Ketegangan antara Rusia dan AS juga meningkat, terutama karena tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh AS, dan konflik geopolitik di Ukraina dan Suriah. Rusia dengan sendirinya tidak merasa simpati terhadap Trump sebagai bagian dari strategi geopolitik mereka untuk menentang kebijakan luar negeri AS.
Proksi dan Aliansi Regional
Iran memiliki banyak kelompok proksi di Timur Tengah seperti Hezbollah di Lebanon, milisi di Irak, dan Houthi di Yaman. Dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok ini seringkali bertentangan dengan kepentingan AS dan sekutunya di kawasan tersebut. Ketidaksetujuan terhadap kebijakan AS di Timur Tengah dapat tercermin dalam kurangnya simpati terhadap Trump.
Iran memiliki pengaruh yang signifikan di beberapa negara Muslim, dan posisi Iran terhadap Trump dapat mempengaruhi sikap negara-negara ini. Meskipun Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan diplomatik dengan AS, keduanya terkesan lebih cenderung menahan diri dari menunjukkan simpati terbuka mengingat hubungan mereka dengan Iran dan Arab-Palestina.
Pandangan Politik dan Ideologi
Beberapa negara dan kelompok yang mendukung Iran dan Rusia dipastikan memiliki ideologi anti-Amerika yang kuat. Mereka melihat AS sebagai kekuatan imperialistik dan penindas, dan serangan terhadap Trump dapat dianggap sebagai konsekuensi dari kebijakan AS yang mereka pandang negatif.
Strategi Diplomatik
Dalam diplomasi internasional, negara-negara seringkali memilih sikap yang paling menguntungkan bagi kepentingan nasional mereka. Mengingat ketegangan yang ada dengan AS, negara-negara seperti Iran dan Rusia lebih memilih untuk tidak menunjukkan simpati sebagai cara untuk menegaskan posisi mereka atau untuk menghindari memberikan legitimasi kepada kebijakan luar negeri AS yang mereka tentang.
Ketidakadaan ucapan simpatik dari negara-negara tertentu terhadap insiden ini mencerminkan dinamika kompleks dalam hubungan internasional yang dipengaruhi oleh sejarah panjang perseteruan, aliansi strategis, dan pandangan ideologis yang berbeda.
Pasca penembakan Trump, ada hal yang sangat menarik yi fenomena kebangkitan kalangan evangelis sekarang di AS yang ditandai oleh pernyataan Franklin Graham tentang posisi AS yang runyam sekarang seakan terbelah menjadi 2 rumah, yaitu rumah kalangan patriot dan rumah kalangan ekstrim yang menumpang tapi bikin kacau seperti pendukung Hamas, pendukung LGBT dst.
Pendeta Franklin terang-terangan menyatakan tangan Tuhanlah yang melindungi Trump. Kita sejak kemarin seharusnya membela hak Israel di kampung halamannya, bukannya malah plin-plin seakan juru damai yang hebat. Panggilan buat Amerika adalah tidak boleh lagi membiarkan kepulangan orang Jahudi ke kampung halamannya sekarang terganjal oleh orang Arab ekstrim yang jelas-jelas bukanlah pemilik tanah itu. Kita harus mengupayakan agar orang Arab sadar bahwa itu adalah tanah air orang Israel. Dan tanah itu tak boleh lagi disebut tanah Palestina atau tanah pendudukan. Itu semua adalah kehendak Tuhan yang sudah digariskan dalam Alkitab bahwa orang Israel yang merdeka sejak 1948 adalah pulang ke kampung halamannya.