikan implementasi agenda partai.

Bergabung dalam koalisi dapat membantu mengurangi ketegangan politik dan mencegah konflik yang bisa menghambat stabilitas nasional.

Kerjasama politik sering kali dilakukan dengan tujuan meningkatkan stabilitas dan kepentingan nasional. Jika kepentingan bangsa dapat terlayani dengan baik, PDIP mungkin mempertimbangkan untuk bergabung.

Pertimbangan Pragmatis

Dalam politik, pragmatisme juga selalu menjadi pertimbangan utama. Jika PDIP melihat bahwa menjadi bagian dari koalisi dapat memberikan keuntungan strategis atau elektoral, partai mungkin bersedia mempertimbangkan opsi tersebut.

Bergabung dengan koalisi dapat memberikan PDIP kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang sejalan dengan visi dan misi partai.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan PDIP

Perolehan kursi PDIP di DPR akan mempengaruhi posisi tawar partai. Jika PDIP memiliki jumlah kursi yang signifikan, mereka bisa memilih untuk berperan sebagai oposisi yang kuat atau menjadi mitra koalisi yang strategis.

Keputusan PDIP bisa dipengaruhi oleh tawaran posisi dalam pemerintahan atau kesepakatan kebijakan yang diajukan oleh Prabowo dan koalisinya.

Pandangan dari elite partai dan basis pendukung PDIP juga akan mempengaruhi keputusan akhir mengenai apakah akan bergabung atau tidak.

Sentimen publik terhadap pemerintahan Prabowo dan PDIP akan menjadi faktor penting. Jika PDIP menilai oposisi lebih menguntungkan secara elektoral, mereka mungkin memilih jalur tersebut.

Keputusan PDIP untuk menjadi partai eksternal atau bergabung dalam koalisi Indonesia Maju akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk perbedaan ideologi, kepentingan strategis, dinamika politik, dan pertimbangan pragmatis. Mengingat fleksibilitas dan sifat dinamis politik di Indonesia, PDIP kemungkinan besar akan menilai situasi dengan cermat dan menentukan langkah terbaik sesuai dengan perkembangan politik terkini.

Meskipun ada ketegangan dengan Prabowo, tidak menutup kemungkinan bahwa hubungan antara kedua belah pihak dapat mencair, terutama jika ada kesamaan kepentingan atau kompromi yang menguntungkan kedua belah pihak. Politik dimanapun selalu penuh dengan kejutan, dan keputusan PDIP mungkin akan dipengaruhi oleh perkembangan situasi politik dalam beberapa bulan mendatang.

Joyogrand, Malang, Wed', August 07, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun