Pandangan apokaliptik seperti yang diungkapkan oleh Franklin Graham mencerminkan kebangkitan kalangan evangelis di AS yang memiliki pandangan teologis dan politik tertentu.
Pandangan Teologis
Kalangan evangelis percaya pada interpretasi literal Alkitab mengenai akhir zaman, yang mencakup kembalinya orang Yahudi ke Israel sebagai bagian dari rencana Tuhan. Mereka melihat peristiwa politik di Timur Tengah, termasuk konflik Israel-Arab-Palestina, melalui lensa teologis ini.
Dalam pandangan ini, Israel memegang peran sentral dalam nubuat akhir zaman. Kembalinya dan keberadaan orang Yahudi di Israel dianggap sebagai pemenuhan janji Tuhan kepada Abraham dan keturunannya.
Evangelis seperti Franklin Graham mendukung kebijakan luar negeri AS yang pro-Israel, menentang solusi dua negara, dan menolak klaim Arab-Palestina atas tanah tersebut. Mereka menganggap AS memiliki kewajiban moral dan spiritual untuk mendukung Israel.
Pandangan ini cenderung mengaitkan kelompok ekstremis Arab dan Muslim sebagai ancaman terhadap keamanan Israel dan, secara lebih luas, terhadap keamanan global.
Polarisasi Politik di AS
Graham dan para pendukungnya menggambarkan situasi di AS sebagai pertempuran antara "patriots" yang mempertahankan nilai-nilai tradisional dan konstitusional, dan "extremists" yang dianggap mengganggu tatanan sosial, seperti pendukung Hamas atau gerakan LGBTQ+.
Trump memiliki dukungan kuat dari kalangan evangelis karena kebijakannya yang pro-Israel, konservatisme sosial, dan janji untuk melindungi kebebasan beragama.
Pandangan Apokaliptik dan Kebijakan Publik
Pandangan apokaliptik membagi dunia dalam dua kategori yang sangat kontras, yi yang benar (dalam pandangan mereka, yaitu mereka sendiri) dan yang salah (semua pihak yang berbeda pandangan). Ini bisa mengarah pada retorika yang sangat polarizing dan kebijakan yang menafikan mereka yang ngotot mencari kebenaran di atas kebohongan sejarah.